Minyak mahal, oposisi pada kemana? Padahal ini sasaran empuk untuk memikat hati rakyat, tapi ternyata oposisi hanya bisa teriak PKI, Pawang Hujan, tidak ada solusi dari harga pokok sembako yang dimainkan mafia.

Kalau di lingkaran pemerintah jelas, mereka sudah menyerah, bahkan hingga kini pun tidak diketahui siapa mafia yang dimaksud. Makanya ada pemimpin dari partainya wong cilik memberikan saran kepada mamak-mamak dirumah untuk merebus, mengukus, memanggang, membakar intinya proses memasak tanpa menggunakan minyak.



Tapi mereka lupa pada tukang pedagang kecil yang berjualan gorengan, mau apapun itu bahannya harus digoreng. Miris memang kalau ada partai wong cilik hanya bisa mengatakan hal yang simple, "kalau minyak goreng mahal, solusinya tidak usah menggoreng" mungkin anak tk pun bisa memecahkan solusi seperti itu.

Tapi, solusi mengatasi mafia angkat tangan! Menangani teror dari mereka yang mengatasnamakan agama saja bisa, kenapa mengatasi teror dari mafia dagang tidak bisa?



Apakah ada permainan besar, atau yang bermain adalah nama-nama besar yang bisa membuat negara chaos, bahkan bisa membuat kecemburuan sosial hingga bisa dimanfaatkan menjadi revolusi seperti di Prancis.

Dimana mereka yang berada di lingkaran Istana harus hancur lebur, karena kemarahan rakyat Prancis. Entahlah, sangat sedikit info dan tidak bisa menebak-nebak dimana mafia yang dikatakan Mendagri.

Seperti apa permainan mafia ini? Secara garis besar, harusnya sudah bisa terdeteksi karena permainan itu sudah diungkap dengan kalimat seperti ini,







Lalu kenapa prosesnya lama? Ini yang membuat publik heran apakah yang bermain nama-nama yang bisa bikin perekonomian Indonesia bergerak?

Tapi ada sedikit kritik kalau memang Mafia minyak goreng berarti ada perkumpulan kriminal, dan tentu saja ini tanggung jawab besar dari Kepolisian mengungkap ini semua.



Namun kalau ada masalah dimana ada beberapa perusahaan dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang/jasa untuk meraih keuntungan di atas tingkat yang wajar, ini dinamakan kartel.

Untuk membuktikan kartel memang agak sulit dan bila terbukti juga hanya dikenakan denda, yang rugi tetap saja wong cilik. Kalau Yamaha dan Honda melakukan kartel tidak begitu pengaruh, karena bukan bahan pokok. Tapi minyak goreng?



Bikin wong cilik pusing, maklumlah gaji pekerja juga masih banyak yang berada di bawah UMR kalau tidak mau bekerja maka tidak dapat uang. Efeknya pedagang kecil juga terimbas menaikkan harga, otomatis akan jarang yang beli. Kalau minyak goreng dipakai berkali-kali efeknya juga tidak sehat.

Maka, masyarakat yang perduli kesehatan juga jarang jajan makanan pinggir jalan karena mereka tahu minyak yang digunakan sudah berkali-kali digunakan untuk menggoreng.





Otomatis para pedagang kecil ini semakin tidak laku, dan menjerit pilu. Banyak yang pulang kampung, dan memulai usaha dari nol kembali. Kalau mereka punya keluarga yang perlu dinafkahi bagaimana?

Jangan sampai kejadian seperti ibu-ibu yang di Brebes tega menggorok anaknya sendiri karena himpitan ekonomi. Maka, ikutilah program pemerintah 2 anak cukup. 1 anak lebih baik, free child itu pilihan yang masuk akal namun resiko tanggung sendiri.

Sepertinya saran Ibu Peri dari partai wong cilik, bisa menjadi solusi jangka pendek. Kalau jangka panjang, ya harus ditemukan dulu pelaku mafia atau kartelnya, kalau tidak ada yang ditangkap lebih baik kita nyanyi.



"Andeca andeci la bora bora bori, goyang dua jari siapa suruh pilih Jokowi"



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik
Pic : google