Cancel culure, suatu istilah sedang populer di media sosial akhir-akhir ini. Cancel culture adalah "budaya membatalkan" di mana terdapat banyak netizen melakukan hujatan dan pembatalan terhadap public figure yang menurut mereka telah melakukan kesalahan sampai si public figure ini kehilangan semuanya sampai kehilangan pekerjaannya. Contoh kasus nyata cancel culture yang pernah terjadi adalah pada Johnny Depp yang pernah dicancel karena dituduh melakukan kekerasan terhadap Amber Heard yang berujung Johnny Depp dikeluarkan dari berbagai proyek film, dihujat SJW, dan dijauhi dari industri Hollywood. Ternyata, Johnny Depp tidak terbukti bersalah dan para SJW ini malu sendiri.

Di Indonesia, cancel culture telah terjadi berkali-kali dan dilakukan oleh netizen yang menjadi SJW, mereka kebanyakan adalah gen z yang bernafsu ingin melalukan perubahan dalam society dan ingin ikut-ikutan tren yang ada di barat. Salah satu tokoh yang coba dicancel oleh para SJW ini adalah Komeng, komedian senior yang jokenya terkenal nyeleneh dan spontan.

Menurut SJW Komeng telah melakukan pelecehan karena joke tentang anak perempuannya. Namun, upaya mereka gagal ketika masih banyak orang yang berpikiran waras dan melawan balik para SJW dan mereka para SJW ini dianggap anak yang baru lahir kemarin sore dan tak tahu Komeng itu siapa.

Bahaya Cancel Culture

Cancel culture adalah suatu hal yang berbahaya apalagi kalau sampai salah sasaran karena bisa menutup rezeki seseorang, membuatnya depresi dan bahkan sampai bunuh diri. Para SJW yang terkenal kejam ini berdalih pembela orang-orang dengan kesehatan mental yang bermasalah justru menjadi perundung paling bengis di planet bumi.

Cancel culture bukan hanya terjadi pada individu namun juga kelompok, produk, bahkan negara! Yang melakukan cancel culture tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja, tak peduli generasi apa, dana kelompok politik mana. Masih ingat beberapa waktu lalu produk Singapura hendak diboikot?

Beberapa tahun yang lalu juga menggema boikot Bukalapak karena cuitan sang CEO tentang politik yang berakibat fatal. Efeknya terasa hingga kini, Bukalapak menjadi sepi dan kalah saing.

Ingat kasus Gofar Hilman? Tentang dugaan kasus pelecehan seksual yang akhirnya tidak terbukti, namun netizen SJW tetap menyerang Gofar dan merundungnya sampai dia tak bisa bekerja lagi di industri hiburan. Alasannya para SJW tidak suka dengan akhlaknya Gofar yang seorang playboy.

Apa yang terjadi pada Gofar bisa terjadi pada siapa saja walaupun dia tidak melakukan kesalahan apapun. Asalkan orang itu berada dalam kondisi yang tidak tepat maka bersiaplah kena cancel. Misalkan ada artis pria yang putus dengan pacarnya dan pacarnya ini curhat ke media kalau si artis itu telah melakukan hal-hal yang jahat padanya. Tanpa ada pembuktian terlebih dahulu, pasti si artis ini akan dihujat dan dicancel alias dienyahkan tanpa ampun oleh netizen yang tak berotak yang tanpa melihat lebih jauh walaupun belum ada bukti. Dengan kata lain, untuk menjatuhkan karir seseorang itu sebenarnya sangat mudah.

Netizen yang Semakin Toxic


Twitter adalah media sosial yang biasanya mengawali tren cancel culture dan diisi oleh para SJW mulai dari yang mengurusi masalah politik seperti buzzer dan oposisi, sampai mengurusi hal yang sama sekali tidak penting. Dari SJW kucing, musang, semut, sampai SJW yang tidak jelas semuanya ada di Twitter. Entah sejak kapan Twitter menjadi dipenuhi oleh yang hal toxic.

Hal inilah yang membuat cancel culture semakin kuat karena netizen semakin buas. Menariknya, para SJW buas ini sebenarnya kalau di dunia nyata hanyalah orang biasa dan akan kicep kalau ditemui secara langsung. Sebagian mereka adalah orang yang tak bisa berbuat apa-apa di dunia nyata.

Nah, gan. Gimana cancel culture menurut agam? .

Referensi