Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Kronik PKI di Malang Raya Kejadian yang Tak Banyak Diketahui (PART II)

rocket2019Avatar border
TS
rocket2019
Kronik PKI di Malang Raya Kejadian yang Tak Banyak Diketahui (PART II)
Kronik PKI Pra dan Pasca G30S di Malang Raya (1948-1968)

Paparan Kejadian yang Tak Banyak Diketahui

11. Pindah Agama Massal Pasca G30S di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang

Akibat peristiwa G30S tahun 1965 menyebabkan beberapa penduduk di Dusun Dodol, Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, yang beragama agama Islam mengadakan musyawarah desa. Penduduk di Dusun Dodol merasa takut, cemas dan tertekan melihat peristiwa pembunuhan yang terus menerus terjadi. Terlebih sebelum membunuh korbannya orang-orang Islam mengucapkan kata ALLAHHUAKBAR kemudian membunuh korbannya satu persatu yang mereka anggap sebagai orang PKI. Pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Islam membuat masyarakat di Dusun Dodol berfikir mengenai agama Islam yang mereka anut. Pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Islam terhadap orang-orang PKI membuat penduduk di Dusun Dodol yang beragama Islam akhirnya bersama-sama melakukan musyawarah desa. Hasil dari musyawarah tersebut memutuskan agama Islam tidak lagi sesuai dengan hati nurani penduduk, sehingga penduduk di Dusun Dodol sepakat untuk keluar dari agama Islam dan mencari agama baru yaitu agama Hindu. Jumlah penduduk yang melakukan perpindahan keyakinan secara besar-besaran tahun 1967 dari agama Islam menjadi agama Hindu sampai saat ini tidak diketahui secara pasti. Dipilihnya agama Hindu atas pertimbangan, orang Islam mengenal adanya tradisi selamatan bagi ibu hamil 3 bulanan, 9 bulanan, mendem ari-ari, selamatan bagi orang meninggal dan lain sebaginya. Hal serupa juga dilakukan oleh orang Hindu, sehingga dengan pertimbangan tersebut pada tahun 1967 penduduk di Dusun Dodol memutuskan untuk berpindah keyakinan menjadi umat beragama Hindu. Maka sejak tahun 1967 eksistensi agama Hindu di Dusun Dodol perlahan mulai terlihat dan masih bertahan sampai saat ini. [8]

12. Basis PKI Malang Selatan di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang

Kecamatan Donomulyo di Malang Selatan terkenal sebagai “Bekas Desa PKI”. Label ini tidak hanya mencerminkan aktivitas kiri yang intens pada 1960-an (dalam pemilu 1955, PKI di Donomulyo meraih 12.981 suara, hasil terbaik bagi PKI di Kabupaten Malang), tetapi juga kekerasan ekstrem di sana selama 1965-66 dan pada Operasi Trisula 1968. Selama operasi militer anti-komunis ini, penduduk desa ditahan dan dibunuh, keluarga menjadi terpisah dan harta benda mereka, termasuk tanah mereka, disita. Yang lain dikirim ke program wajib lapor dan indoktrinasi di kantor militer setempat selama bertahun-tahun – sebuah program yang dikenal oleh penduduk desa sebagai ‘santiaji’. Kepala desa yang berafiliasi dengan PKI di Donomulyo menghilang. Dia dianggap telah dibunuh setelah ditahan oleh militer. Satu dusun yang saya bahas dalam penelitian ini juga terkenal sebagai dusun janda, karena hampir semua lelaki menghilang selama 1965-66 dan 1968. Setelah peristiwa-peristiwa itu, kehidupan desa di Donomulyo (dan di banyak tempat lain di Indonesia) praktis dikontrol oleh militer untuk mendukung rezim Orde Baru yang otoriter. [9]

13. Sepenggal Kisah Pasca G30S di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang

Diceritakan oleh Mbah Muhammad Abdul Basiran (80 tahun saat tahun 2019) pada tanggal 12/10/2019 di kediamannya di Jl. Margo Utomo Sawojajar Gang 7, Lingkungan Sukorejo, Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Beliau bersama Petinggi Sawojhajar yang bernama Sarimo adalah pendiri grup “Paguyuban Tari Topeng Tri Margo Utomo” di Desa Sawojajar. Maka tak heran nama kediaman beliau memakai nama paguyubannya. Sekedar informasi Sarimo mendapat penghargaan dari Kepala Biro Pusat Statistik Kabinet Perdana Menteri yakni Sarbini Sumawinata sebagai Pencacah/Pemeriksa Sensus Penduduk pada tahun 1961. Pada tahun 1965, Mbah Muhammad Abdul Basiran ditangkap aparat karena dituduh berafiliasi dengan Lekra. Ia ditangkap bersama dengan Suri, Kepala Desa Sawojajar, yang juga tertuduh sebagai anggota PKI saat peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Cukup beruntung Mbah Muhammad Abdul Basiran hanya ditahan sebentar dan tidak dibunuh. Ia dipulihkan nama bnaiknya ketika Golkar membangun cabangnya di Malang. Ia turut menjadi pengurus awal Golkar saat itu, sehingga wajar nama baiknya pulih. Menurut Mbah Muhammad Abdul Basiran, saat itu di wilayah Kecamatan Kedungkandang siapapun yang tertuduh apalagi terlibat PKI pasti diciduk bahkan dibunuh. Itu sebabnya sebagai seniman ia menyaksikan Paguyuban Topengnya, Paguyuban Topeng Ande-Ande Lumut tetangganya di Dusun Jabon, Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Padepokan Silat Sundeng dekat Jembatan Sulfat saat ini, dan beberapa grup kesenian di Lesanpuro dan Madyopuro ludes habis karena dituduh berafiliasi dengan Lekra, Pemuda Rakyat dan BTI. [10]

14. Kesaksian Teror PKI di Kota Batu

Cerita PKI di Kota Batu dituturkan oleh Mantan Laskar Hizbullah, Haji Ridwan Hasan, 88 tahun (wawancara tahun 2019), warga Jl. Lesti, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu, Kota Batu, yang akrab disapa “Togog”, berikut kisahnya: Gembong PKI yang bernama “Libi” mengancam akan menangkap para kyai yang ada di Kota Batu salah satunya adalah K.H. Ilyas yang tinggal di Macari (Dusun Macari, Desa Pesanggarahan, Kecamatan Batu, kini bernama Lahor) dan K.H. Kholil yang saat itu tinggal di Jl. Munif. “Pentolan PKI ini mengancam akan menangkap dua kyai ini, kemudian memaksa dua kyai ini merangkak dari rumahnya ke depan Masjid An-Nur. Disitu mereka akan memaksa dua kyai ini untuk menjadi tandak (penari-red),” ujar Togog. Ancaman ini tentu saja membuat panas kalangan agama, terutama NU dan Muhammadiyah. Dua ormas agama ini merapatkan barisan, bersiap untuk menghadapi serangan PKI kala itu. “Banser sudah diisi (doa untuk kekebalan) saat itu, pokoknya sudah siap,” ujarnya. Togok menceritakan saat itu tidak ada partai yang sekuat PKI. Ia menduga kekuatan PKI ini dikarenakan ada pasokan dana dari sekelompok orang yang bukan berasal dari Indonesia.

Jumlah anggota PKI sangat besar yang tersebar di seluruh daerah, meski menurut Togog saat itu banyak juga yang hanya ikut-ikutan. Di Kota Batu saat itu beberapa daerah dinamakan kawasan merah, karena seluruh warganya anggota PKI. Warga yang tidak bersedia bergabung akan dipaksa gabung lewat teror yang dilakukan oleh para anggota PKI. “Tidak sampai ada yang dibunuh, namun hanya diteror psikis. Kalau ditawari tidak mau, keesokan harinya rumahnya pasti sudah dicat lambang palu arit warna hitam,” ujar Togog. Sekitar tahun 1964-1965, organisasi ini semakin bertambah kuat, karena beberapa pentolan PKI dikirim ke lubang buaya untuk mengikuti pelatihan khusus. Togog menyebut, Ketua PKI saat itu adalah seorang yang berasal dari Indonesia Timur yang bernama “Libi”s.

Dalam lingkaran Libi, ada beberapa nama pentolan PKI lain yang bernama Ruslan, Sukadi dan Suwarno. “Mereka inilah yang dilatih khusus di lubang buaya, lain-lainnya hanya ikut-ikutan,” ujarnya. Anggota PKI di Kota Batu bukan hanya dari kalangan sipil saja, kalangan TNI dan Polri pun disusupi. Bahkan ada salah satu satuan TNI Angkatan Darat di wilayah Malang Barat sudah pecah menjadi dua saat itu. “Pada peristiwa 1965, sudah ada pasukan yang akan dikirim ke Jakarta pada HUT TNI, sebenarnya saat itulah pemberontakan akan dilakukan, karena semua membawa senjata. Tapi rencana itu digagalkan oleh Allah SWT,” ujarnya.

Selain menguasai beberapa desa dan kamp militer, pusat PKI di kota wisata ini berada di daerah Stamplat (terminal) yang dahulu berada tepat di belakang Batu Plasa. Ditempat itu berdiri monumen besar lambang PKI, Palu – Arit. Ditempat itu, Libi selalu menggalang massa untuk melakukan rapat dan mengadakan kegiatan kesenian, seperti tandakan (tarian) atau berbagai kegiatan lainnya. PKI selalu menggunakan karnaval HUT RI untuk show of force kepada masyarakat. Atau pada saat kampanye, hingga suatu saat PKI melakukan perang urat syaraf kepada kelompok agama. PKI juga menguatkan cakar kekuasaannya dengan aksi bagi-bagi tanah di wilayah Kelurahan Ngaglik. Namun ketegangan tidak sampai mengakibatkan bentrokan berdarah, karena meletus peristiwa pemberontakan PKI di Jakarta 30 September 1965.

Seiring perkembangan politik di Jakarta ini, militer di daerah, termasuk di Batu mengadakan pembersihan anggota PKI. Kala itu ribuan anggota PKI ditahan di Koramil Batu yang berada di Jl. P.B. Sudirman (kini Toko Cipto). Gang Garasi Ngaglik dahulu merupakan penjara Koramil Batu penuh berisikan ribuan anggota PKI dari berbagai daerah, seperti Kepanjen, Sengguruh hingga luar Kota. Sebagian besar merupakan anggota PKI yang sedang dilatih perang di Alas Klangon, Kasembon. Ditangkapnya pentolan PKI oleh militer ini membangkitkan keberanian warga, mereka merobohkan monumen palu arit di stamplat. Beberapa anggota PKI lari ke kawasan Bumiaji dan banyak yang mengubah identitas mereka. Togog mengatakan PKI adalah sebuah bahaya laten, otaknya hanya ada beberapa, namun banyak pendukung yang tidak tahu menahu malah terdorong untuk membela PKI. “Sampai sekarang masih ada, mereka ingin negara kita jadi negara komunis, mereka anti Pancasila dan anti agama. Lawannya hanya iman di dada. Kalau ada yang akan merusak agama Allah SWT, buka dadamu, kita harus perangi,” ujarnya. “Mudah-mudahan jaman itu tidak terulang lagi, kasihan rakyat. Mencari makan saja sulit, harus berhadapan dengan kondisi tidak menentu seperti saat itu,” harap Togog. [11]


Peta Kedudukan PKI di Malang Raya

(Sumber Gambar:Koleksi Data Pribadi Tim Penulis)

LANJUUUUUT PART I GAN https://kask.us/iNuTJ



Diubah oleh rocket2019 29-09-2022 23:32
fachri15
elifianita
nomorelies
nomorelies dan 4 lainnya memberi reputasi
3
2.2K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.