Sudut Pandang Najwa Shihab : Dari Soal Hijab, Kebebasan Hingga Demokrasi

Presenter kondang Najwa Shihab dalam sebuah kesempatan memberikan pandangannya soal isu-isu terkini. Hadir dalam podcast "Bisikan Rhoma"yang di tayangan oleh Youtube Rhoma Irama Official milik "Raja Dangdut" Rhoma Irama, Nana sapaan akrab Najwa Shihab dicecar beberapa pertanyaan oleh Bang Haji Rhoma Irama.

Sebelum memulai podcast yang dikemas secara ringan ala kadarnya obrolan biasa ini, Nana sempat berceloteh bahwa dia sangat senang dan sekaligus degdegan saat akan di wawancara oleh Bang Rhoma. Dia mengatakan jarang sekali melakukan podcast dengan posisi sebagai narasumber dan itu menjadikannya sedikit merasa berbeda karena bertukar posisi bukan sebagai penanya tetapi menjadi orang yang ditanya.

Bang Haji Rhoma Irama kemudian memperkenalkan Najwa Shihab sebagai presenter, jurnalis dan juga anak dari seorang ulama besar Prof. Quraish Shihab. Meski sebagai anak ulama yang notabene juga adalah seorang Habib (Ulama keturunan langsung Rasulullah berdasarkan nasabnya), namun Nana sama sekali tidak terlihat membawakan embel-embel itu. Lanjut saat ditanya kemudian pun tentang apa yang diajarkan oleh sang ayah Prof. Quraish Shihab, Najwa mengatakan bahwa ayahnya atau biasa dia panggil "Abi", adalah sosok yang sangat sederhana dan rendah hati. Beliau, lanjut Nana lagi, selalu mencontohkan kebaikan lewat perilaku dan tidak membeda-bedakan gender dalam mendidik anak-anaknya. Beliau juga sosok yang tidak mau mendapat sebutan yang terkesan menyanjung dan meninggikan, meskipun faktanya beliau memang layak mendapat predikat tersebut.

Diawal obrolan inti, Bang Haji Rhoma memberikan pertanyaan mengenai hijab kepada Najwa Shihab. Hal ini karena isu Nana yang tak berhijab seringkali menjadi perbincangan hangat dikalangan netizen. Bahkan saat menjawab pertanyaan tersebut, Nana menyampaikan seringkali dibanyak kesempatan semisal dalam acara podcastnya, Shihab dan Shihab, banyak masyarakat yang menanyakan perihal hal tersebut yang mana tentu saja melahirkan kontroversial. Banyak yang beranggapan bahwa hijab adalah kewajiban bagi setiap muslimah dan menyematkan stigma negatif bagi sebagian muslimah yang tidak mengenakan hijab, termasuk didalamnya Najwa Shihab. Lebih lanjut Nana menyampaikan bahwa persoalan hijab ini membutuhkan penjelasan yang panjang agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi sebagian orang. Perbedaan definisi juga seringkali dijadikan dasar untuk dengan mudah memberikan label kepada seseorang.

Pada bagian lain, Najwa Shihab menyinggung soal kebebesan berpendapat. Menurutnya tolok ukur yang paling utama untuk isu ini adalah masyarakat tidak boleh dibatasi dengan bentuk apapun untuk menyampaikan pikiran, gagasan bahkan kritiknya selama itu adalah sesuatu yang konstruktif. Baginya, selama masih ada percakapan di ruang publik dan tidak dibatasi dengan aturan-aturan yang mengikat dan mengekang, maka selama itu pula kebebasan itu akan baik-baik saja.

Selanjutnya saat disinggung mengenai demokrasi di Indonesia, Najwa mengatakan bahwa seharusnya demokrasi dengan format pemilihan langsung itu adalah ciri demokrasi yang ideal. Namun hal ini menjadi seakan dibatasi karena dalam kontestasi pilpres ada regulasi yang mengatur soal ambang batas pencalonan presiden sebanyak 20% yang menurutnya adalah bentuk pembatasan. Akibat dari hal tersebut, tingkat keterwakilan publik menjadi terbatas dan kontenstan yang dipilih juga menjadi itu-itu saja tanpa memunculkan figur-figur baru yang bisa saja lebih potensial.

***

Sumber :