![7xiani](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/01/11/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
7xiani
5 Psikologi Harga yang Dapat Anda Terapkan di Bisnis
Pelaku usaha tentunya memiliki strategi khusus dalam melakukan pemasaran produknya. Seperti, menerapkan [url=https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-dan-tips-psikologi-marketing/#:~:text=Sehingga%20psikologi%20marketing%20merupakan%20ilmu,memberikan%20pandangan%20terhadap%20suatu%20produk.][color=#ad80c5][b][b]Psikologi Marketing[/b][/b][/color][/url] untuk menunjang kesuksesan bisnis yang dimiliki. Psikologi marketing sendiri merupakan pemahaman mengenai persoalan motif yang mempengaruhi emosi serta tindakan target pasar dalam memandang produk atau jasa yang ditawarkan oleh pebisnis.
Menjalankan sebuah bisnis, pelaku usaha lazim dihadapkan dengan berbagai macam tantangan. Memberikan harga produk pun menjadi tantangan tersendiri dalam menentukan kesuksesan bisnis ke depan. Bila pebisnis salah menentukan harga produk, risiko bisnis gugur dalam persaingan bisnis pun akan semakin tinggi.
Untuk memaksimalkan penjualan, pemilik usaha dapat menyusun strategi dengan memainkan harga jual sesuai dengan psikologi konsumen. Penerapan Psychological Pricing ini berguna untuk mendapatkan respon emosional pelanggan. Bagaimana cara penerapannya? Kitadigi bocorkan 5 psikologi harga yang bisa pebisnis lakukan.
1. The Power of Number 9
Sumber Foto: wiglafjournal.com
Untuk meningkatkan penjualan, Anda bisa menggunakan strategi charm pricing atau strategi penentuan harga psikologis yang melibatkan angka “9”, “99”, atau “999”.Cara menerapkan charm pricing hanya dengan menurunkan 1 rupiah dari harga yang sudah bulat, sehingga tiga angka belakang menjadi “999”. Sebagai contoh, jika produk dihargai Rp 50.000, dengan charm pricing harga tetap akan menjadi Rp 49.999. Dengan begitu, tanpa disadari konsumen menganggap bahwa harga yang ditawarkan lebih murah karena digit sebelah kiri berubah.
2. Fear of Missing Out
Sumber Foto: wecare.id
Fear of Missing Out atau FOMO Effect merupakan bentuk kecemasan, khawatir berlebih, dan ketakutan akan tertinggal trend yang sedang berjalan. FOMO biasa dirasakan oleh orang-orang yang selalu up to date atau anak muda generasi milenial. Dari segi marketing, FOMO dimanfaatkan untuk menciptakan hype di pasaran, sehingga keuntungan yang didapatkan pun akan berlipat.
Penerapan FOMO dalam bisnis menunjukkan bahwa produk yang dimiliki terbatas, sehingga akan menimbulkan efek urgensi agar konsumen cepat melakukan pembelian. Seperti, menggunakan frasa “Hari Terakhir”, “Jangan Lewatkan!”, “Limited Edition”, “Produk Terbatas!”. Dengan FOMO Effect, pebisnis meyakinkan calon konsumen bahwa waktu yang tepat membeli produk itu adalah “sekarang” atau saat itu juga.
3. Decoy Effect
Sumber Foto: medium.com
Dalam dunia pemasaran, decoy effect cukup banyak digunakan oleh pebisnis dan mampu menghipnotis calon konsumen. Decoy effect sendiri merupakan trik psikologi dimana konsumen cenderung mengganti pilihan antara dua opsi saat diberikan opsi ketiga yang tidak seimbang. Contoh kasus ketika membeli popcorn saat menonton di bioskop, orang-orang cenderung memilih popcorn small seharga Rp. 45.000 dibandingkan large seharga Rp 85.000, karena alasan lebih hemat dan cukup. Tapi ketika adanya variasi harga, small Rp. 45.000, medium Rp. 75.000, large Rp 85.000, tentunya konsumen akan memilih popcorn yang lebih besar dan lebih mahal karena selisih harga yang sedikit dengan popcorn sedang.
4. Penggabungan Barang (Bundling)
Sumber Foto: istockphoto.com
Product Bundling merupakan strategi pemasaran menggabungkan dua atau lebih satu kemasan penjualan dengan satu harga. Strategi product bundling ini dilakukan agar konsumen memandang produk bundling yang ditawarkan jauh lebih ekonomis dibandingkan membeli produk dengan harga satuan. Strategi bundling umum dilakukan penjual dengan cara menggabungkan produk yang tidak laku atau belum dikenal dengan produk yang diminati oleh konsumen.
5. Teknik Resiprokal
Sumber Foto: freevector.com
Beberapa pemilik bisnis menerapkan metode timbal balik atau resiprokal dengan memberikan sample produk atau trial gratis. Hal itu dilakukan untuk menimbulkan pola pikir : “Ketika seseorang memberi sesuatu, tanpa disadari kita terdorong untuk mengembalikan sesuatu”. Ketika konsumen sudah membuktikan langsung kualitas produk atau jasa yang ditawarkan melalui sample dan trial, besar kemungkinan calon konsumen akan membeli produk itu.
Baca Juga: 5 Peluang Bisnis Makanan Tradisional yang Menguntungkan
Menjalankan sebuah bisnis, pelaku usaha lazim dihadapkan dengan berbagai macam tantangan. Memberikan harga produk pun menjadi tantangan tersendiri dalam menentukan kesuksesan bisnis ke depan. Bila pebisnis salah menentukan harga produk, risiko bisnis gugur dalam persaingan bisnis pun akan semakin tinggi.
Untuk memaksimalkan penjualan, pemilik usaha dapat menyusun strategi dengan memainkan harga jual sesuai dengan psikologi konsumen. Penerapan Psychological Pricing ini berguna untuk mendapatkan respon emosional pelanggan. Bagaimana cara penerapannya? Kitadigi bocorkan 5 psikologi harga yang bisa pebisnis lakukan.
1. The Power of Number 9
![5 Psikologi Harga yang Dapat Anda Terapkan di Bisnis](https://dl.kaskus.id/kitadigi.com/wp-content/uploads/2021/05/pricing_decisions-300x129.jpg)
Untuk meningkatkan penjualan, Anda bisa menggunakan strategi charm pricing atau strategi penentuan harga psikologis yang melibatkan angka “9”, “99”, atau “999”.Cara menerapkan charm pricing hanya dengan menurunkan 1 rupiah dari harga yang sudah bulat, sehingga tiga angka belakang menjadi “999”. Sebagai contoh, jika produk dihargai Rp 50.000, dengan charm pricing harga tetap akan menjadi Rp 49.999. Dengan begitu, tanpa disadari konsumen menganggap bahwa harga yang ditawarkan lebih murah karena digit sebelah kiri berubah.
2. Fear of Missing Out
![5 Psikologi Harga yang Dapat Anda Terapkan di Bisnis](https://dl.kaskus.id/kitadigi.com/wp-content/uploads/2021/05/073702700_1604485476-Waspada-FoMO_-Gangguan-Jiwa-akibat-Media-Sosial-shutterstock_1497467291-1-300x169.jpg)
Fear of Missing Out atau FOMO Effect merupakan bentuk kecemasan, khawatir berlebih, dan ketakutan akan tertinggal trend yang sedang berjalan. FOMO biasa dirasakan oleh orang-orang yang selalu up to date atau anak muda generasi milenial. Dari segi marketing, FOMO dimanfaatkan untuk menciptakan hype di pasaran, sehingga keuntungan yang didapatkan pun akan berlipat.
Penerapan FOMO dalam bisnis menunjukkan bahwa produk yang dimiliki terbatas, sehingga akan menimbulkan efek urgensi agar konsumen cepat melakukan pembelian. Seperti, menggunakan frasa “Hari Terakhir”, “Jangan Lewatkan!”, “Limited Edition”, “Produk Terbatas!”. Dengan FOMO Effect, pebisnis meyakinkan calon konsumen bahwa waktu yang tepat membeli produk itu adalah “sekarang” atau saat itu juga.
3. Decoy Effect
![5 Psikologi Harga yang Dapat Anda Terapkan di Bisnis](https://dl.kaskus.id/kitadigi.com/wp-content/uploads/2021/05/0_Q91R_JPCzrKigPj--300x154.png)
Dalam dunia pemasaran, decoy effect cukup banyak digunakan oleh pebisnis dan mampu menghipnotis calon konsumen. Decoy effect sendiri merupakan trik psikologi dimana konsumen cenderung mengganti pilihan antara dua opsi saat diberikan opsi ketiga yang tidak seimbang. Contoh kasus ketika membeli popcorn saat menonton di bioskop, orang-orang cenderung memilih popcorn small seharga Rp. 45.000 dibandingkan large seharga Rp 85.000, karena alasan lebih hemat dan cukup. Tapi ketika adanya variasi harga, small Rp. 45.000, medium Rp. 75.000, large Rp 85.000, tentunya konsumen akan memilih popcorn yang lebih besar dan lebih mahal karena selisih harga yang sedikit dengan popcorn sedang.
4. Penggabungan Barang (Bundling)
![5 Psikologi Harga yang Dapat Anda Terapkan di Bisnis](https://dl.kaskus.id/kitadigi.com/wp-content/uploads/2021/05/istockphoto-1175195572-612x612-1.jpg)
Product Bundling merupakan strategi pemasaran menggabungkan dua atau lebih satu kemasan penjualan dengan satu harga. Strategi product bundling ini dilakukan agar konsumen memandang produk bundling yang ditawarkan jauh lebih ekonomis dibandingkan membeli produk dengan harga satuan. Strategi bundling umum dilakukan penjual dengan cara menggabungkan produk yang tidak laku atau belum dikenal dengan produk yang diminati oleh konsumen.
5. Teknik Resiprokal
![5 Psikologi Harga yang Dapat Anda Terapkan di Bisnis](https://dl.kaskus.id/kitadigi.com/wp-content/uploads/2021/05/istockphoto-1197831971-612x612-1-300x222.jpg)
Beberapa pemilik bisnis menerapkan metode timbal balik atau resiprokal dengan memberikan sample produk atau trial gratis. Hal itu dilakukan untuk menimbulkan pola pikir : “Ketika seseorang memberi sesuatu, tanpa disadari kita terdorong untuk mengembalikan sesuatu”. Ketika konsumen sudah membuktikan langsung kualitas produk atau jasa yang ditawarkan melalui sample dan trial, besar kemungkinan calon konsumen akan membeli produk itu.
Baca Juga: 5 Peluang Bisnis Makanan Tradisional yang Menguntungkan
![legistra.id](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/06/02/avatar11041213_1.gif)
legistra.id memberi reputasi
1
1.3K
3
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![UKM](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-595.png)
UKM![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
14.8KThread•3.4KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya