• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Jika Sisa Hidup Anda Dapat Dijual, Berapa Anda akan Menghargainya?

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Jika Sisa Hidup Anda Dapat Dijual, Berapa Anda akan Menghargainya?


Kemarin saya baru saja membaca manga yang benar-benar menarik. Judulnya adalah ‘Kujual Hidupku untuk Sepuluh Ribu Yen per Tahun.’ Jika menggunakan kurs maka sepuluh ribu yen setara dengan 1,1 juta rupiah. Harga yang bisa dibilang… benar-benar murah.

Tapi abaikan saja harganya, fokus pada konsepnya. Kira-kira jika Anda akan menjual sisa umur Anda, berapa harga yang akan Anda patok? Sepuluh juta per tahun? Seratus juta per tahun? Satu trilliun per tahun? Atau cuma satu rupiah per dekade?

Kalau dipikir-pikir umur alias waktu memang tidak bisa diukur nilainya. Tak ada yang bisa mengukur waktu, bahkan jam yang kita kenal sebenarnya tidak mengukur waktu melainkan mengukur dirinya sendiri.



Waktu. Tidak terlihat, tidak teraba, tak bisa dinilai menggunakan variabel apa pun. Waktu itu relatif bagi setiap orang dan karenanya setiap orang pasti memiliki standar yang berbeda untuk sisa waktu yang mereka punya.

Contohnya begini. Anda adalah seorang pekerja dengan gaji lima juta per bulan, secara ototmatis penghasilan per bulan Anda adalah enam puluh juta per tahun. Jika Anda disuruh untuk menjual satu tahun sisa umur Anda maka wajar jika Anda menggunakan gaji Anda sebagai patokan dan tidak menerima penawaran kurang dari enam puluh juta.

Gaji adalah salah satu patokan yang bagus. Selain gaji Anda mungkin bisa mempertimbangkan pengalaman, kebahagiaan, dan juga skill yang bisa Anda dapatkan selama satu tahun. Katakanlah Anda sedang berkuliah, dan UKT satu tahun Anda adalah sepuluh juta. Itu artinya Anda tak boleh menjual umur Anda kurang dari sepuluh juta.



Di sinilah perbedaan besar itu terjadi. Bagi orang-orang yang hidupnya bahagia pasti menjual umur mereka dengan harga tinggi sedangkan orang-orang yang kehilangan harapan mungkin akan menjual semua umur mereka dan mati di tempat saking putus asanya.

Bagi orang yang karirnya bagus, ekonominya menanjak, kehidupan romansanya berbunga-bunga, orang-orang semacam ini tidak akan mau menjual sisa umur mereka karena semua momen-momen itu terlalu berharga untuk dilewatkan. Beda cerita dengan orang-orang yang baru kena PHK, baru diceraikan istri, atau punya hutang menumpuk, mereka akan senang dengan berapa pun uang ekstra yang bisa mereka dapat.

Tapi yang namanya waktu memang benar-benar relatif. Sama seperti saham, kadang nilainya tinggi dan kadang juga rendah. Katakanlah Anda menjual lima puluh tahun dan mendapat lima milyar. Dengan uang sebanyak itu Anda membangun bisnis yang dalam satu tahun saja sudah buka cabang di mana-mana. Anda mendapat istri, punya anak, punya banyak teman yang peduli pada Anda. Jika Anda mencoba menjual lagi umur Anda saat itu maka nilainya mungkin sudah meningkat hingga seratus kali lipat. Sayangnya, Anda tak lagi punya sisa umur untuk dijual.



Cara kita untuk menilai sisa hidup kita sendiri memang benar-benar relatif. Jika kita sukses maka kita ingin hidup abadi. Jika tidak maka kita hanya berharap umur secukupnya. Jika kita hidup dalam penderitaan maka bukan tak mungkin kita malah mengakhiri hidup kita sendiri. Dengan kata lain apa yang kita miliki, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita harapkan, adalah patokan untuk menghargai apa yang kita sebut sebagai usia.

Jadi, berapa banyak Anda akan menghargai sisa umur Anda? Apakah harga yang Anda tawarkan masuk akal? Atau Anda menganggap hidup Anda tak ternilai harganya? Well, silahkan komen di bawah.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
Diubah oleh ih.sul 12-05-2022 12:14
pixecute
gepyan
myasanmia
myasanmia dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.3K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.