HABIB RIZIEQ SHIHAB DIBEBASKAN KARENA TEKANAN AMERIKA?!

Pembebasan Habib Rizieq Shihab tidak lepas dari tekanan Amerika Serikat terhadap pemerintah Indonesia.

Pemerintah terdesak dan merasa perlu segera membebaskan Habib Rizieq sebagai syarat untuk meyakinkan presiden Amerika (Biden) dan pemimpin G7 agar bersedia hadir dalam hajatan KTT G20 di bali pada Desember 2022 mendatang.

Desakan atas penyelesaian kasus hukum Habib Rizieq dituliskan pemerintah Amerika dalam laporan beejudul, "2021 Country Reports on Human Rights Practices: Indonesia" yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri AS pada 13 April 2022 lalu.

Pemerintah Indonesia dituntut segera menyelesaikan persoalan persekusi kelembagaan FPI, penembakan 6 anggota FPI, termasuk pemidanaan Rizieq Shihab.

Menurut Washington, Keputusan menteri terkait pelarangan FPI tidak konsisten dengan konstitusi negara, dan merupakan pembatasan yang tidak adil atas hak berserikat dan berekspresi.

Amerika juga menaruh perhatian besar terkait penembakan 6 anggota FPI. Washington menyebutnya sebagai tindakan Penghilangan Nyawa Sewenang-Wenang dan Pembunuhan Tidak Sah (Unlawful Killing) serta Bermotif Politik. Amerika melabeli peristiwa tersebut sebagai bentuk pelanggaran HAM.

Menyusul tekanan Amerika, habib Rizieq dikeluarkan. Pemerintah seolah tunduk terhadap tekanan guna merespons perhatian Amerika terkait persekusi FPI dan juga sangkut paut Habib Rizieq dengan kasus penembakan laskar FPI di KM 50 yg disebut sebagai bentuk pelanggaran HAM.

Sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk menuruti tuntutan Amerika. Dikarenakan pemerintah sangat bergantung terhadap bantuan ekonomi dari Amerika dan Eropa untuk mengatasi defisit APBN di tengah situasi krisis.

Hal ini punya relasi kuat dengan ajang KTT G20 yg akan digelar di Bali pada Desember mendatang. Sebelumnya, Presiden Amerika, Biden dan sejumlah pimpinan negara Eropa G7 mengancam tidak akan hadir pada ajang KTT G20 nanti akibat ketidak jelasan dukungan Jokowi terkait invasi Amerika di Ukraina.

Merespon keengganan Biden, Jokowi bertemu dengan Elon Musk pada 17-18 Mei lalu. Secara politis, Jokowi memberi sinyal sedang butuh bantuan Elon melobi Biden agar bersedia hadir di KTT G20.

Elon adalah salah satu bandar yg sangat diperhitungkan karena banyak menyumbang untuk kemenangan Biden. Tapi upaya Jokowi ke Elon gagal meyakinkan Biden.

Biden tidak sebodoh itu. Selain Indonesia, Biden perlu memikirkan masa depan Amerika di Ukraina. Setelah gagal meyakinkan Biden lewat Elon, Jokowi berangkat ke Ukraina. Tidak ada resolusi yg dibuat dan disepakati untuk mendinginkan situasi.

Maksud hati ingin menjadi penengah, mendamaikan Putin dan Biden agar keduanya bisa bersedia hadir di KTT G20. Tapi, daya tawar politik Jokowi di mata global masih sangat lemah.

Setelah semua rangkaian upaya gagal meyakinkan Biden dan pimpinan G7, pemerintah melihat peluang pada sosok Habib Rizieq. Maka dipenuhi desakan AS terkait laporan pelanggaran HAM. Habib Rizieq dibebaskan.

Dalam kaitan ini, Boleh dikatakan, pembebasan Habib Rizieq adalah pendekatan "otak kotor" pemerintah Indonesia pada level secondary diplomacy untuk meyakinkan Biden dan pemimpin G7 hadir pada KTT G20.

Di bebaskannya Habib Rizieq menunjukan, pemerintah sangat membutuhkan dukungan Amerika dan Barat terkait bantuan pinjaman untuk melaksanakan pembangunan yg akan dibicarakan dalam forum KTT G20 mendatang.

Sejarah mengkonfirmasi, Khususnya bantuan dari Amerika dan Barat serta lembaga multilateral sangat terkait dengan urusan HAM, proyek intoleransi, radikalisme, terorisme dan sebagainya.

***
Sumber Pendukung :

https://www.tvonenews.com/berita/nas...-pinjaman-dana

https://id.usembassy.gov/our-relatio...ces-indonesia/