Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

palapanusaAvatar border
TS
palapanusa
Satu Anak Cukup, Mengenal Lebih Dalam Sistem Satu Anak Tiongkok
Hello GanSis selamat beraktivitas dan semangat menjalani hari senin yang cerah ini, semoga GanSis yang membaca thread ini sehat selalu dan dimudahkan harinya. Kali ini TS akan membawakan thread mengenai sistem KB yang kontroversial dari negeri Tirai Bambu, Tiongkok. Tiongkok seperti yang diketahui merupakan negara dengan populasi tertinggi di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 2 Miliar Juta jiwa. Tiongkok juga dikenal sebagai negara dengan kebijakannya yang cukup kontroversial.


Sumber Gambar

Ada satu kebijakan kontroversial yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok yakni "Kebijakan satu anak" dalam rangka menekan pertumbuhan populasi Tiongkok yang dapat menyebabkan berbagai masalah perekonomian dan kependudukan yang kemudian di implimentasikan selama 35 tahun. Memasuki dekade 1970an, jumlah penduduk di Tiongkok meningkat pesat hingga hampir 100% sejak Partai Komunis berkuasa pada tahun 1949 yang bisa menjadi masalah untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Alhasil, wacana untuk mengontrol populasi sudah mulai didengungkan dengan menyarankan rakyat Tiongkok menikah di usia matang dan memiliki dua anak saja. Deng Xiaoping yang kemudian menjadi pemimpin tinggi Tiongkok kala itu memutuskan untuk mengimplementasikan kebijakan satu anak untuk mengatasi masalah overpopulasi di Tiongkok pada tahun 1980 yang mulai di implementasikan pada rakyat sebagai bagian dari langkah memodernisasi Tiongkok. Kebijakan ini resmi tertuang dalam konstitusi pada tahun 1982 dan wajib dijalankan oleh masyarakat Tiongkok.

Kebijakan ini wajib diikuti oleh seluruh rakyat Tiongkok dengan pengecualian etnis-etnis minoritas dan masyarakat pedesaan yang memiliki anak perempuan, setelah melahirkan anak pertama, kedua orang tua wajib melakukan sterilisasi seperti pemakaian alat kontrasepsi atau vasektomi. Jika terjadi kembali kehamilan sebelum sterilisasi, Pemerintah hanya mengakui anak pertama sementara anak kedua akan dianggap anak illegal dan tak boleh didaftarkan kecuali keluarga yang bersangkutan membayar denda yang nominalnya cukup besar.

Hukuman lainnya bisa berupa penjara, dipecat dari pekerjaan dan dipersulit mencari kerja. Namun, hadiah dan beberapa keuntungan diberikan bagi yang menjalankannya termasuk pembiayaan biaya pendidikan oleh negara. Masyarakat Tiongkok selalu menginginkan anak lelaki karena mereka dapat meneruskan marga sementara anak perempuan biasa harus mengikuti marga dari suami ketika menikah. Akibatnya, anak-anak perempuan sering menerima kosekuensi buruk dari kebijakan ini. Beberapa bayi perempuan ditarus di pasar dengan harapan ada yang mau merawatnya. Sebagian anak perepuan tidak sedikit ada yang meninggal dan sebagian lainnya diperjual belikan dipasar gelap. Namun GanSis, mesti begitu, dampak positif dari kebijakan ini juga ada loh.


Sumber Gambar

Salah satu dampak positifnya muncul bagi perempuan karena memperoleh kesempatan mendapat pendidikan yang lebih tinggi serta pekerjaan yang lebih layak karena menjadi tulang punggung keluarga dan karena tidak mengurus banyak anak, banyak perempuan Tiongkok memiliki banyak waktu luang lebih banyak untuk fokus pada pekerjaan dan dapat membagi waktu bagi keluarga. Imbas lainnya dari kebijakan ini adalah banyak anak yang terlantar akibat tidak mempunyai orang tua yang mampu membayar denda bagi anak kedua dan dimasukkan ke panti asuhan.

Tiongkok akhirnya masuk dalam program adopsi International di tahun 1991. Dimana sebanyak 110 ribu anak diadopsi dari panti asuhan di Tiongkok oleh orang tua yang umumnya datang dari negara-negara barat seperti Amerika Serikat. Namun, sebagian panti asuhan melakukan praktik jahat perdagangan manusia dengan membohongi orang tua asuh barat mereka yang harus membayar uang adopsi hingga berjumlah 25 ribu dollar peranak dengan menjual kemalangan para orang tua Tiongkok akibat imbas kebijakan satu anak. Tak heran ketika dewasa banyak anak-anak asuh yang diasuh keluarga barat kembali ke Tiongkok untuk mencari orang tua asli mereka.

Meski kebijakan ini sangat kontroversial dan menimbulkan banyak masalah HAM dan kejahatan. Kebijakan satu anak ini diklaim menjadi salah satu kemajuan ekonomi di Tiongkok hingga kini. Dengan hanya mempunyai satu anak, sebuah keluarga dapat mempunyai uang yang lebih banyak untuk diinvestasikan dan menambah daya beli masyarakat Tiongkok baik untuk pasar domestik maupun International. Selain itu, pendistribusian bantuan dan pelayanan kesehatan terutama bagi kaum ibu yang hendak melahirkan dianggap lebih efisien. Meski begitu, banyak yang mengkritik kebijakan pemerintah ini karena dianggap diskriminatif dan represif karena pemerintah tiongkok dianggap terlalu memaksa kehendak mereka pada masyarakat dengan mewajibkan kebijakan ini dan tak segan-segan memberi hukuman bagi yang melanggar.


Sumber Gambar

Meski di nilai berhasil mengalami masalah overpopulasi, namun masalah muncul ketika banyak orang lanjut usia terlantar akibat anak tunggal mereka lebih sibuk bekerja dan mengurus keluarga inti mereka. Alhasil, pada tahun 2015 lalu, Presiden Xi Jinping akhirnya memilih untuk melonggarkan kebijakan ini dari hanya dari satu anak menjadi dua anak. Hal ini membuat angka kelahiran di Tiongkok langsung meningkat 7%. Ia bahkan kembali melonggarkan aturan ini menjadi tiga anak pada tahun 2021 dengan lebih stabilnya ekonomi Tiongkok. Sebagai tambahan, dimasa kebijakan satu anak umumnya anak kembar mendapat dispensasi dari kebijakan ini atau yang lainnya dapat dititip di panti asuhan.

Nah GanSis bagaimana nih menurut GanSis kebijakan satu anak yang dibuat pemerintah Tiongkok ini, apa menurut GanSis kebijakan ini menentang takdir tuhan atau justru sebaliknya, memang populasi menjadi momok bagi negara berkembang dan depopulasi menjadi momok bagi negara maju. Sejatinya angka kelahiran dapat ditekan dan di pergunakan dari overpopulasi dengan membuka pertanian yang memang efektif menyerap lapangan kerja yang banyak dan juga industri. Overpopulasi dan Depopulasi ini bagai dua bilah pisau GanSis jika Over negara akan sulit mengontrol warganya dan angka kemiskinan akan semakin tinggi jika Depopulasi negarapun akan kebingungan karena angka tenaga kerja akan menurun terutama bagi negara yang ekonominya bertumpu pada industri dan pertanian.

Sekian Thread TS kali ini semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita ya GanSis sampai jumpa di thread lainnya, Terimakasih.....

Spoiler for Sumber dan Referensi:



dellesology
dellesology memberi reputasi
1
1.7K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.