valkyr9Avatar border
TS
valkyr9
Tagar LGBT Trending Di Twitter, Benarkah Homoseksual Penyakit?


Suara.com - Deddy Corbuzier menjadi sorotan publik usai mengundang mengundang pasangan gay asal Sumatera Utara (Sumut) Ragil Mahardika dan Frederik Vollert asal Jerman.

Keduanya diundang menjadi bintang tamu dalam video YouTube yang tayang Sabtu (7/5/2022). Dalam kesempatan itu Deddy Corbuzier dan Ragil membahas seputar kehidupan dan hasrat seksual seorang gay.

"Selama ini as far as I know, I am a straight. Jadi, gua masih suka sama cewek. Pertanyaannya adalah bisa gak lu jadiin gue gay?" kata Deddy Corbuzier dikutip dari Suara.com.

Mendengar pernyataan tersebut, Ragil menilai bisa menyulap Deddy Corbuzier menjadi gay untuk urusan seksual sesaat. Lantas pertanyaannya kemudian, apakah orang dengan orientasi seskual sesama jenis atau homoseksual merupakan sebuah penyakit?



Sejumlah besar bukti ilmiah menunjukkan bahwa LGBTI (lesbian, gay, biseksual, transgender atau interseksual) sepenuhnya sesuai dengan kehidupan yang normal dan sehat. Literatur klinis menunjukkan bahwa ketertarikan, perasaan, dan perilaku seksual dan romantis sesama jenis adalah wajar. Mereka adalah variasi yang dapat diterima dari seksualitas manusia.

WHO memiliki daftar penyakit, yang disebut “International Classification of Diseases” (ICD). Daftar ini ditinjau secara teratur, sesuai dengan penelitian medis terbaru.

Pada tahun 1977, ICD-9 masih memasukkan homoseksualitas sebagai penyakit. Namun, WHO kemudian menghapus item tersebut dari daftar. Majelis Kesehatan Dunia ke-43 mengesahkan keputusan itu pada Mei 1990. Oleh karena itu, ICD-10 yang saat ini digunakan secara eksplisit menyatakan bahwa “orientasi seksual dengan sendirinya tidak dianggap sebagai kelainan.”

Meskipun WHO telah menghapus homoseksualitas dari daftar penyakitnya, bentuk-bentuk diskriminasi lainnya masih tetap ada, kata Susan Cochran, seorang psikolog dan ahli epidemiologi di University of California Los Angeles (UCLA).

“Meskipun menjadi gay atau lesbian tidak lagi diklasifikasikan sebagai gangguan, sebagai gantinya muncul kategori baru penyakit 'terkait gay'.” kata Susan seperti dikutip dari situs Development and Cooperation.

Misalnya, homofobia dapat membuat remaja merasa dilecehkan dan putus asa – dan itu dapat menambah gejala depresi klinis. Cochran menunjukkan bahwa orang-orang yang bersangkutan kadang-kadang "diklasifikasikan sebagai sakit mental di bawah pedoman WHO saat ini". Masalah kesehatan mental tingkat kedua seperti itu sedang dipertimbangkan dalam persiapan untuk ICD-11.

Orientasi seksual terus menjadi topik yang diperdebatkan: secara internasional, ekspresi orientasi sesama jenis distigmatisasi. Negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Uganda dan Rusia telah memberlakukan undang-undang anti-LGBTI.

Stigmatisasi ini dan diskriminasi yang dihasilkan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental – bukan homoseksualitas itu sendiri.


https://www.suara.com/health/2022/05...yakit?page=all

Yang mau ane sorot.. Banyak terjadi standar ganda d sini.. emoticon-Malu (S)





Dengan ini..








emoticon-Ngacir

emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)
brentie
MUF0REVER
viniest
viniest dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.8K
188
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.