• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Dirudapaksa Tapi Malah Menjadi Tersangka, Inilah Kasus Legendaris Sum Kuning

serbaserbi.comAvatar border
TS
serbaserbi.com
Dirudapaksa Tapi Malah Menjadi Tersangka, Inilah Kasus Legendaris Sum Kuning
Hai semua!

emoticon-Hai

Selamat siang


Quote:

Pada threadkali ini saya ingin mengajak kita semua flashback ke tahun 1970, di mana telah terjadi kasus pemerkosaan yang menggegerkan Yogyakarta waktu itu. Adalah kasus Sum Kuning atau Sumaridjem, pernah dengar? Ini merupakan kasus legendaris yang menambah daftar nilai merah pada rapor kepolisian dan perangkat hukum Indonesia. Karena hingga hari ini kasus itu tak mendapat titik terang.

Begini kronologinya.

Wanita itu adalah Sumaridjem atau lebih dikenal dengan gelar Sum Kuning. Ia masih remaja kala itu, berusia 17 tahun, dan bekerja sebagai penjual telur yang pelanggannya tersebar di Kota Baru, Bumijo, Ngasem, Patuk, Tegal Mulyo, dan desa-desa lainnya.

Malam itu, 21 September 1970 Sum terlambat pulang usai mengantar telur. Bus sudah tidak ada lagi yang melintas di Ngampilan jika lewat pukul 5 sore. Akhirnya Sum memutuskan jalan kaki seorang diri, menyusuri jalanan penuh cemas. Namun, ketika melintas di wilayah timur Asrama Polisi Patuk, sebuah mobil berhenti di dekatnya. Sekelompok pemuda turun dan menarik Sum masuk ke dalam. Sum berontak sekuat tenaga. Sayangnya tenaga gadis remaja sepertinya hanya butiran debu bagi empat brandal pria yang menculiknya.

Sum diancam dengan belati. Tentu saja ia sangat ketakutan. Nyawa dan kehormatannya terancam! Saat itu, entah bagaimana caranya, Sum merasa dirinya berada dalam pengaruh obat bius. Dalam kondisi setengah sadar, ia merasa kain panjangnya disingkap, tangan dan kakinya pun ditekan. Ia mendengar para berandal itu bernyanyi riang, sembari merasakan rasa sakit menusuk organ kewanitaannya. Malam itu Sum Kuning dilecehkan hingga tak sadarkan diri.

Puas menuntaskan berahi, para berandal itu membuang Sum. Uang hasil dagangan sebesar 4.640 rupiah juga dirampas. Biadap betul mereka, Gansis!

"Dalam kondisi masih setengah sadar, lelah didera kesakitan fisik dan psikis, Sum didorong keluar mobil. Ternyata Sum dibuang di pinggir jalan raya Wates-Purworejo, tepatnya di daerah Gamping, Sleman, sekitar 5 KM dari Kota Jogja," tulis Aloysius Soni BL de Rosari dalam buku Elegi Penegakan Hukum: Kisah Sum Kuning, Prita, hingga Janda Pahlawan (2010).

Hari masih gelap ketika Sum dibuang. Ia pun menunggu hari menjadi agak terang dan segelintir orang mulai berlalulalang untuk melanjutkan perjalanan. Berbekal uang 100 perak, ia naik becak minta diantarkan ke rumah salah satu pelanggannya di Bumijo, Nyonya Sulardi. Ia menangis sejadi-jadinya ketika sampai di rumah Nyonya tersebut. Tentu saja semua orang terkejut. Apalagi melihat kondisi Sum yang sangat menyedihkan, kaki dan kainnya berlumur darah.

Saat itu, tetangga Nyonya Sulardi yang bernama Tut Sugijarto, wartawan Minggu Pagi mendengar cerita Sum. Ia pun mengabarkan berita itu pada Imam Sutrisno, wartawan Kedaulatan Rakyat. Imam pun melaporkan kejadian itu ke Kepolisian Militer, Denpom VII/2, dan menulis beritanya di surat kabar. Berita tersebut kemudian tersebar dan viral di masyarakat.

Quote:


Namun, bukannya mendapat keadilan, Sum yang baru keluar dari rumah sakit malah didudukkan di kursi pesakitan dan jadi tersangka, sementara Imam Sutrisno pun harus berhadapan dengan pihak militer karena sudah meliput kabar tersebut. Sum dituduh memberikan keterangan palsu, bahkan dicurigai sebagai anggota Gerwani dan antek-antek PKI.

Pada suatu malam polisi mendatangi Sum. Mereka menyuruh dia menanggalkan pakaian. Alasannya mereka akan mencari kalau-kalau di tubuhnya ada tanda palu arit (Aris Santoso dkk, dalam Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa: 2009).

Sejak saat itu gerak-gerik Sum dibatasi. Ia bahkan diancam akan disetrum jika tak mau 'mengaku' atau bercerita versi lain dari tragedi yang ia alami.

Kenapa begitu?

Karena muncul rumor bahwa pemerkosa Sum adalah orang ternama dan melibatkan putra para penggede Jogja. Apalagi dengan munculnya kesaksian Budidono, makelar mobil yang ditangkap polisi dan mengaku sebagai salah satu pemerkosa Sum. Ia membeberkan bahwa putra Brigjen Katamso dan Angling Putra, putra Paku Alam VIII juga terlibat. Banyak masyarakat yang percaya, karena mereka adalah orang kaya dan yang memiliki mobil di masa itu cuma orang-orang kaya.

Quote:


Karenanya suasana semakin panas. Masyarakat mendesak pihak berwajib untuk segera meringkus para pelaku, tak peduli jika ia anak pejabat atau bukan. Namun tetap tidak ada keterangan. Yang ada kepolisian malah menuduh seorang tukang bakso dan sepuluh pemuda sebagai dalang dari kasus Sum. Namun mereka membantah tuduhan itu bahkan berkata rela mati jika mereka terbukti merudapaksa Sum.

Masyarakat dibuat semakin resah, khawatir jika anak-anak gadis mereka ikut dimangsa. Apalagi tiga bulan sebelumnya kasus serupa juga menimpa Gadis N, guru di Stella Duce, dan pelakunya juga belum terungkap. Kemudian terdengar kabar bahwa para pelaku akan diarak di kantor polisi dekat Malioboro pada 28 September 1970. Tentu saja masyarakat senang mendengarnya! Lalu pada hari H mereka ramai-ramai datang ke kepolisian. Sayangnya tidak siapa pun diarak hari itu, sebab faktanya para pelaku belum terungkap.

Situasi bertambah panas. Warga kecewa, sedangkan Sum terus mendapat ketidakadilan atas tuduhan tak berdasar. Hal itu membuat marah Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Ia meminta kepolisian bertanggungjawab dan mengungkap kasus ini tanpa pandang bulu. Karena itu, ia membentuk tim khusus guna menyingkap kasus ini sampai tuntas.

Quote:


Ia tidak gentar menghadapi orang gede mana pun! Ia hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa! Sekalipun keluarga sendiri, mereka tetap ditindak karena bersalah! Ya, begitulah prinsip Hoegeng. Penuh ambisi ia dan tim menangani kasus ini, sampai-sampai ia berdiskusi langsung dengan Presiden Soeharto untuk menceritakan perkembangan kasus. Sayangnya Pak Presiden sama sekali tak tertarik! Ia malah meminta tim lain menangani kasus itu. Sang Jenderal malah diberhentikan oleh Soeharto pada 2 Oktober 1971.

Sejak saat itu kasus Sum perlahan menghilang dan terlupakan oleh kepolisian. Namun masyarakat terus mengingatnya hingga hari ini. Meskipun Sum dibebaskan dari tuntutan pemberian keterangan palsu pada 17 Desember 1970, namun tetap saja ia belum mendapat keadilan. Begitu pula dengan Gadis N. Publik pun masih bertanya-tanya, orang gede mana yang telah merudapaksa Sum dan Gadis N? Siapa mereka? Di mana mereka?

•••

Miris banget, Gansis. Kasus yang melibatkan orang besar selalu sulit untuk diungkap. Padahal hukum ada untuk semua kalangan. Siapa yang bersalah wajib ditindak tanpa melihat pangkat dan garis keturunan. Namun, faktanya tidak pernah begitu. Rakyat kecil selalu diperlakukan tidak adil dan orang besar selalu selamat dari hukum.

Jangan heran! Karena kita tinggal di Indonesia!

Sekian

| serbaserbi.com|

Terima kasih sudah mampir

Sumber:
1, 2, 3
Diubah oleh serbaserbi.com 29-07-2022 07:59
kecatriatamvan
goeltom25338186
gpandita
gpandita dan 39 lainnya memberi reputasi
40
13.5K
199
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.