Setelah akhir-akhir ini Polandia sering jadi sorotan karena telah memborong banyak senjata dari Amerika dan Korea Selatan, kini lampu sorot ditujukan ke UEA. Negeri tajir melintir di kawasan Teluk tersebut sedang melakukan negosiasi untuk membeli total 120 unit drone Bayraktar TB2, jika transaksi itu berhasil maka UEA akan menjadi negara pembeli terbanyak TB2 buatan perusahaan Baykar Makina tersebut.

Mengutip artikel Midle East Eye, sebuah sumber yang tak mau disebutkan namanya mengatakan jika UEA sedang melakukan negosiasi dengan Turki untuk membeli 120 unit drone tempur Bayraktar TB2. Negosiasi antara manufaktur TB2 dengan Tawazun yang merupakan badan pengadaan senjata UEA sudah dilakukan sejak Maret 2022 lalu. Salah satu sumber mengatakan negosiasi difokuskan pada penjualan 120 TB2 Bayraktar yang terdiri dari paket amunisi, pusat komando dan kendali, dan pelatihan. Total mahar yang harus dibayar UEA sekitar US$2 miliar (Rp 30 triliun).

Sumber tersebut menambahkan kepada Midle East Eye bahwa, beberapa komponen TB2 mungkin akan diproduksi di pabrik Baykar di UEA, jika kesepakatan tersebut berlanjut. Sementara salah satu orang dalam industri pertahanan Turki mengatakan kepada Midle East Eye bahwa, setiap Bayraktar TB2 berharga US$5 juta (Rp 74 miliar) dan setiap pesawat membutuhkan 100 amunisi mikro pintar MAM-L, yang jika digabungkan bernilai US$15 juta (Rp 222 miliar). Ada juga biaya tambahan untuk pelatihan serta pusat komando dan kontrol, yang bervariasi pada jumlah drone karena setiap pusat kendali (ground control) dapat mengendalikan hingga enam.



Bayraktar TB2 bersinar di Perang Nagorno-Karabkh yang melibatkan Armenia dan Azerbaijan pada 2020, drone ini selama perang tersebut juga dapat julukan Pantsir Killerkarena sukses menghajar sistem pertahanan udara Rusia yang digunakan Armenia. Selanjutnya baru-baru ini, TB2 juga terlibat di Perang Rusia-Ukraina; di mana TB2 juga berhasil menenggelamkan beberapa kapal perang Rusia.

Baykar Makina selaku pembuat drone TB2 memiliki hubungan dengan keluarga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Salah satu insinyur topnya, Selcuk Bayraktar, menikah dengan putri Erdogan, Sumeyye. Sementara itu CEO Baykar Haluk Bayraktar mengatakan bulan lalu bahwa, perusahaannya memiliki simpanan pesanan selama tiga tahun dan perusahaannya dapat memproduksi sekitar 20 Bayraktar TB2 dalam sebulan.

Di sisi lain, Turki dan UEA mulai memulihkan hubungan selama setahun terakhir, setelah 10 tahun konflik politik dan proksi di tempat-tempat seperti Libya, Mesir, dan Afrika. Hubungan keduanya sempat memburuk saat muncul tuduhan bahwa Emirat berencana untuk menjatuhkan pemerintah Turki dan terlibat dalam upaya kudeta 2016, klaim yang kemudian dibantah UEA.

Hubungan aneh antara kedua negara juga terjadi selama perang Libya 2019-2020, UEA dan Turki mendukung kubu yang berlawanan. Abu Dhabi memasok pasukan Khalifa Haftar dengan drone Wing Loong II buatan China sementara Ankara memberikan otoritas di Tripoli untuk memakai drone Bayraktar TB2. Di sisi lain, banyak analis militer menyebut pembelian TB2 dari Turki adalah wujud dari ketidakpuasan UEA terhadap performa drone Wing Loong II buatan China milik mereka.

Tetapi saat ini hubungan kedua negara mulai membaik, ikatan baru dengan cepat terbukti menguntungkan. Midle East Eye menyebutkan ada rencana Emirat untuk menginvestasikan miliaran dolar ke bidang kesehatan, keuangan, dan perusahaan di Turki. Abu Dhabi juga menandatangani kesepakatan pertukaran mata uang senilai US$5 miliar dengan Turki awal tahun ini. Ditambah kedua negara juga telah memulai negosiasi kesepakatan perdagangan bebas.



Sebagai tambahan informasi, Baykar Makina menyebut jika perusahaannya akan memasok drone TB2 ke 24 negara. Baykar mengkonfirmasi telah memproduksi lebih dari 400 TB2 hingga tahun ini. Mereka sedang berusaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya, yang ingin dicapai sebagian dengan pabrik di Ukraina. CEO Baykar sebelumnya mengatakan bahwa, perusahaan saat ini mampu memproduksi hampir 200 Bayraktar TB2 setiap tahun. Perusahaan Turki bermaksud untuk meningkatkan jumlah produksi menjadi 500.

Selain itu, menurut artikel BalkanInsight, Kementerian Pertahanan Rumania dikabarkan juga tertarik untuk membeli 18 unit drone Bayraktar TB2 yang mencakup paket dukungan logistik awal, peralatan pelatihan dan pelatihan khusus yang diperkirakan menelan anggaran US$300 juta. Mereka sedang mengajukan izin permohonan pembelian TB2 kepada anggota parlemen. Pembelian TB2 merupakan bagian dari perencanaan pertahanan NATO dan modernisasi alutsista Rumania hingga tahun 2040. 

Selain Rumania, nama Serbia juga jadi nama baru yang akan membelui TB2, artikel TheDefensePostmenyebut jika Presiden Serbia Aleksandar Vucic bersedia membayar ratusan juta dollar untuk TB2, meski tidak disebutkan berapa nilai kontrak dan jumlah drone yang dibeli, Vucic berharap pengiriman pertama drone bisa dilakukan pada tahun 2023.

Awal tahun ini, Bangladesh juga mengkonfirmasi ingin membeli drone TB2; tetapi rincian kesepakatannya belum diketahui. Selain itu, Rusia juga tertarik dengan TB2. Saat pertemuan di Iran beberapa bulan lalu, Vladimir Putin meminta Erdogan agar negaranya bisa memiliki TB2. Tetapi permintaan itu ditolak. Penolakan juga datang dari CEO Bayraktar, yang dengan tegas mengatakan jika Turki menjual TB2 ke Rusia; hal itu akan melukai perasaan rakyat Ukraina.




Referensi Tulisan: TheDefensePost& Midle East Eye
Sumber Foto: sudah tertera di atas