Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pilot2isekai078Avatar border
TS
pilot2isekai078
Kak Seto Dipanggil Paspampres, Si Komo Dianggap Sindir Pak Harto
M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 22 Sep 2022 13:10 WIB
GIF

Jakarta - "Macet lagi, jalanan macet / Gara-gara Si Komo lewat / Pak polisi jadi bingung / Orang-orang ikut bingung. Macet lagi, macet lagi / Gara-gara Si Komo lewat / Jalan Thamrin, Jalan Sudirman / Katanya berkeliling kota."
"Momo Si Komo, hey... mau ke mana? / Saya mau lihat gedung-gedung bertingkat / Momo Si Komo hey... mau ke mana? / Saya mau lihat pembangunan merata."

Di sekitar 1991, stasiun televisi TPI menyiarkan program Si Komo yang dipimpin Kak Seto. Sebuah program untuk anak-anak bermuatan cerita-cerita yang dikarang dengan berbagai bentuk binatang lainnya, seperti bebek dan ulat.

Lagu Si Komo mendadak menjadi lagu tema bagi berbagai anak-anak yang tumbuh di periode tersebut. Nadanya riang, liriknya mudah dinyanyikan, dan ketika dewasa, rasanya relevan dengan situasi dan kondisi ekonomi yang menjadi latar belakang.

Bicara tentang Kak Seto tanpa membicarakan Si Komo adalah hil yang mustahal. Semua ingin tahu bagaimana seekor komodo bisa menjadi inspirasi lahirnya Si Komo. Apa yang dipikirkan Kak Seto saat itu?

"Sejarahnya itu ada lagu Si Kancil, saya sedih kancil itu sebagai maskot yang ada di Indonesia kenapa dibilang nakal dan suka mencuri. Akhirnya, saya cari tokoh dongeng dari satwa Indonesia lainnya. Ada cendrawasih, tapi dari Papua Nugini punya. Ada monyet kecil, tankesi, Filipina juga ada. Apa yang hanya satu-satunya di Indonesia. Ketemulah komodo, tapi karena komodo terlalu panjang ya sudah antara Si Komo dan Si Modo, jadinya Si Komo aja," Kak Seto mengisahkan ide lahirnya Si Komo kepada detikHOT.

"Lagu Si Komo itu momennya jadi sebelum Aneka Ria Taman Kanak-kanak tahun 74. Saya memang sudah mulai bikin lagu-lagu, tapi belum ada tempat merilis. Di Aneka Ria juga sempet bikin boneka tapi kurang melejit. Kemudian waktu itu ada tawaran dari TPI untuk saya mendongeng. Akhirnya saya siapkan Si Komo dalam seminggu," Kak Seto melanjutkan.

"Karena boneka komodo nggak ada, akhirnya yang ada boneka naga. Bonekanya saya beli tahun 89 di Amerika, saya modifikasi dan boneka ini nggak pernah ganti sampai sekarang, sambung Kak Seto," ucapnya lagi.

Kak Seto berdiri dari kursi, masuk ke sebuah kamar yang tak jauh dari lokasi ruangan tempat wawancara. Dia keluar menenteng Si Komo. Boneka yang sama persis dari tiga dekade yang lalu. Memunculkan nostalgia di kepala, layaknya tayangan flashback pada film.

"Kemudian saya munculkan Belu, bebek lucu. Ada Dombu, itu maksudnya domba putih, ada juga Ulil, yaitu ulat kecil, dia jahil tapi kreatif," lanjutnya lagi.

Nostalgia tentang Si Komo pun turut menyeret kembali kenangan yang cukup menegangkan. Kala itu, Si Komo membuat Kak Seto dipanggil oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Alasannya, ramai menjadi pembicaraan bahwa Si Komo dimaksudkan untuk menyindir Presiden Soeharto saat itu.

Penyebabnya banyak, dari postur Si Komo yang sedikit gemuk, kabarnya sengaja dimiripkan dengan Pak Harto. Serta lirik lagunya yang menyanyikan soal kemacetan saat lewat, dianggap seperti rombongan para elite yang sering menutup jalan dan menimbulkan kemacetan karena iring-iringannya. Serta kalimat 'pembangunan merata' di mana Pak Harto punya predikat lain sebagai Bapak Pembangunan.


"Macet lagi karena ulah Si Komo Lewat itu sebetulnya berangkat dari kejadian di Samarinda. Waktu itu, agar terlihat lebih hidup, Si Komo ini dibuat kostum agar bisa ada orang di dalamnya. Kita diundang ke Samarinda dan panitia bilang supaya lebih banyak yang menonton (tayangan televisinya), kita main-main ke area publik. Setelah itu jadi ramai orang ingin bersalaman, gara-gara Si Komo lewat jalanan pagi itu jadi macet sampai-sampai polisi bingung. Itu ide lagunya".

"Lalu kemudian saya dipanggil Paspampres, dimintai keterangan, benar nggak menyindir Pak Harto. Saya jawab, 'lho ini yang mempopulerkan TPI, televisinya Mbak Tutut, nggak mungkin dong saya kemudian mengejek bapak presiden yang juga keluarganya Mbak Tutut. Kebetulan aja orang-orang mengaitkan. Anak saya yang pertama ini (Minuk Eka Putri Duta Sari), yang memberi nama Pak Harto. sanggah Kak Seto dengan raut wajah yang serius.

"Saya aja waktu itu sama Mbak Tutut memimpin kirab Pelajar Nasional. Istana Taman Kanak-kanak yang di Taman Ria (Senayan) itu saya diminta bangun karena dipercaya sama Ibu Tien (Siti Hartinah, istri Soeharto). Kami sudah deket dengan keluarga beliau," tegasnya lagi.

Jadi, soal isu yang beredar itu sudah dijawab langsung oleh sang pemilik cerita, bahwa tidak benar adanya. Sebagai pemerhati anak yang sudah berkarier lintas rezim, dari mulai Pak Harto sampai presiden hari ini, Joko Widodo, Kak Seto senantiasa berfokus pada pesan guru dan cita-cita untuk selalu mendidik dan melindungi anak Indonesia.

Bicara soal gurunya, Pak Kasur dan Bu Kasur, Kak Seto membagi lebih banyak cerita tentang mereka. Cerita yang baginya lebih dari sekadar cerita, tapi juga tujuan hidup. Apa itu? Selengkapnya hanya di detikHOT.

Detik.com
Diubah oleh pilot2isekai078 22-09-2022 08:56
nomorelies
samsol...
scorpiolama
scorpiolama dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.8K
52
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.