1. Lebih tinggi potensi terkena kanker karena aktivitas pembelahan sel yang lebih banyak dibanding orang pendek


Bertolak belakang dengan klaim bahwa semakin tinggi semakin sehat. Orang yang bertubuh tinggi, memiliki aktivitas pembelahan sel yang jauh lebih banyak sehingga resiko munculnya sel kanker menjadi lebih tinggi.

Aktivitas pembelahan sel pada orang-orang bertubuh tinggi terjadi lebih banyak seperti pada proses regenerasi sel misalnya, meningkatkan kemungkinan terbentuknya sel kanker yang semakin diperparah bila orang tersebut memakan zat-zat karsinogen (pengawet, pewarna, dll) dan juga terkena paparan radiasi gelombang ultraviolet berlebihan.

Hal inilah yang menyebabkan mengapa data harapan hidup global menunjukan bahwa orang bertubuh tinggi memiliki harapan hidup yang lebih singkat dibanding orang pendek, karena timbulnya kanker lebih mudah terjadi pada orang bertubuh tinggi.

Setiap kenaikan 10 centimeter dari 175 cm untuk laki-laki atau 162 cm untuk wanita meningkatkan resiko kanker sebesar 10%.

2. Orang bertubuh pendek memiliki potensi terkena CVD (Cardio Vascular Disease) lebih tinggi dibanding orang bertubuh tinggi. Namun apakah harapan hidup orang bertubuh tinggi menjadi lebih tinggi? Sayangnya tidak.



Biarpun orang bertubuh pendek memiliki potensi lebih tinggi dalam penyakit kardiovaskuler tetapi orang bertubuh tinggi lebih mengerikan lagi, yaitu memiliki potensi terjadinya Atrial Fibrillation (detak jantung tak beraturan) yang lebih tinggi.

Hal inilah yang nantinya akan mengarah ke berbagai penyakit organ lainnya seiring bertambahnya umur sehingga membuat orang bertubuh tinggi menjadi lebih rentan lagi.

Setiap kenaikan tinggi badan 2,54 cm dari 175 cm untuk laki-laki atau 162 cm untuk wanita meningkatkan resiko penyakit Atrial Fibrilation sebesar 3%. Hal inilah yang semakin membuat harapan hidup orang bertubuh tinggi menjadi lebih rendah.

3. Gen Longetivy yang tak bisa aktif pada orang bertubuh tinggi


Sejatinya tiap-tiap manusia memiliki gen penghambat penuaan yaitu gen FOXO3. Gen ini dapat mengekspresikan sifat longetivy pada tubuh yang berfungsi menghambat penuaan. Namun dalam penelitian ternyata gen ini jarang ditemui aktif pada orang yang bertubuh tinggi.

Hal yang dapat menyebabkan gen ini bisa aktif adalah ketika manusia diberikan treatment asupan nutrisi yang lebih sedikit sedari kecil.
Namun pada orang yang bertubuh tinggi memiliki korelasi asupan nutrisi lebih banyak saat masa pertumbuhan hingga dewasa sehingga membuat gen FOXO3 jarang ditemui aktif pada orang-orang bertubuh tinggi.

Jumlah manusia yang dapat mengaktifkan ekspresi gen FOXO3 lebih banyak ditemukan pada manusia bertubuh pendek dikarenakan jumlah nutrisi intake yang jauh lebih sedikit. Hal tersebut membuat orang-orang bertubuh pendek menjadi lebih berumur panjang karena gen longetivy yang senantiasa aktif.