Uang di zaman modern memang banyak dicari manusia, walau hanya sekedar kertas dan logam yang tak bernilai. Bahkan uang saat ini bisa terjadi inflasi hingga nilainya menjadi tak berharga, tetap saja karena sebagai alat pembayaran uang akan selali diburu dalam keadaan apapun juga.

Pemberitaan di Indonesia tentang masalah sosial di masyarakat seakan tak pernah ada habisnya, terutama masalah ekonomi. Himpitan ekonomi menyebabkan banyak kasus terjadi dimulai dari tindakan kriminal, hingga ada yang membuang bayi.



Namun ada yang lebih gila lagi, menjual tubuh istrinya kepada orang lain yang membutuhkan jasa untuk menyalurkan nafsu biologis sebagai mahluk hidup.

Apa yang menyebabkan suami tega berbuat gila seperti itu?

Masalah utama dan menjadi alasan yang masuk akal adalah himpitan ekonomi, kemiskinan yang melanda keluarga mereka, dimana hutang menumpuk hingga harga diri tergadai.



Bila ini alasan yang benar-benar terjadi, bukan alasan yang dibuat-buat, maka akan ada pertanggung jawaban dari ketua RT hingga Presiden akan rakyatnya yang hidup di jurang kemiskinan. Lalu melakukan tindakan yang berdosa, namun dalam koridor agama mereka ini sebenarnya tidak bisa dihukum, karena ada sebab dan akibat.

Sebabnya miskin akibatnya jadi pramuria, tapi kalau kacamata sosial dan hukuman yang berlalu di negeri ini maka suami dianggap sebagai mucikari dan si istri bebas karena dianggap korban. Namun ada juga yang menjadi tersangka, tergantung pasal yang dituduhkan nantinya.



Miskin memang menjadi momok yang menakutkan, karena miskin juga banyak hukum yang tidak bisa dijalankan sesuai aturan, miskin juga menjadi masalah banyak negara, himpitan ekonomi memang membuat banyak orang terperangkap dari jerat dosa.

Tapi tak selamanya alasan miskin dan himpitan ekonomi menjadi satu-satunya alasan suami menjual istrinya, tetapi istri yang hiperseks, istri yang suka fantasi threesome, bahkan fantasi-fantasi seks lainnya dikemas secara rapih dengan sejumlah bayaran.



Di Jawa Timur tahun 2019 ditangkap pasutri yang kencan bertiga dengan bayaran dari Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.

Yang terbaru kasus di Serang Banten, dimana suami menjual istrinya untuk melayani pria yang jarang dibelai alias jablai melalui media online. Dengan tarif Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu, hasilnya sebulan mereka mendapatkan dana sekitar Rp 10 juta. Karena sang istri melayani 2-3 orang seharinya. Potong masa menstruasi, sungguh bisnis yang menggiurkan karena kalau alasan ekonomi tak masuk akal, sebab sudah 5 bulan menjalani bisnis jual jasa seperti itu.



Memurut hukum yang berlaku mereka bisa dijerat pasal 296 KUHP tentang tindak pidana dengan sengaja mengadakan atau memudahkan cabul dengan orang lain, dengan ancaman pidana satu tahun empat bulan penjara, dan Pasal 506 KUHP tentang tindak pidana mengambil keuntungan dari pramuriaan perempuan dengan ancaman pidana setahun penjara.

Namun, ini opini pribadi kenapa mereka berbuat seperti itu dikarenakan circle pertemanan, lingkungan, dan sebagainya yang menyebabkan free seks sudah dinilai hal yang biasa.



Secara normal, seorang suami cemburu dan tidak mau bila istrinya di gauli oleh orang lain, bahkan mereka nekat membunuh sosok yang mendekati istrinya itu adalah hal yang wajar.

Namun, kalau kehidupan sebelum mereka menikah sudah terbiasa free seks, maka suami menjadi mucikari adalah hal yang biasa. Tapi kalau ada pemaksaan suami menjual istrinya, otomatis itu tindakan pemerkosaan dan tidak akan terjadi berulang kali. Biasanya si istri akan lari atau depresi, bisa berakibat fatal hingga bunuh diri.



Tapi kalau itu dilakukan berulang dan sesuai kesepakatan, selain dapat cuan ya memang doyan hehehe...



Sumber :

https://daerah.sindonews.com/read/72...3?showpage=all

https://daerah.sindonews.com/read/72...3?showpage=all