Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

metalbeeAvatar border
TS
metalbee
Komik Indonesia Tidak Seculun Yang Kamu Bayangkan!


Kemunculan film superhero Indonesia yang sekarang menjadi fenomena rupanya bukan tanpa tantangan. Banyak cibiran dari berbagai pihak tertentu yang ujungnya mempermasalahkan desain kostum dan konsep mereka yang kata orang-orang ini, sih, menjiplak Marvel dan DC Comics.

Maklum sebagian dari mereka yang berkomentar tumbuh di masa yang kala itu memang perkembangan internetnya tidak semaju seperti sekarang. Menghambat berjalannya komik lokal menggapai pelosok daerah untuk memperkenalkan diri.

Saat internet menjadi kebutuhan wajib dekade 2010-an, barulah mulai generasi ini hanya mengenal karakter komik luar negeri yang duluan sukses di tanahnya sendiri.

Quote:

Mungkin banyak pertanyaan seperti ini ketika pertama kali membaca paragraf di atas.

Tapi, sebelum menjawab itu, mari kita edukasi orang-orang ini untuk lebih mengenal komik Indonesia. Perlu diakui memang inspirasi sebuah karakter ciptaan kreator kita tidak terlepas dari pengaruh komik barat. Industri yang terlebih dahulu maju di sana kemungkinan gemanya lebih terdengar di penjuru dunia. Menjadi kiblat kreator kita menciptakan karakter superhero dengan gaya serupa selain mengandalkan cerita legenda semacam epos Mahabarata atau mungkin genre silat yang sudah terlebih dahulu memiliki panggungnya.

Jadi, ya, perihal jiplak menjiplak sebenarnya adalah tuduhan paling konyol jika mengingat pada zamannya informasi tidak semaju seperti sekarang. Lanjut lagi Hak Cipta juga belum banyak dipahami orang di zaman itu.

Salah satu fakta menarik yang perlu diketahui adalah komik Indonesia itu sendiri lahir di waktu yang berdekatan dengan munculnya komik modern di Amerika Serikat. Komik pertama kita berjudul Put On (1931) karangan Kho Wan Gie yang terbit di majalah Sinpo. Lalu setelahnya lahirlah komik superhero pertama bernama Sri Asih (1954) oleh R.A Kosasih. Bukan hanya menjadi superhero pertama bangsa ini tapi juga merupakan superhero wanita pertama. Apa yang dilakukan R.A Kosasih cukup visioner menurut gue pribadi karena perjuangan emansipasi wanita saat itu masih berada di titik yang terbilang panas.




Lalu setelah itu semakin banyak legenda komikus yang turun gunung membangun karakter mereka sendiri. Tapi komik Indonesia baru benar-benar mendapatkan panggung besarnya medio 1969 melalui Gundala (1969) karangan Hasmi dan Godam (1969) oleh Wid NS. Tapi sebelum itu sebenarnya sudah banyak karakter yang terlebih dahulu muncul namun pamor mereka tidaklah sedahsyat Gundala dan Godam. Di masa yang sama ada Laba-Laba Merah (1968) karya Kus Bram yang juga ikut mewarnai parade komik dalam negeri.

Dunia bagai sebuah Surga bagi Hasmi dkk. Banyak orang menyukai karyanya. Hingga yang paling beruntung, Gundala, sempat difilmkan pada tahun 1981. Merupakan salah satu kemajuan bagi komik Indonesia di masanya menurut pendapat gue pribadi. 

Terbilang 10 tahun komik kita merajai pasar Tanah Air. Diikuti oleh komik silat dari Ganesh TH, Si Buta Dari Goa Hantu (1967) yang bahkan hingga kini ceritanya masih didengar banyak orang walau bisa gue pastikan sebagian dari mereka tidak pernah sama sekali membaca komiknya. Sebuah pencapaian manis yang selalu diingat oleh publik negeri ini.

Tapi sialnya kita harus menerima kenyataan bahwa hal itu tidak bertahan lama, rupanya. Komik Indonesia meredup di dekade 80-an dengan banyak alasan yang mendasarinya. Beraneka ragam pendapat meramaikan mengapa hal ini bisa terjadi.

Pada masa ini barulah gue mengajak kalian menjawab tentang apa yang sebenarnya terjadi pada komik kita hingga harus bersusah payah untuk hidup lagi di masa ini.

Secara pribadi gue menamai masa ini dengan sebutan The Dark Age of Indonesian Comics atau singkatnya Dark Age aja, hehe. Di periode ini komik Indonesia oleh sebagian orang disebut mati suri karena minimnya terbitan komik lokal baru dipasaran hingga tiada lagi komik lokal dengan kondisi segar yang dapat kembali menggebrak pasar nasional.

Hal ini diperparah oleh serbuan komik Jepang atau Manga yang mulai mendapatkan perhatian lebih. Akibatnya pasar nasional dipenuhi oleh koleksi Manga dan komik Barat. Menempatkan posisi komik lokal di rak paling belakang nan terpinggirkan. Lebih buruknya lagi informasi akan eksistensi mereka lambat laun memudar dalam benak banyak orang. Dari waktu ke waktu, komik kita tertatih-tatih.

Generasi baru lahir tanpa tahu bahwa mereka memiliki komik lokal di negerinya sendiri. Dan sudah pasti pamor komik Indonesia terkubur jauh ke dalam. Walaupun di masa itu ada beberapa label komik Indie mencoba masuk, tapi sayang seribu sayang, nasibnya berujung tragis dan terbuang. Ada yang tidak dikenal dan ada pula yang bahkan gagal di pasaran.

Sampai disini seperti yang kita lihat, dampak dari peristiwa berkepanjangan itu melahirkan golongan orang-orang yang meremehkan komik dalam negeri. Ini juga akibat dari minimnya informasi dan kemalasan mereka mencari tahu.


Tapi beruntung bagi kita saat ini bisa mencicipi santapan manis komik dalam negeri. Perjuangan mereka untuk menggaruk tanah seraya memaksa keluar dari peti matinya membuahkan hasil. Mematahkan perspektif mereka tentang “culunnya komik Indonesia” hanya karena tidak mau tahu perjuangan komik komik ini hingga bisa kembali dikenal publik tanah air.

Sangat bahagia bisa hidup untuk menyaksikan salah satu kekayaan Indonesia yang satu ini. Rupanya memang komik kita nggak seculun itu, bukan? Apakah kamu setuju?


Diubah oleh metalbee 26-03-2022 08:27
Jombloholik
evywahyuni
silentwalker88
silentwalker88 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.6K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.