Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Mengapa Kriteria Calon Pekerja di Indonesia Lekat dengan Diskriminasi?

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Mengapa Kriteria Calon Pekerja di Indonesia Lekat dengan Diskriminasi?


Cangkeman.net - Tulisan ini mungkin akan mewakili para pencaker (pencari kerja) yang sampai hari ini masih kesulitan karena gak memenuhi syarat dan kriteria yang berlaku pada calon tempat bekerja. 

Banyak penyedia lapangan kerja yang merekrut pekerja berdasarkan umur, jenis kelamin, status, agama hingga penampilan. Padahal, hal ini jelas dianggap mengandung diskriminasi. Terutama kalo pekerjaan tersebut gak ada korelasinya sama sekali dengan kriteria tersebut.

Di negeri kita, bukan hal yang aneh liat iklan-iklan loker (lowongan pekerjaan) di media sosial yang pasti mencantumkan beberapa syarat di atas. Saya sendiri bahkan sering ter-kick karena punya tinggi badan yang gak sesuai dengan kriteria perusahaan.

Awalnya, saya juga ngerasa terdiskriminasi karena tinggi badan seharusnya gak begitu penting untuk pekerjaan yang tugas utamanya melayani pelanggan. Sampai suatu hari, saya bekerja sebagai pramuniaga di sebuah toko fashion muslim. Saya pun berakhir celingukan begitu harus menata barang pada rak yang tingginya hampir dua kali dari badan saya. Yap, ternyata syarat yang sering saya maki-maki itu merupakan kebutuhan di saat seperti itu.

Selain postur tubuh, beberapa pekerjaan juga mengharuskan calon pegawainya good looking. Biasanya, posisi ini diisi oleh para beautician dari sebuah brand kecantikan. Dari yang saya tangkap, cantik yang dimaksud di sini itu minimal punya muka yang mulus dan sehat. Hal ini wajar sih kalo tujuannya sebagai strategi pasar buat menarik perhatian konsumen.

Tapi, kalo iklan loker bersyarat good look ini ditujukan untuk profesi admin yang notabenenya kerja di depan komputer, gimana? Di bidang administrasi, muka cakep itu difungsikan untuk apa ya kira-kira? Jadi, saya rasa gak heran dong, kalo ada beberapa pencaker jadi pesimis karena merasa terdiskriminasi dengan kriteria yang satu ini.

Beralih dari penampilan, belakangan saya juga mulai khawatir menyadari hampir semua perusahaan memberi batas usia tertentu bagi calon pelamar. Ini menyulitkan. Mengingat gak semua orang bisa terus bekerja di sebuah perusahaan sampai masa tua. Kenyataannya, saya sendiri gak bertahan karena kena PHK, wkwk.

Saya masih dikasih keberuntungan karena keluar kerja di usia yang masih bisa melamar di perusahaan lain. Coba bayangin para buruh yang kena PHK di awal pandemi kemarin? Rata-rata mereka kelabakan karena bingung harus melamar ke mana dengan usia yang bukan lagi 20 atau 30-an tahun.

Belum lagi para ibu tunggal yang kesulitan mendapat kerja. Sebab beberapa perekrut gak menerima mereka yang sudah berkeluarga. Parahnya, saya sering banget nemu persyaratan kerja yang ngelarang pegawainya untuk menikah atau hamil dalam kurun waktu tertentu. Menurut saya sih berkeluarga itu sah-sah aja selama gak mengganggu dan kinerjanya aman.

Di sisi lain, diskriminasi juga kontras banget pada masalah gender. Bukan hal aneh kalo perempuan kurang dipercayai untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan pria. Perkara yang menyangkut tenaga masih wajar kalo cewek dianggap gak mumpuni. Tapi faktanya, mereka juga gak mendapat kepercayaan untuk dijadikan pemimpin pada sebuah perusahaan.

Selain soal penampilan, umur, jenis kelamin, dan status pernikahan, ada satu syarat yang bikin saya melongo bacanya, yaitu “muslim yang taat”. Kriteria yang satu ini emang jarang ditemuin, tapi beneran ada, serius. Bahkan rata-rata syarat ini gak ada kaitannya sama sekali sama posisi yang mereka cari. Saya sampe mikir, apa perekrut bener-bener menilai kinerja berdasarkan dari taat enggaknya saya beragama? Jadi, saya ibadah itu untuk agama atau untuk bekerja?

Oke, beda cerita kalo mereka gak mempersoalkan ketaatan, melainkan kerja yang memang dikhususkan untuk muslim ataupun non-muslim. Ini masih wajar dan bahkan harus. Beberapa profesi seperti dokter dan mentoring mesin atm contohnya, mereka bisa saling ganti shift di waktu yang mengharuskan beribadah di hari Jumat atau di hari Minggu. Ditambah lagi hari-hari kebesaran seperti Idul Fitri dan Natal.

Sebenernya, gak disebut diskriminasi selama perekrut bermaksud menyeleksi sesuai kebutuhan perusahaan. Perekrut juga punya batas toleransinya sendiri untuk mendukung industri mereka. Kendati begitu, batasannya jangan kejuhan juga lah kalo bisa, heuheu.


Tulisan ini ditulis oleh Thiara di Cangkeman pada tanggal 2 Juni 2022
albyabby91
albyabby91 memberi reputasi
3
1.1K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.