Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Sebuah Refleksi : Kemajuan Teknologi Bukan Berarti Kemajuan Peradaban

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Sebuah Refleksi : Kemajuan Teknologi Bukan Berarti Kemajuan Peradaban
Sebuah Refleksi : Kemajuan Teknologi Bukan Berarti Kemajuan Peradaban
Sebuah Refleksi : Kemajuan Teknologi Bukan Berarti Kemajuan Peradaban
Seringkali kita menyaksikan beberapa fenomena di masyarakat yang kadang bikin geleng-geleng kepala. Banyak hal yang membuat kita perlu sedikit berhenti, menepi sejenak dari hiruk-pikuk zaman dan sesaat kemudian merenung. Sudahkah pantas kita disebut sebagai masyarakat beradab? Di satu sisi, gempuran signifikansi kemajuan teknologi menjadi tak terelakkan. Saban hari kita di sibukkan dengan aktivitas mengecek ponsel pintar yang seolah menjadi tuan yang senantiasa menunggu budaknya, kita, untuk menuruti kehendaknya. Tak pernahkah kita benar-benar sadar bahwa sebenarnya kita telah menjadi "jajahan" alat yang kita beli dengan harga mahal? Semua jawaban atas pertanyaan itu sesungguhnya dapat dengan mudah kita temukan. Bahkan hanya dengan memperhatikan diri kita sendiri, tak perlu memberi atensi atas orang lain sekalipun.

Teknologi masa kini sudah seperti halnya keniscayaan adanya siang dan malam. Tak bisa luput dari keseharian baik di lingkungan privat maupun publik, dua-duanya telah benar-benar bergantung padanya. Betapa tidak, kebanyakan orang merasa ketinggalan sebuah ponsel pintar ketika bepergian sama dengan ketinggal dua pertiga dari memori hidupnya, pengetahuannya akan sesuatu dan segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup paling dasarnya pun telah pula di gantungkannya pada benda kecil itu. Sungguh ajaib, bahkan kemampuan otak pun kini telah terkalahkan oleh ponsel pintar.

Lalu, apakah kemajuan teknologi ini dibarengi dengan kemajuan peradaban? Tunggu dulu, untuk pertanyaan ini rasanya kita butuh waktu untuk menghela nafas sejenak. Mari kita saksikan berbagai peristiwa di dunia maya, mengumpulkan segi baik dan buruknya, memilah lalu menganalisanya dengan saksama. Hasilnya, kita akan menemukan berbagai macam "kegilaan" dari perilaku para pengguna media sosial dengan segala tingkah-polanya yang terkadang ambigu dan bikin geleng-geleng kepala.

Agar tak meluluh terbuai dengan keindahan dan kemudahannya, mari kita bahas terlebih dahulu sisi negatifnya. Ini sekaligus bisa kita jadikan sebuah perenungan dan bahan pertimbangan agar hidup menjadi lebih logis dan rasional dalam melaksanakan aktivitas berselancar di dunia maya itu.

Tanpa kita sadari beberapa hal negatif ini telah terjadi pada diri kita seiring semakin intensnya hubungan dan ketergantungan kita pada sosial media.

1. Pergaulan Sosial Secara Langsung Telah berkurang

Dunia maya telah banyak menggantikan pertemuan-pertemuan tatap muka antar individu. Segala aktivitas telah lebih banyak di lakukan secara virtual. Pertemanan, transaksi jual/beli, belajar, diskusi dan bahkan mencari pasangan pun telah lebih banyak di lakukan via media sosial. Hal ini tentu saja tidak baik jika berlangsung dalam waktu lama dan terus-menerus tanpa dibarengi dengan sosialisasi secara riil dan tatap muka. Dampak yang paling terasa adalah kita akan makin tidak peduli dengan lingkungan sekitar, makin tidak memiliki empati dan kepekaan terhadap sesama karena tidak adanya ikatan emosional yang kuat, berbeda dengan jika sebelum berkembangnya era digital dulu, yang mana orang-orang lebih sering berkumpul dan bercengkrama secara langsung.

2. Ruang Privat Menjadi Konsumsi Publik

Seringkali kita menyaksikan beberapa orang menjadikan media sosial sebagai sarana untuk mengumbar bahkan "menjual" kehidupan pribadinya untuk di konsumsi oleh para pengguna media sosial lainnya secara terbuka dan masiv. Kata "viral" seakan telah menjadi kebanggan sebab mereka merasa bahwa kehidupan pribadinya akan menjadi menarik jika di sukai, di komentari dan di bagikan oleh orang lain. Bahkan tak jarang, banyak hal yang tidak semestinya di pertontonkan kepada publik kini menjadi hal lumrah yang disaksikan banyak orang di platform-platform media sosial.

3. Terjebak Pada Kecemasan Yang Berlebihan

Dua kata kunci bagi kehidupan netizen era digital saat ini adalah "insecure" dan "overthinking". Banyak orang merasa hidupnya tidak aman jika atensi yang didapatkan di media sosial kurang atau tidak seperti yang mereka harapkan. Akibatnya, rasa kecewa dan frustasi timbul di benak-benak mereka dan pikiran berlebihan ini jelas mengganggu perkembangan dan kestabilan mereka secara psikologis. Tak jarang jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan depresi dan menurunnya self confidence yang tentu saja akan berdampak pada produktifitas dan kemampuan aktualisasi diri.

4. Penyebaran Informasi Palsu atau Bohong

Era digitalisasi media yang berlangsung masif dan tak terkendali menyebabkan setiap orang dapat dengan instan dan cepat mendapatkan informasi dan berita yang mereka inginkan. Hanya dengan sebuah klik saja, ratusan bahkan ribuan informasi telah segera tersaji di depan mata mereka. Tak jarang, informasi-informasi tersebut jauh dari kata valid dan akurat sebab kebanyakan orang terkesan hanya menerimanya dengan mentah-mentah tanpa terlebih dahulu melakukan chek and rechek pada apa yang mereka konsumsi sebagai informasi dan berita tersebut. Akibatnya, misinformasi dan interpretasi publik menjadi liar dan mengakibatkan beredarnya kebohongan yang pada akhirnya memberi dampak signifikan pada terjadinya konflik-konflik sosial.
emineminna
noekoe19
spay21
spay21 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.1K
15
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.