Kenapa Harus Mudik, Kalau Dibalik yang Di Desa Harus Mudik Ke Kota, Inikah ygTerjadi?

Beranda

...

The Lounge
Kenapa Harus Mudik, Kalau Dibalik yang Di Desa Harus Mudik Ke Kota, Inikah ygTerjadi?

iskrim

24-04-2022 01:16

Kenapa Harus Mudik, Kalau Dibalik yang Di Desa Harus Mudik Ke Kota, Inikah ygTerjadi?

[ HT# 1016 ]

Berjuta-juta manusia pergi naik kendaraan dengan satu tujuan, mudik ke kampung halamannya. Manusia seperti sudah terhipnotis, harus bisa mudik berapapun harga tiket dan seberapa jauh jarak harus ditempuh demi bertemu keluarga dan tanah kelahirannya.

Mudik aka pulang kampung memang menjadi 'tradisi' yang tidak tertulis dalam aturan manapun dan sepertinya ritual mudik dalam jumlah besar hanya terjadi di Indonesia. Saya maklum, karena Indonesia adalah negara berkepulauan dan mayoritas orang merantau diberbagai kota sampai negara, sewaktu ada kesempatan cuti bersama maka digunakan mereka untuk mudik.

Kalau musim mudik sudah terjadi kita bisa lihat bagaimana sibuk dan padatnya terminal-terminal, bandara, stasiun, jalan propinsi, jalan tol dipenuhi dengan orang hilir mudik bersamaan dengan berbagai jenis armada kendaraan yang seolah 'tumplek blek' nyaris tanpa jeda dijalan.

Banyaknya jumlah manusia perantauan yang terkosentrasi pada minggu terakhir sampai menjelang hari H, Idul Fitri dan arus balik menimbulkan kemacetan panjang dan kepadatan manusia di titik-titik tertentu. Seolah minggu-minggu itu tidak ada waktu malam hari, semua sibuk dan hingar bingar.

Mereka sadar kalau mudik itu sebenarnya 'mahal' karena harus ditebus dengan biaya transport 'prime time' yang mahal, waktu, dan tenaga yang harus dikorbankan, kalau perlu berdiri 9 jam didalam bus jurusan Jakarta-Solo dengan barang bawaan yang tidak sedikit, belum lagi resiko kecopetan segala bisa saja terjadi. Tapi mereka rela dan iklash demi bisa bertemu keluarga dan kampung halamannya.

Secara hitungan jumlah perantau tentu lebih banyak dibanding jumlah penduduk asli yang mereka tinggalkan. Mereka adalah keluarganya yang setia, para orang tua, keponakan yang menunggu dan merawat harta warisan dan tanah kelahiran bersama keluarga lain, di desa.

Be te wei, pernahkan kamu terfikirkan andai saja tahun depan ada trend mudik yang dilakukan secara terbalik? Orang perantau tetap tinggal di kotanya, lalu keluarga di desanya yang melakukan 'mudik' ke kota, apa yang akan terjadi?

Dalam bayangan saya pertama pastinya kepadatan di titik-titik berkumpulnya manusia dan di jalan raya propinsi jauh dari kemacetan. Ini disebabkan jumlah pemudik desa ke kota pasti jumlahnya tidak sebanyak perantau yang biasa mudik ke desanya. Hal unik terjadi adalah biasanya keluarga dari desa membawa oleh-oleh hasil bumi mereka seperti petai, jengkol, pisang, beras, ayam, bebek, kalau perlu sapi atau kerbau pun ikut dibawa lebaran di kota. Hehe

Tapi sepertinya justeru banyak kekurangannya karena biasanya tempat tinggal perantau ruangannya terbatas, yang dari desa biasanya sudah tua jadi butuh perawatan dan tempat tinggal ekstra, status perantau yang ikut bekerja dengan orang lain tentu suasana silahturahmi tidak bisa maksimal, terlebih lingkungan yang kurang kondusif ditambah kemacetan di kota rantau pastinya semakin parah karena orang kota akan keluar bersama keluarganya mencari lokasi hiburan.

Alasan lain kenapa mudiknya orang kota ke desa tanah kelahirannya adalah: karena suasana lingkungannya, suasana alamnya, kesejukannya, ketenangannya, makanan dan minumannya, wisata lokalnya, kehidupan manusianya yang bersahaja, membuat kerinduan ini semakin tebal dan harus segera disalurkan.

Itulah mengapa orang perantau sampai bela-belain untuk bisa mudik yang hanya bisa diakukan setahun sekali itu. Walaupun sebenarnya pulang kampung bisa dilakukan kapan saja tapi suasana dan thema-nya jauh berbeda.