Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

xxx0857Avatar border
TS
xxx0857
Putin Luar Biasa, Rusia Menang Perang Energi Lawan AS Cs


 - Perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung lebih dari enam bulan sejak Februari 2022, tapi bukannya merugi, Rusia malah di gadang-gadang berhasil meraup keuntungan besar dari sektor minyak mentahnya. Padahal, Amerika Serikat dan sekutunya memberikan sanksi, agar Rusia tidak bisa memperoleh pendapatan dari sektor energi.
Terdapat ada dua indikator bahwa Rusia berhasil meraup keuntungan dari minyak mentah selama perang Rusia-Ukraina berlangsung.
Indikator pertama yakni produksi minyak mentah yang stabil. Menurut data dari Statista, produksi minyak mentah Rusia kembali meningkat dari penurunannya pada Maret 2022 dan stabil di level 9 juta barel per hari hingga pada Juli 2022. Hal tersebut membuktikan bahwa produksi minyak Rusia terbukti tangguh, meskipun negara-negara Eropa dan Barat memberikan sanksi terhadap minyak mentah Rusia.

Bahkan, Wakil Menteri Rusia Alexander Novak memprediksikan produksi minyak mentah Rusia pada tahun ini akan meningkat di kisaran 520-525 juta ton, setelah mencapai 524 juta ton pada 2021.
"Kami memproduksi persis sebanyak yang kami mampu produksi dan jual. Produksi kami sedikit meningkat, situasinya membaik seperti yang Anda lihat. Jika situasinya terus stabil, perusahaan akan menemukan pasar baru dengan percaya diri. Saya pikir produksi akan meningkat," tutur Novak kepada Reuters.
Diketahui, ketika perang Rusia-Ukraina mencuat pada Februari 2022, Uni Eropa dan negara Barat kompak memberikan sanksi ekonomi terhadap minyak dan gas Rusia. Sejak itu, Rusia diyakini telah berhasil mengalihkan pasokan minyak mentahnya ke Asia.
International Energi Agency (IEA) melaporkan pada Juni 2022, China telah menyalip Eropa untuk menjadi pasar teratas minyak mentah Rusia, di mana mengimpor sebanyak 2,1 juta barel per hari, lebih banyak daripada impor ke Eropa yang hanya sebanyak 1,8 juta barel per hari.
Pada Juli 2022, India juga mengimpor minyak mentah dari Negeri Beruang Merah tersebut sebanyak 877.400 barel per hari. Selain itu, data dari Refinitiv Eikon menunjukkan bahwa Turki telah meningkatkan impor minyak Rusia, termasuk jenis Ural dan Siberian Light dengan volume mencapai 200.000 barel per hari di sepanjang periode Januari hingga Agustus 2022. Angka tersebut meningkat dari periode yang sama tahun 2021 yang hanya di 98.000 barel per hari.

Peningkatan impor tersebut terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan bertemu pada awal Agustus 2022 lalu dan sepakat untuk meningkatkan kerja sama bisnisnya.

Indikator kedua, minyak mentah Rusia unggul dari harga yang lebih murah dibandingkan dengan minyak mentah dunia. Pada awal April 2022, Rusia bahkan menjual minyak mentahnya dengan diskon hampir US$ 35 per barel dari harga acuan minyak mentah dunia jenis Brent. Namun, baru-baru ini harga minyak mentah Rusia sedikit lebih tinggi dan hanya lebih murah sekitar US$ 20-25 per barel.
Keunggulan tersebut membuat Rusia mendapat 'cuan' banyak hingga transaksi berjalannya (current account) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar, lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.
Sementara itu Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) pada Selasa (9/8/2022) melaporkan pada periode Januari - Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$).
Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar, menurut CBR.
"Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan," tulus CBR.

Selain itu, Rusia juga unggul dari sisi politik. Rusia mampu mempertahankan pengaruhnya di dalam aliansi OPEC+. Beberapa waktu yang lalu, Wakil Menteri Rusia Alexander Novak mengunjungi Arab Saudi, kemudian OPEC+ mengumumkan untuk membatasi peningkatan produksi minyak mentahnya guna menjaga harga di pasar.
Jika harga minyak mentah dunia bertahan di harga yang tinggi, tentunya akan membuat Rusia semakin diuntungkan. Di sisi lainnya, kenaikan harga komoditas dunia telah menekan ekonomi dari negara-negara yang bergantung dengan impor. Negara-negara di Eropa sudah merasakannya, krisis energi, inflasi yang tinggi juga melanda.
Inflasi di Jerman sendiri pada bulan Juli tercatat sebesar 7,5% yang merupakan level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, sementara di zona euro sebesar 8,9% yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Kemudian, di Inggris inflasi melesat 10,1% (yoy) menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...gi-lawan-as-cs

Diubah oleh xxx0857 03-09-2022 00:28
10mountainflat
tololmenahun
merckygan
merckygan dan 8 lainnya memberi reputasi
9
3.1K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.2KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.