azka81Avatar border
TS
azka81
Izinkan Aku Merawat Hatimu Kembali ( COC ) SFTH Cinta Lama Bersemi Kembali 2022

Sumber pict : pixabay


Kayuhan Cinta Bermuara


Bertahun sudah aku menunggu

Merengkuh hati yang mulai terasa layu

Kapan engkau kembali?

Kapan kita memulai lembaran baru lagi?

Entah akan kemana kayuhan cinta ini bermuara

Sungguh aku rindu mengulang cerita lama yang pernah terlukis indah

Akankah kesempatan kedua itu datang?

Tolong, izinkan aku merawat hatimu kembali

Maafkan aku yang membuatmu terluka

Andai saja engkau tahu betapa hari-hariku begitu tersiksa

Sekali lagi

Izinkan aku merawat hatimu kembali


 
Quote:


 

"Tiara, will you marry me?"

 

Pria berwajah tampan itu berlutut di hadapanku sambil menyodorkan sebuah kotak berisi cincin bermata berlian.

 

Mataku membulat seketika. Aliran darah seakan langsung berhenti mengalir. Aku tertegun tanpa mampu berucap sepatah kata pun. Udara yang tadinya begitu sejuk, berubah menjadi gerah.

 

‘Oh Tuhan, apa aku sedang bermimpi?’

 

Aku sungguh tidak menyangka, pria yang selama ini menjadi topik perbincangan antara aku dan Tania, ternyata diam-diam menaruh hati padaku.

 

Apa yang harus aku lakukan?

Mengapa posisiku menjadi serba salah?

 

Sebagai seorang wanita normal, jujur aku pun mengagumi sosok seperti Erlangga. Namun, bagaimana dengan Tania?

 

Kulirik sahabat karibku itu. Dia tersenyum getir dengan sudut mata yang mulai memerah. Ada kepedihan yang terlukis jelas di wajah cantiknya.

 

Ah, andai saja Tania tidak menyimpan perasaan itu. Mungkin saja Erlangga tidak akan melakukannya di hadapan Tania.

 

Dan andai saja aku jujur pada Tania, kalau aku juga mempunyai perasaan lebih pada Erlangga. Mungkin posisi ini tidak akan begitu menyulitkan.

 

“Tiara.”

 

Suara Erlangga kembali membuatku tersudut.

 

“B-beri aku waktu.” Sambil menarik napas dalam hanya itu yang keluar dari bibirku.

 

Wajah tampan milik Erlangga terlihat kecewa. Dia menarik tangannya kembali. Menutup kotak berisi cincin yang tadinya akan dipasangkan di jari manisku.

 

Hening.

 

Suasana tidak seceria seperti pertama kali kami datang. Makan malam yang semula hendak kujadikan sebagai sarana untuk mendekatkan Erlangga dan Tania, justru malah menciptakan kekakuan di antara kami bertiga.

 

Sejak saat itu, hari-hari yang kujalani terasa berbeda. Tania yang selama ini laksana bayangan bagiku, malah semakin menjauh. Dia selalu menghindar setiap kali aku berusaha untuk menjelaskan kalau semua yang terjadi bukanlah kehendakku.

 

Sungguh aku sama sekali tidak punya niatan untuk merebut perhatian Erlangga dari dirinya. Meski aku juga mempunyai getaran lain saat Erlangga menatap bola mata ini dengan pandangan berbeda. Namun, aku selalu menepisnya karena tidak ingin menyakiti hati Tania.

 

Aku tahu, gadis itu menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan rasa yang selama ini dia pendam. Sedangkan aku, selalu mendukung agar Tania mendapatkan rasa bahagia. Walau aku sendiri juga akan terluka.

 

***

 

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Aku duduk di sudut kamar sambil memeluk lutut. Kelopak mata ini memang berat, tetapi bukan karena mengantuk. Melainkan membengkak dan sembab.

 

Sebuah undangan mewah yang sore tadi kuterima adalah penyebabnya.

 

Tertera nama lengkap Erlangga Wijaya dan Tania Qiandra akan melangsungkan pesta pernikahan seminggu yang akan datang. Sebagai seorang sahabat bagi mereka berdua, seharusnya aku ikut berbahagia.

 

“Erlangga, maafkan aku. Aku tidak bisa menerima lamaran kamu.”

 

“Kenapa Tiara?”

 

“Aku sudah punya pilihan lain yang lebih baik daripada kamu.” Aku menunjukan cincin imitasi yang melingkar di jari manisku.

 

Aku terpaksa.

 

Balas budi adalah alasan mengapa aku melakukannya. Keluarga Tania sudah terlalu banyak membantu keluargaku. Dan ini saatnya timbal balik itu terjadi.

 

Kupikir apa yang kulakukan adalah jalan yang terbaik. Selain untuk kebahagiaan Tania. Toh, aku juga bisa mendapat pria lain selain Erlangga. Namun, siapa sangka nyatanya aku tidak bisa membohongi perasaan.

 

Sakit.

 

Aku melukai dua hati secara bersamaan. Hati Erlangga dan hatiku sendiri.

 

Setelah pesta pernikahan Erlangga dan Tania digelar, kami tidak pernah lagi bertemu. Mereka berdua pindah ke luar negeri, meninggalkan aku yang masih tertatih mengobati luka.

 

Ah, nasi sudah menjadi bubur. Aku terlambat menyadari kalau keputusan yang kuambil adalah sebuah kesalahan.

 

Hari demi hari kulewati berteman dengan sepi. Beberapa lamaran yang datang kutolak dengan berbagai macam alasan. Entah mengapa hati ini masih saja mengharap kalau Erlangga akan kembali.

 

‘Tuhan, beri aku kesempatan sekali lagi'

 

***

 

Kepalaku berdenyut nyeri. Aroma obat-obatan menyeruak menusuk hidung. Aku berusaha bangkit dari ranjang tempatku berbaring.

 

“Ahhh....” Rasa sakit itu bersumber dari bagian pelipis. Saat kuraba ada perban yang menempel di sana.

 

Aku berusaha mengingat bagaimana diriku bisa berada di salah satu ruang rumah sakit ini.

 

Erlangga.

 

Di mana dia?

 

Aku ingat. Beberapa waktu yang lalu aku melihat sosok dirinya di seberang jalan. Sebelum akhirnya sebuah sepeda motor membuat tubuhku limbung dan kepalaku membentur bagian trotoar.

 

Apa aku cuma berhalusinasi?

 

“Erlangga, sebegitu berartinya dirimu bagiku sehingga bayangmu tidak mudah terhapus. Maaf, aku terlambat menyadari. Kalau saja ada kesempatan kedua, tolong izinkan aku merawat hatimu kembali,” aku menggumam, tenggelam dalam isakan penyesalan.

 

Mengapa hati ini begitu rapuh? Selalu ada sosok Erlangga yang membuat hari-hariku menjadi sendu. Ingin rasanya aku berteriak dan mengusir sosok itu. Hanya tangisan sebagai simbol dari kepedihan.

 

“Tiara.” Seseorang mengelus kepalaku.

 

Suara itu tidak asing.

 

Aku mendongak. “Erlangga?”

 

Dia merengkuh tubuhku ke dalam pelukan. Seperti terhipnotis aku pun membalas pelukannya. Menumpahkan kerinduan yang selama ini terpendam. Aku lupa kalau dirinya sudah menjadi milik sahabatku sendiri.

 

“Maafkan aku yang tidak peka terhadap pengorbananmu. Tania sudah mengatakan semuanya. Jangan bersedih lagi, aku datang untuk memulai lembaran baru bersamamu,” bisiknya.

 

Aku menatapnya dengan rasa tak percaya. Benarkah apa yang dia ucapkan? Mata itu ... sungguh aku tidak menemukan kebohongan di sana.

 

Erlangga mendekatkan wajahnya ke wajahku. Hembusan napas hangat langsung membuat darahku terkesiap. Aku tak sanggup menatapnya lebih lama lagi.

 

Aku memejam saat Erlangga mendaratkan kecupan lembut di dahiku. Ribuan kupu-kupu serasa menggelitik memenuhi dada. Getaran itu membangkitkan semangat hidupku kembali.

 

’Tuhan terima kasih telah mengizinkan aku bersamanya lagi.’

 

Pojok kamar, 29 Juni 2022
Diubah oleh azka81 29-06-2022 04:38
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
10
935
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.