- Beranda
- Stories from the Heart
Satu Provinsi Menghantarkan Rasa
...
TS
untold.loving
Satu Provinsi Menghantarkan Rasa
Tak ada kata yang bisa terucap lebih dari ini selain patuhilah aturan dan selamat membaca. Post kisah ini tak menentu, tak perlu menanti apalagi rindu. Sungguh, itu berat seperti kata dilan. akan menjadi candu jika tetap bertahan
Quote:
“jadi, apakah kamu akan tetap mempertahankan rasa yang selama ini kamu simpan dan perjuangkan? Sementara dia saja sudah memiliki yang lain dan mungkin sudah melupakanmu.” Ucap seorang pria yang sedang duduk dikursi taman sore itu.
“entahlah… ada rasa ingin maju dan meninggalkannya. Namun bagaimana pun saya mencoba untuk melepasnya, semakin besar rasa itu meminta saya untuk menyimpannya dan mempertahankan kisah yang sudah saya jalani saat bersamanya dan saat mencari serta menunggunya.” Ucap pria disebelahnya sambil menatap senja yang mulai menampakkan diri untuk mengundang gelapnya malam hadir.
“Diki… Diki… sudah berkali-kali saya bilang kepadamu untuk segera menyelesaikan kisahmu itu bersamanya. Kembalikan apa yang dia titipkan dan janjikan kepadamu kemudian melangkahlah dan lanjutkan hidupmu. Perjuanganmu usai sudah, kisahmu yang bak novel itu sudah berakhir Dik. sebentar lagi dia akan datang kesini, saat itu pastikanlah semuanya selesai sampai disini hari ini. Biarkan Kembali waktu yang berbicara untuk kisah percintaanmu yang rumit itu.” Nasehat seorang teman kepada Diki.
“saya tahu Van, memang semua harus diakhiri hari ini. Namun untuk rasa yang ada dihati saya untuknya itu tak mudah begitu saja hilang. Mungkin untuk mengikhlaskannya pergi itu yang bisa saya lakukan saat ini dan jangan meminta lebih untuk yang lain. Benar seperti katamu Van, biarkan waktu yang berbicara untuk rasa yang saya miliki ini. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk saya.” Balas Diki kepada Ivan sahabatnya.
Kadang cinta sebercanda itu, dimana Ketika sebuah jani sudah terucap dan perjuangan sudah dilakukan namun hasil akhir tak sesempurna apa yang diinginkan. Maka biarkan waktulah yang menjawab atas semua pengorbanan. Seperti sore ini dikala senja benar-benar muncul menjelma sebagai waktu antara transisi pergantian hari, seorang gadis yang tersayang menghampiri dari kejauhan perlahan muncul dengan senyum terkembang yang jelas itu dipaksakan karena kecanggungan yang hadir diantara mereka.
“saya pergi sebentar Dik, nanti jika sudah selesai kabari saya. Biarkan malam ini saya menemanimu sebagai sahabat yang selalu ada. Kuatkan hatimu dan ingat perkataan yang tadi kita bicarakan.” Ucap Ivan kemudian bangkit berdiri dan pergi meninggalkan sedikit senyum untuk gadis berambut Panjang itu.
“Bagaimana kabarmu? Silahkan duduk.” sapa Diki kepada Gadis yang saat ini berdiri dihadapannya.
“saya baik, bagaimana denganmu?” tanyanya Kembali.
“sangat baik, bahkan saya sudah siap untuk Kembali bertemu denganmu setelah saat itu.” Jawabnya.
“seperti yang sudah saya ucapkan sebelumnya padamu, pertemuan kita kali ini untuk membicarakan hal yang ingin saya sampaikan dan menurut saya itu penting.” Ucap gadis itu.
“kamu bisa langsung utarakan apa yang ingin kamu sampaikan kepada saya. Begitu pun setelahnya saya ingin menyampaikan suatu hal yang selama ini saya simpan untukmu.” Balas Diki kepada gadis itu.
“saya minta maaf atas segala kesalahan yang pernah saya lakukan untukmu. Saya lalai dan melupakan rasa yang harusnya saya jaga untukmu dan memilih lelaki lain dikehidupan saya. Semua itu tidak lepas dari bagaimana peran keluarga saya yang meminta saya untuk segera memilih pendamping hidup. Untuk itu, maafkan saya, tidak ada kata yang pantas untuk saya ucapkan kepadamu selain permintaan maaf itu.” Ucap gadis itu dengan nada yang mulai sendu menahan tangis yang jelas sudah lama dia simpan.
“saya telah memaafkanmu jauh sebelum saya tahu apa alasanmu memilihnya dan pergi. Saya pun sudah mencoba untuk melupakan janjimu saat itu untuk saat ini dan kehidupan selanjutnya. Permintaanmu untuk bertemu dengan saya hari ini pun menjadi kado keberuntungan saya untuk yang terakhir kalinya atas kisah kita berdua yang berakhir sejak lama. Begitu pula dengan rasa yang ada dihati saya, saya sudah ikhlaskan atas rasa saya kepadamu Renata. Saya ikhlaskan perpisahan kita untuk selamanya dan semoga bahagiamu bersamanya.”
“terimakasih Diki, saya akan tenang jika demikian adanya. Dan semoga kamu menemukan jodohmu diduniamu tanpa ada saya lagi dihatimu. Saya pergi Diki, selamat tinggal.” Ucap gadis yang Bernama Renata itu seraya bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan taman Bersama senja yang mulai memudar.
“saya pasti bisa Bahagia Renata, Bahagia tanpa adanya dirimu.” Ucap Diki meneriaki Renata yang mulai menjauh pergi.
Gelap malam sudah hadir, Diki masih sendiri duduk di taman itu. Berkali-kali menghela nafas mencoba untuk menenangi dirinya sendiri. Kemudian dia pun bangkit berdiri dan menegakkan tubuhnya seraya berucap.
“saya ikhlaskan atasmu kepergian kisah kita dan saya akan lupakan cerita kita seperti daun yang meninggalkan tangkainya.”
“entahlah… ada rasa ingin maju dan meninggalkannya. Namun bagaimana pun saya mencoba untuk melepasnya, semakin besar rasa itu meminta saya untuk menyimpannya dan mempertahankan kisah yang sudah saya jalani saat bersamanya dan saat mencari serta menunggunya.” Ucap pria disebelahnya sambil menatap senja yang mulai menampakkan diri untuk mengundang gelapnya malam hadir.
“Diki… Diki… sudah berkali-kali saya bilang kepadamu untuk segera menyelesaikan kisahmu itu bersamanya. Kembalikan apa yang dia titipkan dan janjikan kepadamu kemudian melangkahlah dan lanjutkan hidupmu. Perjuanganmu usai sudah, kisahmu yang bak novel itu sudah berakhir Dik. sebentar lagi dia akan datang kesini, saat itu pastikanlah semuanya selesai sampai disini hari ini. Biarkan Kembali waktu yang berbicara untuk kisah percintaanmu yang rumit itu.” Nasehat seorang teman kepada Diki.
“saya tahu Van, memang semua harus diakhiri hari ini. Namun untuk rasa yang ada dihati saya untuknya itu tak mudah begitu saja hilang. Mungkin untuk mengikhlaskannya pergi itu yang bisa saya lakukan saat ini dan jangan meminta lebih untuk yang lain. Benar seperti katamu Van, biarkan waktu yang berbicara untuk rasa yang saya miliki ini. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk saya.” Balas Diki kepada Ivan sahabatnya.
Kadang cinta sebercanda itu, dimana Ketika sebuah jani sudah terucap dan perjuangan sudah dilakukan namun hasil akhir tak sesempurna apa yang diinginkan. Maka biarkan waktulah yang menjawab atas semua pengorbanan. Seperti sore ini dikala senja benar-benar muncul menjelma sebagai waktu antara transisi pergantian hari, seorang gadis yang tersayang menghampiri dari kejauhan perlahan muncul dengan senyum terkembang yang jelas itu dipaksakan karena kecanggungan yang hadir diantara mereka.
“saya pergi sebentar Dik, nanti jika sudah selesai kabari saya. Biarkan malam ini saya menemanimu sebagai sahabat yang selalu ada. Kuatkan hatimu dan ingat perkataan yang tadi kita bicarakan.” Ucap Ivan kemudian bangkit berdiri dan pergi meninggalkan sedikit senyum untuk gadis berambut Panjang itu.
“Bagaimana kabarmu? Silahkan duduk.” sapa Diki kepada Gadis yang saat ini berdiri dihadapannya.
“saya baik, bagaimana denganmu?” tanyanya Kembali.
“sangat baik, bahkan saya sudah siap untuk Kembali bertemu denganmu setelah saat itu.” Jawabnya.
“seperti yang sudah saya ucapkan sebelumnya padamu, pertemuan kita kali ini untuk membicarakan hal yang ingin saya sampaikan dan menurut saya itu penting.” Ucap gadis itu.
“kamu bisa langsung utarakan apa yang ingin kamu sampaikan kepada saya. Begitu pun setelahnya saya ingin menyampaikan suatu hal yang selama ini saya simpan untukmu.” Balas Diki kepada gadis itu.
“saya minta maaf atas segala kesalahan yang pernah saya lakukan untukmu. Saya lalai dan melupakan rasa yang harusnya saya jaga untukmu dan memilih lelaki lain dikehidupan saya. Semua itu tidak lepas dari bagaimana peran keluarga saya yang meminta saya untuk segera memilih pendamping hidup. Untuk itu, maafkan saya, tidak ada kata yang pantas untuk saya ucapkan kepadamu selain permintaan maaf itu.” Ucap gadis itu dengan nada yang mulai sendu menahan tangis yang jelas sudah lama dia simpan.
“saya telah memaafkanmu jauh sebelum saya tahu apa alasanmu memilihnya dan pergi. Saya pun sudah mencoba untuk melupakan janjimu saat itu untuk saat ini dan kehidupan selanjutnya. Permintaanmu untuk bertemu dengan saya hari ini pun menjadi kado keberuntungan saya untuk yang terakhir kalinya atas kisah kita berdua yang berakhir sejak lama. Begitu pula dengan rasa yang ada dihati saya, saya sudah ikhlaskan atas rasa saya kepadamu Renata. Saya ikhlaskan perpisahan kita untuk selamanya dan semoga bahagiamu bersamanya.”
“terimakasih Diki, saya akan tenang jika demikian adanya. Dan semoga kamu menemukan jodohmu diduniamu tanpa ada saya lagi dihatimu. Saya pergi Diki, selamat tinggal.” Ucap gadis yang Bernama Renata itu seraya bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan taman Bersama senja yang mulai memudar.
“saya pasti bisa Bahagia Renata, Bahagia tanpa adanya dirimu.” Ucap Diki meneriaki Renata yang mulai menjauh pergi.
Gelap malam sudah hadir, Diki masih sendiri duduk di taman itu. Berkali-kali menghela nafas mencoba untuk menenangi dirinya sendiri. Kemudian dia pun bangkit berdiri dan menegakkan tubuhnya seraya berucap.
“saya ikhlaskan atasmu kepergian kisah kita dan saya akan lupakan cerita kita seperti daun yang meninggalkan tangkainya.”
bukhorigan memberi reputasi
1
864
Kutip
3
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru