Tentang Rasa

_

Pendar cinta di dada
Hadir menyelusup kalbu, tanpa pernah kumengerti. Perlahan, rasa itu mengusik. Seperti beningnya embun, atau hangatnya mentari di pagi hari. Memberi kesejukan dan kehangatan.

Hadirmu, erat menggenggam, saat hati rapuh, terpuruk. Membuat langkah kembali tegak, saat hati terkoyak. Bersama menata puing-puing retak, pada jiwa yang hampir sekarat.

Seperti pelangi, yang datang setelah hujan menumpahkan derasnya air di kepulan langit, di arakan awan. Menaburkan berjuta keindahan. Dan aku, terpesona pada lengkungan warna-warni yang kau lukiskan.

Pada bait-bait paling puisi, kukidungkan tembang cinta. Pada tetesan doa kulangitkan pengharapan. Pada mimpi kutaburkan bintang berukir namamu.

Kemarau telah berlalu, mungkin ini saatnya semi mengenalkan wujudnya pada semesta. Agar bunga kembali bermekaran, agar burung kembali bernyanyi merdu, agar dedaunan kembali merimbun. Kemudian anak-anak rindu kembali berkejaran pada ruang imaji, membuat denyar yang tak pernah padam.

Ini malam kesekian, saat hadirmu merupa cahaya. Membuka mataku pada kenyataan. Menuntun gelisahku pada ketabahan. Meyakini bahwa hidup bukan hanya tentang luka dan airmata. Ada siang dan malam, ada kedatangan dan kepergian.

Dan pagi ini, dalam tegar langkah, dalam mimpi yang belum terwujud, sabaris doa kupanjatkan. Atas bahagiamu, bahagiaku. Sebuah janji terpatri, tak akan ada lagi airmata hanya untuk sebuah kepergian, pun penghianatan. Meski mungkin, engkau akan pulang dan berlalu, namun cinta tetap hidup di hatiku.

Tgr, 10/05/2020