Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah. Ini menyebabkan tingginya kebutuhan tempat tinggal di negara kita. Mungkin para pengusaha properti menjadikan ini sebagai peluang usaha dengan membangun kompleks perumahan. Makanya, makin ke sini, makin banyak aja kompleks perumahan. Mulai dari kompleks perumahan sederhana bersubsidi hingga yang elit dan mewah dengan harga fantastis.
Sebagai orang yang tinggal di kompleks perumahan kelas menengah, aku merasakan suka dan duka tersendiri. Di antaranya ini, gansis:
Sukanya:
Quote:
Lingkungannya terorganisir
https://www.perwara.com/wp-content/u...ti-640x330.jpg
Lingkungan di kompleks perumahan biasanya lebih terorganisir. Mulai dari Ketua RT, RW, dan seksi-seksi lain cukup aktif membantu mengatur urusan warga di kompleks. Misalnya urusan iuran rutin untuk kebersihan, keamanan, kematian, uang kas, dll. Atau mengatur jadwal kerja bakti, ronda malam, dll. Apalagi kalo ada event tahunan seperti 17 Agustus kemarin, wah pasti semangat bikin dekorasi dan aneka lomba bersama-sama biar meriah.
Dekat ke tempat belanja, laundry, warteg, dll
https://pabrikrakbaja.com/wp-content...arket-mini.jpg
Di sekitar kompleks biasanya tersedia toko untuk membeli berbagai kebutuhan, entah berupa minimarket atau toko/warung biasa. Tak lupa juga ada laundry, warung makanan, cuci motor, toko perlengkapan/makanan hewan, bahkan penjahit di sekitar rumah-rumah warga. Jadi, warga kompleks lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Ada security
https://tangerangkota.go.id/files/be...ndah-16049.jpg
Umumnya di kompleks perumahan ada security yang digaji dari iuran bulanan warga. Hal ini memberikan rasa aman pada warga. Kalaupun tidak ada security atau security hanya bertugas pada jam tertentu, Ketua RT/RW bersama warga biasanya mengatur jadwal siskamling untuk malam hari agar terhindar dari kriminalitas. Sebagian kompleks juga dilengkapi CCTV di spot-spot tertentu, termasuk di gerbang masuk/keluar untuk membantu menjaga keamanan.
Tidak ada hewan ternak dilepas-liarkan
https://halmaherapost.com/wp-content...611607972.jpeg
Di kompleks perumahan, jarang ada warga yang memelihara hewan ternak di lingkungan rumah. Kalaupun ada, biasanya tidak banyak dan pemiliknya paham untuk tidak melepaskan hewan peliharaan seenaknya. Beda dengan di perkampungan yang masih banyak memelihara hewan ternak di sekitar rumah. Mungkin karena menganut paham kekeluargaan, jadi pemiliknya merasa semua rumah tetangga adalah rumah keluarganya sendiri dan si hewan ternak dibebaskan jalan-jalan sesuka hati. Biasanya sih hewan jenis ayam. Walaupun kecil, tapi mereka suka buang kotoran sembarangan dan mengotori, huhu. Di kompleks gak ada kejadian begitu. Sepertinya emang ada aturannya juga sih, bahwa tidak boleh seenaknya melepaskan hewan ternak di lingkungan sekitar kompleks.
Terus gimana dengan
duka hidup di kompleks?Tentu ada! Ini dia:
Quote:
Individualisme
https://cdn.medcom.id/dynamic/conten...EhCZ.jpg?w=480
Karena mayoritas penghuninya bekerja pagi-sore, bahkan ada yang sampai malam, jadi warganya jarang bersosialisasi. Ini menyebabkan timbulnya individualisme. Boro-boro mikirin bergaul dengan warga, mikirin kerja aja kayaknya udah capek dan bikin malas. Di satu sisi, individualisme mungkin terlihat bagus karena setiap orang mikirin hidupnya masing-masing aja, gak ngurusin hidup orang lain. Di sisi lain, indivualisme juga punya dampak negatif. Contohnya, kita gak sadar bahwa ternyata tetangga kita itu sedang sakit, kesusahan, dan membutuhkan bantuan, sementara kita yang mampu membantu jadi cuek-cuek aja karena gak berusaha mencari tahu kabar tetangga. Atau ada rumah yang dijadikan lokasi perbuatan kriminal, tapi tidak dicurigai sama sekali oleh warga karena tidak ingin ikut campur. Tahu-tahu ada pasukan polisi datang dan membongkar kasusnya, baru ngeh dan ketakutan sendiri. Yang paling parah, ada juga kasus orang meninggal sendirian hingga beberapa hari di rumahnya, baru diketahui oleh warga setelah baunya menyebar dan mengganggu.
Tidak ada angkutan umum
Gak enaknya tinggal di kompleks perumahan itu jarang ada angkutan umum yang lewat hingga ke dalam. Akibatnya, warga yang tinggal di dalam kompleks harus jalan kaki atau menggunakan kendaraan pribadi untuk bisa sampai ke rumah dari gerbang masuk. Atau sebaliknya, dari rumah ke gerbang. Inilah salah satu penyebab banyaknya warga perumahan memiliki motor, biar gampang ke mana-mana. Motor itu udah jadi kendaraan sehari-hari deh buat warga kompleks. Apalagi bagi emak-emak yang bolak-balik mengantar anak ke sekolah atau belanja, kayaknya tiada hari tanpa motoran. Jadi jangan lupa motornya dirawat, di-service ya. Minimal rutin ganti oli biar motornya tetap nyaman dipakai setiap hari. Gak ngerti cara ganti oli atau bingung milih olinya yang mana? Ke bengkel aja lah. Asal jangan bengkel abal-abal, harus bengkel yang bagus biar ganti oli & service nya bener. Misalnya bengkel Planet Ban yang udah ada di mana-mana. Pelayanan oke, olinya pun udah pake yang ester, yang merek X-Ten itu loh. Jadi lebih tahan lama.
Kira-kira begitulah suka dan duka tinggal di kompleks perumahan versi aku. Tapi, semua suka dan duka itu tergantung banyak faktor. Beda perumahan, pasti beda aturan, beda keadaan, dan akan menghasilkan pengalaman yang berbeda juga.
Emang tinggal di manapun pasti akan selalu ada suka dan dukanya. Kadang rumah dan sarana lainnya bagus, tapi lingkungan sosialnya gak bagus, warganya gak rukun dan egois. Ada juga yang warganya baik, ramah, mau saling membantu, tapi kebersihan lingkungan kurang terjaga, jadi agak kumuh. Yang penting hindari tinggal di tempat yang lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Kalo nyari yang sempurna sih kayaknya gak akan ada.
Ya begitulah hidup bermasyarakat. Kalian pernah merasakan suka dan duka apa aja sepanjang tinggal di kompleks perumahan? Share yuk di komen