Ngojek, Apa Masih Untung Dikala Harga BBM Naik? Nasibmu Kian Pilu?

Beranda

...

The Lounge
Ngojek, Apa Masih Untung Dikala Harga BBM Naik? Nasibmu Kian Pilu?

iskrim

09-09-2022 07:25

Ngojek, Apa Masih Untung Dikala Harga BBM Naik? Nasibmu Kian Pilu?

Judul diatas mohon maaf kalau terlihat menyedihkan terutama bagi para pejuang rupiah dijalan, para ojek online motor ataupun mobil online. Harga bbm naik memang membuat semua keberatan apalagi dikala orderan para ojol kian 'anyep' karena jumlahnya semakin banyak, belum lagi persaingan bisnis, perang tarif sedangkan jumlah pelanggan tidak juga bertambah.

Dari situ saja sudah bisa kita bayangkan bagaimana beratnya mencari pemasukan bagi para ojol, seperti yang terjadi pada saudara jauh saya ketika dulu kerjaan ojol sangat menjanjikan dia bela-belain keluar kerja, dan menjual salah satu kontrakkannya untuk kredit mobil yang dijadikan mobil online.

Tiba-tiba pandemi Corona menghadang, orderan langsung super anyep, belum balik modal tiba-tiba mobil harus ditarik leasing dan salah satu kontrakkannya itu sudah terlanjur dia lepas dengan harga murah, dan sekarang dia menyerah dan bekerja serabutan asalkan dapur bisa ngebul.

Sebenarnya pekerjaan apapun yang menjadikan kita bisa mandiri secara finansial itu layak saja, tapi pekerjaan ojek online yang dijadikan sebagai pekerjaan utama adalah keputusan yang salah besar. Ojek kala itu memang masih boomimg-boomingnya karena jumlah pelanggan sangat besar dari pengojeknya itu sendiri, belum banyak pesaing sejenis dan pemasukan pastinya menggiurkan.

Tapi sekarang ketika semua terbalik jumlah ojek seperti over kapasitas tapi jumlah pelanggan nyaris tidak bertambah tiap tahunnya maka para ojek online harus 'berebut kue' yang ukurannya tidak berubah, dapat sih kuenya tapi ukurannya semakin keciiiil, secuil sehari.

Perusahaan ojol memang sejak sedari awal menganggap para ojol adalah mitra usaha (tidak ada kewajiban perusahaan mensejahterakan dan bisa melakukan kebijakan sesuka mereka) tapi tuntutan pekerjaannya sudah seperti karyawan tetap oleh perusahaan aplikator ini, kalau seorang pengojek punya kesalahan maka rawan dipecat atau banned.

Ya, itulah resiko yang dirasakan tapi anehnya orang terus berbondong-bondong mendaftar jadi ojek online karena mereka terbuai dengan iklan 'untung besar' kalau mereka bergabung. Tukang ojek sekarang ini tidak ubahnya seperti kerja rodi, jadi budak aplikator, diperas tenaga dan fikirannya, sehari kerja 8 jam lebih, panas kepanasan hujan kehujanan, belum lagi dicaci pelanggan atau sampai kehilangan motornya, tapi perusahaan aplikatornya enak berada diruangan ac tinggal terima keuntungan hasil dari kerja keras para ojek online ini. Terlihat kejam memang, tapi itulah kenyataannya.

Jujur ya, saya pribadi tidak berniat merendahkan profesi ojek online ini (bisa ada pemasukan saja sudah alhamdulillah daripada menganggur). Menurut saya menjadi ojol itu pekerjaan yang tidak aman meski terlihat santai, sehingga kebanyakan mereka terlena dan terlupa bahwa mereka bisa saja dipinggirkan oleh sistem dalam hitungan detik tanpa bisa menuntut apapun ke perusahaan aplikatornya.

Kembali kesoal bbm tadi dengan semakin mahalnya harga bahan bakar tentu para ojol harus semakin pintar dan cerdas dalam bekerja, akan diuntungkan jika mereka sudah sangat hafal jalan tikus yang akan dilewati ke tujuan pelanggan. Tapi jika setiap hari harus terjebak macet, perawatan kendaraan tidak boleh telat, orderan semakin sepi, persaingan semakin sengit, apakah secara hitung-hitungan masih menguntungkan? Kalau sekedar pas-pasan sayang diumur, bisa tua dijalan.

Jadi kalau hanya untuk kerja sampingan dan memperluas pergaulan sepertinya tidak masalah, malah ada yang dapat jodoh pula. Tapi kalau untuk dijadikan penghasilan utama zaman sekarang ini sebaiknya fikir lagi, buat yang masih sehat dan bugar sebaiknya jadikan batu loncatan saja, tidak perlu malu bertanya pada pelanggan apakah ada info lowongan pekerjaan ditempatnya, siapa tahu berjodoh.

Semoga nasib kalian para ojol kedepan jadi lebih baik lagi, punya pekerjaan tetap pula. Aamiin