Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

4574587568Avatar border
TS
4574587568
IMF Minta BI Hati-hati Soal Rupiah Digital: Bisa Picu Krisis


Bali, CNBC Indonesia - International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan adanya risiko stabilitas keuangan hingga krisis ekonomi dengan hadirnya Central Bank Digital Currency atau di Indonesia disebut sebagai Rupiah Digital.

Kepala Divisi Departemen Moneter dan Pasar Modal di Dana Moneter Internasional (IMF) Tomasso Mancini-Griffoli menjelaskan risiko penerbitan rupiah digital akan mengganggu stabilitas keuangan lebih dalam, karena dikhawatirkan masyarakat akan mengalihkan aset mereka di perbankan.


"Dalam hal CBDC yang dikhawatirkan adalah pelarian dari simpanan bank, meskipun perpindahannya mungkin akan berjalan lambat. Namun, jika proses perpindahan (simpanan bank) ke CBDC berjalan cepat, justru berisiko pada krisis keuangan," jelas Tomasso dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2022 dengan topik 'Future of Money in The Digital Era', Nusa Dua, Bali, (12/7/2022).

Oleh karena itu, menurut Tommaso, Bank Sentral sebagai penanggung jawab moneter harus bekerja lebih keras untuk mempertimbangkan soal imbal hasil atau yield yang akan berlaku pada CBDC, agar masyarakat tidak 'FOMO' terhadap mata uang digital.




Karena jika tidak, orang akan dengan cepat berpikir bahwa menabung di perbankan, tidak lagi menjadi investasi yang menarik. "Inilah jalur krisis yang benar-benar nyata," tuturnya.


Tingkat suku bunga yang berlaku antara CBDC dan mata uang yang berlaku saat ini harus diperhitungkan.


"Mungkin mereka bisa tetap menawarkan aset yang dapat dipegang masyarakat dalam likuiditas yang tak terbatas, dan ini mungkin bisa memperlambat masyarakat untuk lari dari bank komersial," kata Tommaso lagi.

Bank Sentral, kata Tomasso sebenarnya dapat membuat modul mengenai rancangan mata uang digital untuk menghitung berbagai risiko jika CBDC diterapkan.



"Perhatikan tingkat bunga CBDC, mereka dapat memutuskan untuk menerapkan cap of quantity atau besaran jumlah (maksimal dan minimum) untuk memegang CBDC sebagai ambang batas," jelasnya.


Selain itu, menurut Tomasso bank sentral juga harus mengungkapkan informasi secara transparan tentang dampak-dampak bisa terjadi jika masyarakat memiliki mata uang digital. Hal ini juga bermanfaat bagi para investor yang ingin mengembangkan pasar mata uang digital.

Ada risiko substitusi perpindahan mata uang uang, jika masyarakat di banyak negara mulai memegang mata uang bentuk digital. "Mata uang digital menjadi jauh lebih murah dan lebih mudah untuk disimpan, dibandingkan dollar (mata uang global dunia)."



Berbagai dampak harus diperhitungkan bank sentral dalam penerbitan mata uang digital, di antaranya adalah akan merusak kebijakan dan kredibilitas yang sudah berjalan, membuat inflasi negara tinggi, dan meningkatkan volatilitas nilai tukar.


"Begitu negara mengimplementasikan kebijakan ini (CBDC), pergantian cepat pada mata uang mungkin akan terjadi," tuturnya.

Sumber

0
874
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.