Jika kita membahas pesawat tempur, yang biasanya menjadi sorotan adalah sosok pilotnya, spesifikasi pesawatnya; hingga persenjatannya. Akan tetapi pesawat tempur yang paling canggih sekali pun tidak akan bisa terbang tanpa bantuan teknisi. Ya, teknisi merupakan figur penting yang terlupakan dibalik superiornya sebuah pesawat tempur.

Pilot tidak akan berani menerbangkan pesawatnya sebelum teknisi memeriksanya terlebih dahulu, pilot juga tidak bisa memperbaiki pesawat jika terjadi kerusakan; selain itu untuk memasang rudal dan bom pada pesawat tempur juga bukan merupakan keahlian dan tugas seorang pilot. Semua itu dilakukan oleh seorang teknisi.

Di lingkungan TNI AU sendiri sosok teknisi rata-rata adalah laki-laki, jarang sekali ada teknisi perempuan. Sementara itu di Angkatan Udara AS, peran perempuan sebagai teknisi pesawat tempur merupakan hal yang wajar. Sangat disayangkan memang belum banyak teknisi perempuan di lingkungan TNI AU, rata-rata teknisi pesawat tempur di Indonesia adalah laki-laki.

Satu-satunya teknisi perempuan di TNI AU adalah Letnan Dua Teknik "Ida Ayu Damayanti", sosok perempuan dari Banjar Tohjiwa, Kabupaten Tabanan, Bali; yang berhasil menjadi teknisi pesawat tempur F-16 TNI AU yang pertama. Tentu saja bukan perkara mudah menjadi satu-satunya perempuan yang berperan sebagai teknisi pesawat tempur, meski jadi satu-satunya teknisi wanita; hal itu tidak lantas membuatnya patah semangat.

Justru dirinya semakin termotivasi untuk menunjukkan bahwa, perempuan juga bisa jadi teknisi pesawat tempur TNI AU. Letda (Letnan Dua) Ida sendiri bertugas di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi dan bertanggung jawab atas perawatan, perbaikan dan berbagai aktivitas di hanggar F-16.





Awalnya Letda Ida sama sekali tidak mengetahui berbagai hal tentang TNI, dia baru mencari tahu tentang TNI saat menjelang lulus SMA. Dan waktu itu dirinya mantap untuk mendaftar sebagai TNI, dan memilih Angkatan Udara. Awalnya orangtuanya kaget dan tidak setuju jika anak permepuannya mendaftar sebagai tentara. Tapi melihat tekadnya yang kuat, orangtuanya kemudian mendukung apa yang diinginkan sang anak.

Letda Ida lalu mendaftar di Akademi Angkatan Udara (AAU) dan lulus pada tahun 2018 lalu, setelah lulus Letda Ida lantas bertugas sebagai teknisi F-16 di Skadron Udara 3. Menjadi teknisi F-16 bukan hal yang mudah. Bagi Letda Ida memastikan keselamatan pilot F-16 adalah yang utama bagi seorang teknisi.

“Sebelum pilot terbang pun kami harus memastikan pesawat itu yakin dan siap untuk terbang, kita tidak main-main dengan keselamatan terbang dan safety utamanya,”tegas Ida.






Di Skadron Udara 3 Letda Ida dipasrahi tugas sebagai penanggung jawab hanggar, artinya segala kegiatan yang berlangsung di Skadron Udara 3 nantinya harus dilaporkan kepada senior dan atasan. Sebagai seorang perwira teknik tempur, dia pun harus bisa bersikap tegas kepada setiap anggotanya yang mayoritas laki-laki tanpa harus menghilangkan sisi perempuannya.

Menjadi teknisi bagi elang-elang besi penjaga langit Nusantara bukan perkara mudah, apalagi bagi seorang wanita; anggapan itu tentu ada di setiap benak orang. Tetapi anggapan itu berhasil ditepis oleh Letda Teknik Ida yang berhasil menjadi teknisi wanita pertsma bagi F-16 Fighting Falcon di lingkungan TNI AU.

Menjadi bagian dari Skadron Udara 3 berarti ikut menjadi saalah satu ujung tombak untuk menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia, tanpa terkecuali sebagai seorang wanita seperti Ida Ayu Damayanti. Yang terpenting bagi prajurit TNI adalah keyakinan dan semangat dari diri sendiri guna mengabdi kepada Ibu Pertiwi.

Keberhasilan Letda Teknik Ida menjadi teknisi F-16 tersebut membuktikan bahwa; siapa pun tanpa memandang ras, agama, suku dan gender memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengabdi kepada bangsa dan negaranya.







Referensi Tulisan: Kompas.com
Sumber Foto: Tangkapan Layar Youtube