Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

throwawayac7Avatar border
TS
throwawayac7
Menyikapi Partner Kerja
Selamat petang, agan-agan.

Throw away account nih dan langsung saja saya di sini ingin sedikit mengeluarkan unek-unek sesak di dada tentang pekerjaan. Lebih ke teman kerja, utamanya.

Dalam hal pekerjaan, saya mempunyai prinsip untuk tidak bercerita kepada teman kerja, walau dekat sekalipun, apapun masalahnya karena pasti akan bocor juga (pernah kejadian dengan yang lain dan saya murka karena ia tidak memegang komitmen/ingkar untuk menjaga rahasia).

Okay, let's straight to the point...
Saya sudah bekerja selama kurang lebih hampir 5 tahun berbarengan sebagai front office/operator pelayanan publik di salah satu instansi pemerintahan di Tanah Pasundan. Pelayanan seperti kami, setiap hari bertemu dengan warga masyarakat dengan berbagai karakter. Kami di depan, hanya ada 2 orang; saya (L) dan teman saya (P).

Belakangan, 2 tahun ke belakang sejak ia cuti melahirkan hingga hari ini, ada hal yang menurut saya terasa tidak nyaman; ia JARANG MASUK KERJA.Dalam setiap minggunya selalu ada 1 hingga 3 hari atau bahkan satu minggu penuh ia izin tidak masuk. Apalagi di hari Senin di mana pelayanan publik selalu menumpuk dan karena saya sendirian, kadang kalang-kabut kelabakan.

Setiap pagi sebelum saya berangkat ke kantor, ia selalu mengirimi saya pesan: "maaf, aku gak bisa masuk hari ini, sakit". Alasannya pun kadang beragam, demam, flu, batuk, pusing, menstruasi, dsb. Sampai bosan dan bingung saya harus menjawab apa. Kadang sekali-kali tidak saya balas.

Saya mengerti ia punya anak yang usianya masih kecil, tapi teman lain di kantor juga toh ada yang seperti itu namun selalu masuk kok setiap hari. Saya juga paham jika ia itu seorang perempuan, pun jika alasannya karena menstruasi seluruh kantor di dunia di awal/tengah bulan akan kosong dong karena semua karyawan perempuannya absen masuk. Selalu seperti itu, gan. Saya pikir, alasan seperti itu tidak dapat terus dibiarkan ya.

Dan tahukah hal yang bikin saya kesal? Di hari-hari kerja ia sakit, tapi ketika akhir pekan datang ia nampak baik-baik saja main ke luar (lihat dari story Instagram/Whatsapp-nya). Siapa yang tidak murka?

Dari segi honorarium, ia dapat lebih besar 30% karena kita menerima gaji dari sumber yang berbeda. Seharusnya ia yang lebih ulet daripada saya. Saya yang tiap hari lelah dia yang enak, pikir saya selintas di kepala.

Saya selalu menegaskan pada diri saya bahwa tugas apapun selama bisa dilakukan sendiri, ya lakukan sendiri. Saya jarang meminta teman yang lain untuk membantu kecuali memang sudah mentok tidak bisa dilakukan sendirian sehingga membutuhkan tenaga mereka.

Namun, jujur saya katakan, di satu waktu saya lelah juga jika harus menghadapi situasi kerja seperti ini terus-menerus setiap minggu, toh saya juga manusia bukan mesin. Agan/aganwati juga barangkali sudah tahu bahwa salah satu indikator kenyamanan kerja itu adalah lingkungan kantor itu sendiri. Jika saya sudah tidak merasa nyaman, saya harus bagaimana? Terlebih menghadapi teman saya yang seperti itu? Apakah harus tetap profesional dan tidak "saruana" (melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan)? Apakah saya harus lebih tegas seperti idiom "tamparan lebih terasa daripada elusan"? Saya sudah bosan selama ini ngelus-ngelus terus.

Menghadapi banyak warga masyarakat saya sudah biasa, untuk yang satu ini saya bingung harus bagaimana.

Mohon masukan dan terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca sedikit tsurhatan hati saya.
0
652
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.9KThread28.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.