Setelah lama di dunia engineering dan migas, akhirnya ane memutuskan untuk career shifting karena berbagai hal.
Ingat pas kuliah pernah part time sebagai jurnalis sepak bola, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan apa yang (ternyata) pernah saya mulai. Kalau dulu menulisnya ngasal, akhirnya ikut course, baca banyak buku soal menulis/jurnalistik dan bisa mulai menulis.
Jaman sekarang penulis digital dituntut mengerti SEO. Tidak hanya bagus untuk pembaca, tetapi juga untuk mesin pencari.
Setelah setahun bekerja dengan berbagai klien, menulis untuk berbagai blogger, freelance di agensi, dan sekarang menjadi penulis dan (kadang) menjadi editor artikel SEO full-time di perusahaan telehealth. Ini dia lika-liku yang selama ini ane rasakan/lalui:
Quote:
1. Bayaran cuma Seuprit
Nah, ini adalah salah satu realita pahit di dunia content writer. Dengan tuntutan harus mengerti SEO, menurut ane harusnya bayarannya lebih "manusiawi".
Ane pernah lihat artikel 1000 kata hanya dihargai semangkok mi ayam dengan persyaratan yang banyak sekali di web freelancer.
Banyak mau kok gak modal? Sehat?
Disinilah ane belajar untuk memfilter klien. Kalau awal belum punya portfolio/portfolio baru sedikit, ya gak apa-apa, anggap saja batu loncatan. Kalau sudah banyak, punya nilai jual dan enak nego bayarannya.
Quote:
2. Beda Pendapat dengan Editor
Ane pernah membaca di course semrush atau course content, bahwa "first draft is always shit". Karena itulah diperlukan editor/proofreader/curator agar kontennya layak tayang.
Meski demikian, pasti ada dong rasa yang menurutnya gak perlu diedit, disuruh edit.
Misalnya ane dulu disuruh mengganti referensi buku karangan profesor dengan web berbahasa Inggris yang bahkan penulisnya belom tentu sekaliber profesor.
Beda pendapat itu wajar, yang penting gak sampe main fisik .
Quote:
3. Gak dapet Lampu Hijau di Yoast
Namanya penulis digital, pasti familiar dengan alat yang satu ini.
Yoast bisa menilai apakah konten yang kita buat sudah ramah di mesin pencari atau belum.
Banyak sekali persyaratan yang dituntut seperti:
a. Keyword density yang pas
b. Paragraf gak boleh kepanjangan
c. Ada gambar dengan alt text
d. Meta description gak boleh kepanjangan/kependekan dan memuat keyword
e. Judul (title) harus memuat keyword dan ditaruh di paling kiri
f. Harus mudah dibaca, nilai paling bagus bahkan anak SMP bisa ngerti dengan konten yang kita baca (flesc ease reading score)
g. Transition word harus ada dengan jumlah tertentu
h. Heading 2 max isi 300 kata
i. Passive voice harus di bawah 10 persen
j. Konten total minimal 300 kata
k. Ada internal link
l. dsb.
Nah, kalau belum terbiasa, pasti akan sulit. Learning by doing adalah solusinya.
Yoast tapi hanya baru ada untuk bahasa Inggris (cmiiw), jadi kalo nulis konten Bahasa Indonesia, flesc, passive voice dan transition word diabaikan saja.
Untuk yang baru mau berkecimpung, trust me, Yoast will be your best friend.
Quote:
4. Harus Unik
Menulis konten tentunya gak boleh plagiat dong. Enak bener sudah capek-capek buat konten, mendadak dicopas orang, apalagi kalo hasil dia lebih bagus.
Biasanya dilakukan pengecekan konten dengan smallseotools atau copyscape agar terjaga orisinalitas kontennya.
Yang menyebalkan kalau kita gak ada copas, tapi dibilang copas sama tools-nya. Biasanya untuk quote-quote terkenal atau pribahasa yang rawan terkena plagiarisme.
Quote:
5. It's About Client's Taste
Sudah punya porto yang kinclong? Belom tentu klien suka.
Karena namanya tulisan itu bagus atau jelek itu relatif, maka klien A bisa beda pandangan dengan klien B. Jadi, jangan terlalu berharap. Ini mirip dengan jodoh-jodohan, tergantun selera.
Quote:
6. Niche yang Sulit untuk Diriset
Nah, namanya mau menulis ya harus paham dong dengan apa yang ditulis.
Terkadang, menulis itu menghabiskan waktu di riset, bukan di bagian menulisnya. Hal ini dikarenakan tidak banyak referensi, atau referensinya kurang meyakinkan.
Quote:
7. Penempatan Keyword Harus Natural
Meski SEO tujuannya agar ramah di mesin pencari. Tetap saja kan yang baca kontennya manusia. Jadi penempatan keyword harus natural, jangan dipaksakan.
Diperlukan kreativitas yang baik agar penempatan keyword-nya natural.
Quote:
8. Konten yang Dibuat Gak Ranking2 di Google
Tujuannya SEO ya harus nampang di halaman pertama google lah minimal. Tapi memakan waktu, beda dengan SEM yang bayar, auto ranking.
Tapi percayalah, kalo konten yang dibuat ranking-nya bagus di google rasanya senang sekali.
Sisanya mungkin adalah sambatan seperti mencari klien pertama adalah yang tersulit, bekerja dengan deadline yang agak-agak tidak mudah, mempertahankan kepercayaan klien, dll.
Setelah menjadi editor, mulai paham bahwa mengedit lebih capek daripada menulis Mungkin karena harus jauh lebih fokus.
Sekian thread ane, ada yang mau berbagi pengalaman juga? Beberapa penulis senior yang ane tahu ada yang gak mau belajar SEO karena katanya "merepotkan".