Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sigemblung07Avatar border
TS
sigemblung07
Gara-gara Mbah Dukun "Pacaran 7 Tahun Kandas" [COC] CLBK 2022


Jogja, Juni 2007

Pagi itu aku tidak langsung menuju ke kantor tempatku bekerja, ada tugas lapangan yang harus aku selesaikan.
Aku memacu motorku dengan kecepatan sedang, ditengah perjalanan handphone di saku celanaku bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk, mungkin orang kantor yang menghubungiku.
Akupun segera menepi dan menghentikan laju motorku untuk mengecek handphone, ternyata ada sms masuk dari pacarku.
"Tumben-tumbenan jam segini dia sudah sms" batinku, aku langsung memencet icon gambar amplop di handphoneku :

"Mas Dik, kayaknya aku sudah gak bisa lagi sama dia... tolongin mas, aku harus gimana baiknya?"

Aku mencoba mencerna maksud pesan singkat itu, Mas Dik? sejak kapan aku ganti nama? pikiranku mulai berkecamuk, tanganku begetar menahan emosi, fix ini sms salah kirim dan yang dimaksud "dia" dalam sms itu adalah aku.

Flashback tiga hari sebelumnya

Kata orang hari jum'at adalah hari pendek, jam kerjapun hanya sampai setengah hari.
Jarum jam menuntukkan pukul 11.30, setelah beberes meja kerjaku dan tak lupa mengunci pintu kantor, alih-alih menuju ke masjid untuk persiapan sholat jum'at aku mlah menuju rumah temanku, tadi pagi dia menelpon memintaku untuk kesana. (maaf aku bukan anak alim)

Tak butuh waktu lama sampailah ke tempat yang aku tuju, ternyata sudah ada beberapa teman yang berkumpul disana, aku melihat ada 3 botol warna hijau yang berlogo kepala jenggot, satu botol sudah terbuka tutupnya menandakan pesta sudah dimulai.
Seperti yang kukatakan, aku dan teman-teman bukanlah anak alim, bahkan terkesan arogan, semua masalah diselesaikan dengan kekerasan, maklumlah masa muda masih ingin mencari jati diri.

Melihat kedatanganku salah satu temanku yang bernama Gober segera menuangkan isi botol itu kedalam gelas kecil dan langsung menyodorkannya ke tanganku, seketika cairan yang beraroma menyengat itu langsung membasahi kerongkonganku.
Sedikit cerita tentang Gober, dia adalah salah satu teman dekatku yang nama aslinya Nana, tidak sesuai dengan perawakannya yang tinggi besar dan berkulit hitam, kekuatannya pun tak diragukan lagi, pas teler berat becandanya kelewatan, dengan tangan kirinya dia mampu menenteng badanku layaknya meneteng tas jinjing. (posisi dijungkir, kaki diatas kepala dibawah)

Sambil berbincang ala anak muda, pesta "air dewa" itupun masih berlanjut, disitu Gober bercerita kalau beberapa hari yang lalu dia baru putus dengan pacarnya yang masih anak SMA.

"Habis ini aku pinjam motormu sebentar ya Tak" kata gober kepada salah satu temanku yang bernama Marta.

"Emang mau kemana?" tanya Marta.


"Mau ke sekolahan cewekku, kayaknya pas bubaran sekolah ini, mau liat sapa tau ada cowok yg lagi deketin dia, kalo ketauan langsung tak sikat" jawab Gober.

"Aku temenin ya Ber, keadaanmu udah kayak gitu kok (teler berat)" kata temanku yang lain.

"Gak usah, biar aku sendirian aja... mana kunci motornya Tak" kata gober.

Marta langsung memberikan kunci motornya kepada Gober, tak lama setelahnya Gober langsung menstater motor laki 2 tak yang berwarna hijau itu, tak lupa menggeber gas motor itu kuat-kuat sehingga menimbulkan suara knalpot yang Cumiikkan telinga sebelum dia melesat meninggalkan kami.

"Bocah edan, bakalan geger ini" kataku

"Biarin aja, itung-itung nanti olah raga kalo jadi...ha ha" temanku yang lain menimpali


******

Dua puluh menit berlalu, dari kejauhan terdengar suara knalpot brong yang digeber, tak lain dan tak bukan adalah Gober, dibelakang Gober ada 1 motor dengan pengendara yang berboncengan, jadi dia kembali bersama dengan 2 orang teman.
Menurut cerita Gober dia tidak menemukan mantan pacarnya yang dicari, kemungkinan sudah pulang duluan.
Alhasil dia hanya menggeber motor (mbleyer) diseputaran sekolah itu, dengan harapan ada orang yang menegurnya dan terjadi bentrok, tapi hasilnya zonk.
Warga sekitar memang pada keluar rumah karena terdengar suara gaduh, tapi ketika melihat ternyata si Gober yang membuat keributan maka warga hanya diam saja, dua teman yang tadi pulang bersama ternyata melihat Gober dijalan tengah memancing keributan, takut urusan jadi berkepanjangan 2 orang temanku tadi mengajak Gober untuk pulang.

Masih ditempat yang sama, tiba-tiba Gober beranjak dari duduknya, wajahnya merah padam tersulut emosi, dia menuju ke samping rumah, ada sebatang pohon nangka yang berukuran besar disana, dengan membabibuta dan mengumpat sejadi-jadinya dia mengahantamkan kepalan tangannya ke batang pohon itu, tak khayal tangannya pun berdarah-darah.
Di akhir pertunjukan kami semua dibuat tertawa oleh Gober, yang semula dia memukuli batang pohon sambil mengumpat, sekarang berubah menjadi tangisan berurai air mata.
Sekuat-kuatnya lelaki, hatinya akan rapuh juga ketika putus cinta.

Menjelang maghrib, kamipun bubar... Gober ikut pulang ke rumahku, kebetulan aku hanya tinggal sendirian dirumah, sehabis bebersih badan aku keluar dari kamar mandi terdengar lantunan lagunya Powerslaves "Jika Kau Mengerti".
Aku melihat Gober duduk didepan PC sambil melihat foto-foto dirinya bersama mantan pacarnya yang sebelumnya telah ia transfer dari HP Siemens CX65-nya ke PCku.
Akupun kembali melihat sahabatku ini berurai air mata, mau ketawa kok takut dosa.

Beberapa saat kemudian Gober mulai membuka obrolan :

"Bro kamu ada kenalan orang pinter gak? (maksudnya dukun)" tanya Gober

"Ada sih... emangnya kenapa? mau yang gimana? Kyai, dukun atau apa?" sahutku

"Aku pingin mantanku balik lagi ke aku" jawab Gober singkat

Setelah berdiskusi yang tidak bertele-tele, maka kami putuskan akan menuju ke tempat orang yang telah kami tentukan.
Perlu diketahui, aku banyak kenalan orang pinter baik kyai maupun dukun bukan karena tujuan negatif, apalagi mencari pesugihan tetapi demi pengobatan ibuku. Bertahun-tahun ibuku sakit, keluar masuk rumah sakit adalah hal yang wajar bagiku dan keluarga tapi hasilnya selalu nihil, maka akupun berinisiatif untuk mencari pengobatan alternatif, dengan begitu aku banyak kenal kyai dan orang pinter seantero kota ini, bahkan sampai luar kota.

Sehabis maghrib kami berangkat, sekitar 15 menit kemudian kami sampai didepan sebuah rumah yang kecil dipinggir kali, tempat ini tidak jauh dari ring road.
Aku segera mengetuk pintu rumah tersebut dan beruluk salam (kulo nuwun) dan sesaat kemudian pintu terbuka dan terlihat seorang kakek tua (kira-kira berusia 70-80 tahun).

"Kulo nuwun mbah" kataku

"Monggo... silahkan masuk le (le=sapaan orang tua kepada yang lebih muda)" jawab simbah.

Kamipun segera masuk kerumah dan duduk dibangku kayu yang sederhana, ruangan hanya diterangi dengan sebuah lampu pijar kuning yang remang-remang, sehingga menambah kesan mistisnya. Tanpa berlama-lama aku segera mengutarakan maksud dan tujuan kami kepada simbah.
Setelah simbah paham, beliau segera masuk ke bilik pribadinya untuk menyiapkan uba rampe ( syarat/bahan-bahan), beberapa menit kemudiah simbah sudah kembali dengan uba rampe dan tak lupa menjelaskan tata cara menggunakannya.
Urusan Gober untuk sementara sudah selesai, hingga akhirnya aku bertanya kepada simbah :

"Mbah kalo saya gimana ya?" tanyaku

"Maksudnya gimana? pingin dapat cewek juga?" simbah balik bertanya

"Oh... gak mbah, saya sudah punya , malah pacarannya sudah lebih 7 tahun, cuma ingin diterawang aja baik atau gak mbah kedepannya" jawabku dengan antusias.

"Oalah... pacaran kok lama banget, bentar le coba aku lihat" kata simbah.

"Nggih mbah" sahutku

Simbah memejamkan matanya sambil sesekali bergumam tidak jelas, beberapa saat kemudian beliau membuka matanya dan berbicara :

"Begini le, sebenarnya keluarga pacarmu sudah setuju sama kamu, tapi..." simbah tidak menyelesaikan kalimatnya.

"Tapi gimana mbah?" tanyaku dengan spontan

"Lah pacarmu itu punya cowok lagi ki le" jawab simbah

"Mosok mbah?" tanyaku dengan perasaan tak karuan, antara kaget dan tidak percaya.
Orang yang lebih dari 7 tahun menemaniku dan hampir tiap hari ketemu masak akhirnya jadi begini, perasaan itulah yang berkecamuk dalam otakku.

Suasana mendadak menjadi hening, semua larut dengan pikiran masing-masing, hanya suara jangkrik di luar rumah yang terdengar.

Tiba-tiba simbah berkata :

"Yang sabar le, itu juga cuma penglihatanku saja... ada baiknya kamu tanyakan langsung sama pacarmu, atau kamu selidiki sendiri"

"Nggih mbah, matur suwun" jawabku

Karena urusan dengan simbah sudah selesai, kamipun segera pamit, tak lupa kami memberikan amplop yang berisi uang seikhlasnya kepada simbah.
Ditengah perjalanan aku ngomong sama Gober kalau aku akan mengantarkan pulang kerumahnya, sedangkan aku akan ke tempat pacarku mengklarifikasi perasaan yang masih saja berkecamuk di kepalaku. Awalnya dia mau ikut, tapi setelah aku kasih penjelasan akhirnya dia nurut juga.

Setelah mengantarkan Gober sampai jalan dekat rumahnya, aku langsung menuju kost pacarku di Jl. K*****, sebenarnya rumah keluarga pacarku hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari kostnya, dengan alasan ingin mandiri akhirnya dia memilih untuk tinggal disana.
Memang sudah menjadi rutinitasku sepulang kerja aku langsung menjemput pacarku, tadi siang aku mengirim sms padanya kalau tidak bisa menjemputnya karena ada urusan dengan teman, jadi dia pulang sendiri.

Sesampainya di kost aku berusaha bersikap seperti biasa, ngobrol seperti biasanya juga, aku berinisiatif untuk meminjam handphonenya.

"Dek pinjam hp-nya sebentar, ini mau bales smsnya Gober ternyata pulsaku habis"

Tanpa berkata-kata dan tak sedikitpun ada rasa curiga akhirnya dia menyerahkan handphonenya, kini handphone mungil bermerk Siemens C55 ini berada di tanganku.
Dengan lihai aku membuka kotak pesan, tak ada yang mencurigakan disana, hanya ada sms dari teman-temannya yang aku kenal. Hingga akhirnya aku membuka menu riwayat panggilan, ada satu nama yang mencurigakan "Mas Diko", banyak terdapat panggilan masuk dan keluar bahkan belum ada 1 jam lalu dia menelpon pacarku.

"Mas Diko itu siapa dek?" tanyaku.

"Oh... itu mahasiswa yang magang ditempat kerjaku" jawabnya dengan sedikit gelagapan.

"Ngapain sering banget telepon kamu?" lanjutku

"Ya biasa sering nanya masalah kerjaan aja kok" jawabnya

Mendengar jawaban yang kurang memuaskan aku hanya terdiam dan memandang kearah matanya, mungkin dia merasa kalau aku tidak mempercayai omongannya.

"Coba telpon aja kalo gak percaya" katanya

"Nih...kamu yang telpon duluan" kataku sambil menyerahkan handphonenya.

Beberapa saat kemudian terdengar nada sambung...

"Hallo... Mas Diko ini masku mau ngomong sama kamu" katanya sambil kembali menyerahkan handphonenya padaku.

Dari pembicaraanku via telepon dengan seseorang yang bernama Diko ini bisa ditarik kesimpulan kalau dia hanya sebatas teman dan memang sering curhat tentang kerjaan, dia juga minta maaf atas kelancangannya. Ok, aku menganggap masalah ini clear, dan omongan simbah tadi tidak terbukti.
Sekitar jam 9 malam akupun pulang, perasaan yang tadi berkecamuk pun menghilang, hari-hari setelahnya pun kujalani seperti biasa bersama pacarku, hingga...

Back to present

Dengan tangan gemetar menahan emosi aku kembali membaca SMS itu, jari jemariku memencet keypad handphone :

"Salah kirim ya? ha ha..." sms terkirim.

Aku masih dipinggir jalan, 1 menit, 2 menit hingga 5 menit menunggu balasan sms dari pacarku tapi hasilnya nihil, dengan emosi yang sudah sampai ubun-ubun aku meneleponnya...

"Hallo..." kataku dengan nada tinggi, telepon diangkat tapi tak terdengar satupun kata darinya, hanya suara tetesan air kran, ternyata dia sedang dikamar mandi, sesaat kemudian terdengar isakan tangis sangat pelan.

"Jangan kemana-mana, tunggu... aku kesitu sekarang" kataku dengan nada semakin meninggi, sementara di seberang sana suara isak tangis semakin menjadi-jadi.

Aku langsung menutup panggilan telepon, untung masih bisa berpikir jernih, aku lalu menelpon kantor untuk mengabari kalau belum jadi ke tempat yang seharusnya aku tuju karena alasan Ibuku sakit lagi (maafkan anakmu ini Bu, Al-Fatihah buat alm Ibu).

Sesaat kemudian aku memacu motorku menuju Jl. K***** tempat pacarku bekerja, butuh waktu 20 menit hingga sampai sana.
Motor aku taruh di parkiran, tak kuhiraukan satpam kantor yang menyapaku, hanya amarah yang kurasakan, orang-orang hanya tampak seperti bayangan, mungkin ini yang dinamakan gelap mata. Aku mendorong pintu kantor dengan keras, sehingga banyak orang terlihat kaget, lagi-lagi tak kuhiraukan mereka, aku langsung menuju meja kerja pacarku, tampak dia masih sesenggukan karena habis menangis.

"Mana hp-mu!!!" bentakku keras

Tanpa ada paksaan sedikitpun dia langsung menyerahkan handphonenya, segera kubuka icon berbentuk buku dan tak butuh lama bagiku untuk menemukan kontak yang kucari.
Nada panggilpun terdengar melalui loudspeaker...

"Hallo... ada apa yank?" terdengar suara di seberang sana.

"Yank ma*amu, maksudmu apa ini?" bentakku ditelepon.

"Eh sorry mas, maksudku Yan... namanya kan Yani" suara dari telepon.

"Yani nda*mu, namanya YENI" bentakku

Emosiku makin tak tertahankan, meja kerja didepan pacarkupun menjadi sasaran, seperangkat monitor pc dan berkas-berkas lainnya berantakan dan berceceran dilantai akibat aku pancal (mendorong dengan telapak kaki).

Semua pandangan mata yang ada di ruangan itu tertuju ke arahku, sementara pacarku menangis sejadi-jadinya, emosiku bukannya mereda tapi aku malah berteriak lantang penuh amarah...

"Baj*****n, kalian dengar sendiri kan tadi, orang ini memanggil pacarku yank" kataku sambil menyapukan pandangan ke seluruh ruangan sementara jariku menunjuk handphone yang kupegang.
Tak ada seorangpun yang berusaha menenangkan aku, hingga pintu kantorpun terbuka, masuklah 2 orang satpam yang tadi di depan kantor, sebelum mereka berbicara apapun kubentak mereka...

"Ini urusan pribadiku, kalian mau ikut-ikutan? berani sama aku?"

Tanpa berkata apapun kedua orang satpam itu langsung pergi keluar ruangan, sementara tanganku masih memegang handphone dan panggilan telepon masih berlangsung.

"Udah mas, malu diliat orang-orang" kata pacarku sambil berurai air mata.

Setelah akal sehatku mulai kembali pulih dan sadar kalau jadi pusat perhatian, akupun keluar ruangan dan pacarku mengikutiku dari belakang sambil terus menangis.

Aku kembali fokus ke panggilan telepon :

"Sekarang kamu dimana? kalau memang gentle ayo kita ketemu sekarang juga" kataku ditelepon

"Di Jakarta mas" jawabnya dengan singkat.

"Ok, kapan balik?" kataku tak kalah singkat.

"Wah maaf mas, kayaknya habis dari Jakarta aku langsung ditugaskan ke Palembang" jawabnya.

"Oh malah bagus, mam*us sana yang jauh!!!" bentakku sambil mengakhiri panggilan.

Pacarku yang ternyata sedari tadi berdiri disampingku berkata :

"Udah mas, malu diliat orang-orang, kalau kamu kayak gini terus mendingan kita udahan aja"

"Ok kalau itu mau kamu, tapi kalau kita putus gara- gara orang itu, hidupmu gak akan tenteram sampai kapanpun" kataku sambil menyerahkan handphone miliknya.

"Urusan ini belum selesai, nanti sepulang kerja aku kesini lagi" lanjutku sambil berjalan meninggalkan tempat itu.

Walaupun lirih tapi masih terdengar dia berkata:

"Nanti gak usah kesini mas, biarkan aku menenangkan diri dulu"

Aku tak menggubris omongannya, aku menstater motorku dan segera berlalu menuju kantor tempatku bekerja.
Sampai dikantorpun perasaan masih tak karuan, semua campur aduk menjadi satu, apakah aku harus mempertahankan hubungan ini atau harus melepasnya.

Tiba-tiba Mbak Eka teman kantorku membuyarkan lamunanku...

"Gimana keadaan ibumu?" tanya mbak Eka

"Eh... sudah mendingan kok mbak" jawabku agak gelagapan karena bingung dengan pertanyaanya, baru ingat tadi pagi aku berbohong padanya.

Setengah hari ini sangat membosankan berada dikantor, kerja pun menjadi tidak konsen, menunggu jam 3 sore serasa begitu lama.
Selepas pulang kantor aku langsung menuju ke kantor pacarku kembali, berharap menemukan titik temu tentang hubungan ini.

Namun sampai disana tak kutemukan dia, kata temannya tadi dia ijin pulang lebih awal, aku segera menuju kostnya namun tetap tidak menemukannya, nomor handphonenya juga tidak bisa dihubungi, aku lanjut menuju ke rumah keluarganya tapi hasilnya tetap nihil.
Aku teringat omongan terakhirnya tadi siang, dia ingin menenangkan diri, ok... berarti memang dia tak ingin ditemui.
Akupun segera meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumahku.

Keesokan harinya nomor handphone Yeni masih belum aktif, temannya pun mengabari via sms kalau hari ini dia tidak masuk kerja, hari berikutnya juga masih sama.
Hari kamis siang Yeni sms yang isinya mengajak bertemu sepulang kerja, akupun langsung mengiyakannya.

Sore itu aku segera menuju ke tempat kost Yeni, ternyata dia sudah ada disana...

"Kemana saja kemarin? HP juga mati? tanyaku.
"Gak kemana-mana kok, cuma menenangkan diri saja" jawabnya datar.

"Mas..." katanya

Aku hanya memandangnya tanpa menjawab sepatah katapun, sepertinya dia sedang mempersiapkan kalimat yang mau dia ucapkan.

"Aku ingin hubungan kita sampai disini saja, biarkan aku sendiri dulu, aku juga tidak akan memilih dia" lanjutnya.

"Ok... kupegang kata-katamu, aku terima keputusanmu... tapi kalo suatu saat nanti aku mendengar atau melihat kamu sama dia, janjiku juga masih berlaku, hidupmu tidak akan tenteram" kataku dengan tegas.

Yeni tidak menjawab, hanya air mata yang kulihat mulai membasahi pipinya.

"Aku pulang dulu, terima kasih atas semuanya" kataku sambil beranjak keluar dari kamar kostnya, terdengar suara tangisnya semakin keras, aku tetap tak menghiraukannya.

**************

Berhubung disini gak muat, bagi yang penasaran dengan ending cerita bisa klik ini

Apa Makna Cinta Sebenarnya ?

Apa itu cinta, dan apa arti dari mencintai?
Begitu banyak luka yang timbul,
Menggores hati dan membuat terpuruk.

Begitu curam jalan yang harus ditempuh,
Apakah itu hanya untuk dan karena cinta?

Apa makna cinta sesungguhnya?
Tulus, Ikhlas, egois, atau justru menjadi antagonis ?

Jika cinta adalah memiliki,
Aku tak mampu memilikimu..
Aku tak inginkan menjadi egois hanya sekedar untuk dapat memiliki..

Jika cinta merupakan pengorbanan,
Pengorbanan yang seperti apa itu?
Apa yang harus aku korbankan sedangkan aku tak memiliki apapun.
Bagaimana caranya cintaku ini membawa kebahagiaan tanpa ada yang harus aku korbankan?

Jika cinta hanya untuk melukai,
Akupun tak inginkan itu.
Sudah terlalu dalam luka yang tertinggal,
Yang mungkin akan sulit diobati,
Bahkan tak bisa terobati.

Jika cinta adalah kerinduan,
Tak ingin batin ku tersiksa oleh rasa rindu
Kepada seseorang yang tak pernah merindukanku..

Jika cinta berarti melepaskan,
Sudah kulepaskan keegoisanku, demi kebahagiaanmu..

Jika cinta adalah melupakan,
Bagaimana mungkin aku melupakan orang yang telah mencuri hatiku?

Jika cinta adalah mengikhlaskan,
Apakah masih belum cukup doa yang ku panjatkan agar melihatnya bahagia dengan orang lain yang dia cintai dengan sepenuh hati?

Lalu, apakah semua berarti cinta hanya kebahagiaan bagi orang yang dicintai?
Dan bukan kebahagiaan untuk diri sendiri?

Jika benar, kapan rahasia Tuhan akan terbongkar..
Tentang siapa yang rela terluka demi diriku ?
Yang bahkan aku lebih memilih terluka dibanding melukai


Karya @winwidya

Sumber

Diubah oleh sigemblung07 30-06-2022 05:29
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
16
3K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.