Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Kapan sih, Brunei Darussalam Merdeka?
Seperti yang sudah kita pahami, kalau Brunei Darussalam merupakan salah satu negara yang berada di Kawasan Asia Tenggara, dan menjadi negara tertua karena sudah ada sejak abad ke-6. Kalian tahu tidak, kalau ternyata Brunei Darussalam ini berbatasan langsung dengan Indonesia, tepatnya dengan Pulau Kalimantan di bagian utara, dan yang lebih mengejutkan lagi, luas wilayah negara Brunei ini tidak lebih luas dari wilayah daerah Banyuwangi. Dan pastinya kalian sudah tahu, kalau negara Brunei ini mempunyai penduduk muslim terbesar dengan presentase hampir 63,4%.

Fakta lain yang kalian juga harus tahu tentang Brunei Darussalam adalah bahwa negara ini termasuk dalam negara terkaya ke dua se-Asia Tenggara setelah negara Singapura. Dengan banyaknya cadangan minyak dan gas sebagai komoditi ekspor terbesar dan hampir memenuhi 95% dari total ekspor, menjadikan Brunei Darussalam negara yang kaya. Tapi dibalik kekayaan negara ini, kalian juga harus tahu, kalau ternyata Brunei Darussalam ini juga pernah mengalami sebuah penjajahan oleh bangsa Eropa. Maka dari itu, pada pembahasan kali ini, akan dijelaskan bagaimana perjalanan Brunei Darussalam dalam memperoleh kemerdekaan. Mari simak penjelasannya berikut ini.

1. Konflik Spanyol dan Brunei Darussalam

Sejak awal keberadaan negara Brunei ini sudah melakukan kontak dengan China untuk berdagang. Seiring berlalunya waktu Brunei juga melakukan kerja sama dengan negara yang ada di Kawasan Eropa, dengan harapan akan memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan ekonomi Brunei. Tapi ada hal yang harus disayangkan teman – teman, hubungan Brunei dan Spanyol tidak berjalan seperti yang diharapkan. Awal mula retaknya hubungan dua negara ini karena jatuhnya Manila ke tangan Spanyol. Kemudian pada tahun 1578 Spanyol ini menyatakan perang pada Brunei Darussalam. Perang ini disebut Perang Kastila, dalam peperangan ini Spanyol menyerbu ibu kota Brunei yang saat itu berada di Kota Batu. Dalam perang ini, Spanyol memang mendapatkan kemenangan, tapi disayangkan pihak Spanyol juga harus menderita kerugian karena ada penyebaran penyakit, yaitu kolera atau disentri.

Selain permasalahan di atas ini, konflik Spanyol dan Brunei Darussalam juga ada yang dalam bidang agama. Ternyata saat itu Spanyol juga melarang pemerintah Brunei Darussalam untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Filipina. Tentu teman – teman sudah tidak asing lagi dengan istilah 3G (Gold, Glory, Gospel) prinsip yang dipegang oleh kolonialisme dan imperialisme saat itu. Dalam prinsip Gospel, berarti menyebarkan agama Kristen. Dengan dasar prinsip inilah kemudian Spanyol melarang Brunei Darussalam menyebarkan Islam di wilayah Filipina, karena dianggap menyimpang dari ajaran Kekristenan, sedangkan wilayah Filipina ini dianggap oleh Brunei sebagai bagian dari Dar Al-Islam (hukum Islam berlaku di wilayah tersebut).

Tapi yang perlu diingat oleh teman – teman, setelah kepergian Spanyol dari tanah Manila karena adanya penyebaran penyakit kolera, Spanyol tetap memberikan dampak yang kurang baik pada Brunei karena perpecahan wilayah yang sudah dilakukan oleh Spanyol. Di lain sisi juga memberikan dampak positif karena Brunei dapat kembali bangkit bersamaan dengan kembalinya Kesultanan Sulu ke tangan Brunei Darussalam.

2. Tunduknya Brunei Darussalam pada Inggris

Sekitar abad ke-16 kejayaan dari Kesultanan Brunei ini ternyata mengalami pelemahan teman – teman, sampai akhir abad ke-16 Brunei harus menghadapi perselisihan internal. Hal ini juga merupakan dampak dari perpecahan wilayah yang sebelumnya dilakukan oleh Spanyol. Pemberontakan mulai bermunculan, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh pihak dari Inggris untuk ‘membantu’ menyelesaikan permasalahan yang ada. Saat itu pihak dari Inggris yang bernama James Brooke berhasil menyelesaikan pemberontakan yang ada, dan ia diberi hadiah dengan diangkat menjadi Gubernur di Serawak. Niat hati dari Brunei mengangkat James sebagai Gubernur Serawak adalah untuk memperkuat Brunei, tetapi memang pada dasarnya James tidak memiliki niat membantu sepenuhnya, hal ini justru membuat wilayah kekuasaan dari James semakin meluas.

Niat buruk dari James ini mulai diketahui pada tahun 1843, dengan berakhir pada peperangan. Namun sayang, Brunei banyak mengalami kekalahan menghadapi Inggris hingga akhirnya banyak wilayahnya yang dikuasai Inggris. Pada 1847 juga Brunei dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Perdagangan dan Persahabatan dengan Inggris. Dengan kondisi yang seperti ini, semakin lama tentu keadaan Brunei semakin memburuk dan wilayahnya menjadi semakin sempit. Keadaan yang semakin buruk ini, membuat pemerintah Brunei terdesak untuk menandatangani perjanjian dengan Inggris untuk meminta perlindungan. Dari sinilah teman – teman, akhirnya Brunei harus tunduk pada Inggris.

3. Kemerdekaan Brunei Darussalam

Dengan keadaan Brunei yang menjadi bawahan Inggris, ternyata memunculkan keinginan untuk membuat negara Brunei Darussalam yang berdiri sendiri dan merdeka. Pada 1959, Brunei mengeluarkan konstitusi tentang keinginannya untuk membentuk pemerintahannya sendiri, namun tentu langsung di tolak oleh pihak Inggris. Selanjutnya di tahun 1960, ternyata Brunei mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan Malaysia. Namun sayang, hal tersebut di tolak karena Brunei tetap ingin menjadi negara yang mandiri dan merdeka. Hingga kemudian pada 1 Januari 1984 akhirnya Brunei mendapatkan hak merdekanya secara penuh.

https://m.kumparan.com/riana-dea/kap...iWVX7S9GY/full
muhamad.hanif.2
tenarsyndrome
lleonelbasti372
lleonelbasti372 dan 22 lainnya memberi reputasi
21
5.3K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.