Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
NALURI MANUSIA LEBIH BAHAGIA HIDUP DALAM MITOS DAN IMAJINASI
NALURI MANUSIA LEBIH BAHAGIA HIDUP DALAM MITOS DAN IMAJINASI

Setiap makhluk hidup memiliki caranya sendiri untuk memperoleh dan menikmati apa yang mereka namakan kebahagiaan. Kebahagiaan sendiri adalah sebuah frasa yang menjadi perburuan tanpa henti, tidak mengenal lelah dan diperoleh dengan beragam upaya hingga mereguknya, tak terkecuali manusia, yang dikenal sebagai makhluk hidup (yang merasa) paling superior diantara yang lain.

Ada beragam cara yang bakal ditempuh oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan. Dalam menempuh cara-cara itu, manusia bebas atau free thinker merasa mempunyai hak untuk mengaktualisasikan dirinya dan daya upayanya untuk mencapai kebahagiaan. Disatu sisi, mereka merasa dengan kebebasan yang dimiliki dan rasionalitas yang menjadi pegangan utamanya adalah sesuatu yang tak boleh dibatasi oleh pelbagai barrier sosial semisal nilai-nilai etis. Namun demikian, di sisi lain mereka lupa, bahwa kehidupan individualis adalah hal yang mustahil sebab keterbatasan itu justru adalah keniscayaan bagi manusia.

Banyak sugesti-sugesti naluriah yang pada gilirannya membuai manusia dalam memaknai kebahagiaan. Dua hal yang dapat dijadikan pemisalan adalah mitos dan imajinasi. Dua hal ini adalah keadaan atau bisa dikatakan keyakinan yang dapat mempengaruhi seorang manusia untuk memaknai apa itu kebahagiaan.

Mitos itu sendiri jika di artikan secara harfiah sebagaimana dikutip dari wikipedia adalah berupa kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta (seperti penciptaan dan keberadaan makhluk di dalamnya), serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Dalam perkembangannya, mitos ini kemudian memiliki pengertian yang lebih luas termasuk menyangkut keyakinan yang kuat, berdasar kisah masa lampau tadi tentang larangan atau kebolehan terhadap melakukan sesuatu yang diyakini akan berdampak pada kehidupan dari seorang manusia di masa sekarang dan masa yang akan datang. Mitos ini pada perkembangannya hidup dan mengakar (terkadang secara radikal) pada lingkungan masyarakat tradisional, bahkan di era berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini. Sekelompok manusia ini menjadikan mitos sebagai ukuran dan bahkan panduan dalam menjalani hidup mereka. Seolah berada dalam barrier sendiri dan tidak memperdulikan keadaan sekitarnya yang mana alasan-alasan logis dan rasional begitu pesat berkembang. Untuk itu, standar kebahagiaan juga ditautkan pada kepercayaan terhadap mitos ini. Pada hakikatnya, mereka adalah manusia-manusia yang memaksa akalnya membeku dalam fatamorgana semu kedigdayaan mitos. Secara kongkrit, kepercayaan yang berdasar mitos ini juga merambah ke bidang politik dan pemerintahan, yang mana mereka percaya bahwa seorang pemimpin baik di level nasional maupun daerah haruslah diterima sebab mitos-mitos tertentu tidak peduli seperti apa kebijakan-kebijakan yang nantinya diambil. Entah itu merugikan rakyat kebanyakan atau memberikan keuntungan secara personal bagi figur-figur pemimpin ini.

Lain lagi dengan imajinasi yang pada dasarnya bisa saja terbentuk hanya atas dasar fantasi yang utopis, tetapi terkadang pada sisi yang lain juga berdasar pada analisis yang akademik dan ilmiah. Masyarakat imajinatif memperoleh kebahagiaan dengan mengkondisikan keadaan faktual dalam fantasi mereka yang fiktif. Sekelompok manusia ini kemudian memabukkan dirinya dengan kehidupan imajinatif tentang kebahagiaan, yang realitanya adalah buaian sementara waktu saja.

Keduanya, baik mitos maupun imajinasi adalah keadaan yang sama-sama melawan realita dan rasionalitas logika. Pemikiran-pemikiran yang utopia ini dapat saja berdampak positif dan menjadi motivasi saat keadaan ekonomi dan sosial yang semakin memburuk di masa sekarang ini. Namun demikian, terus-menerus hidup dalam keadaan ini adalah sama halnya menenggelamkan diri dalam candu alkohol atau narkotika, yang mana dua hal itu adalah keburukan di masa depan.

Jadi, apakah Agan dan Sista juga dalam sekelompok masyarakat mitos dan imajinasi? Atau malah di kelompok realis yang menentang keduaanya?

Terima kasih sudah membaca. See you on the next thread!!
myasanmia
gramediapubl701
tumiskecap
tumiskecap dan 7 lainnya memberi reputasi
8
940
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.