Negara pimpinan Paman Joe Biden baru-baru ini meminta sebuah permintaan yang sulit dikabulkan kepada Turki, mengutip artikel Reuterspara pejabat AS telah menyampaikan saran untuk mengirim S-400 ke Ukraina selama sebulan terakhir kepada rekan-rekan Turki mereka. Tetapi sampai saat ini tidak ada permintaan khusus atau formal yang dibuat, menurut sumber yang mengetahui informasi tersebut. Usulan transfer S-400 juga muncul selama kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman ke Turki awal bulan ini.

Di lain sisi Pemerintahan Biden telah meminta sekutu yang telah menggunakan peralatan dan sistem buatan Rusia termasuk S-300 dan S-400 untuk mempertimbangkan mentransfernya ke Ukraina untuk menangkis invasi Rusia. Gagasan itu menurut para analis militer global pasti akan ditolak oleh Turki, karena Turki dikenal punya hubungan mesra dengan Rusia. Di mana sebelum invasi, Turki sempat ditawari menjadi produsen S-400 di luar Rusia.

Mengenai permintaan transfer S-400 ke Ukraina, pihak berwenang Turki belum mengomentari saran atau proposal AS terkait dengan transfer sistem tersebut, yang telah menjadi titik pertikaian lama antara kedua sekutu NATO tersebut. Sementara itu pejabat kementerian luar negeri Turki tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar.


S-400 Turki: Dulu Dibenci Kini Dipuji

Sebagai pengingat gan, Turki membuat kontroversi di Eropa; setelah anggota NATO itu menyepakati pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Pembelian sistem senjata dari sang rival itu dilakukan karena Turki merasa bahwa; sistem pertahanan udara milik Barat tidak sesuai dengan spesifikasi yang mereka tetapkan.

Turki kemudian menandatangani kontrak pengadaan S-400 pada akhir 2017 senilai US$2,5 miliar, dua tahun berselang Turki kemudian menerima keseluruhan sistem rudal hanud S-400 Triumph dalam dua gelombang. Komposisi sistem hanud (pertahanan udara) S-400 Turki terdiri dari 30K6E battle management system, untuk pilihan rudal terdiri dari 48N6E3 dan 48N6E2. Dalam satuan peluncur rudal S-400 juga didukung 30Ts6E maintenance facilities.

Radar S-400 mengandalkan 91N6E (surveillance and acquisition radar), 96L6E (air search and acquisition radar) dan 40V6M (low flying target detector radar). 91N6E dan96L6E merupakan nstrumen radar untuk menghadapi target yang terbang di ketinggian maksimum. Kedua radar dapat mengendus sasaran pesawat tempur stealth (generasi 5) dari jarak 150 – 200 kmm radar ini juga mampu melacak 100 sasaran secara simultan. Sementara 40V6M dengan menara dipersiapkan untuk mengendus target
yang terbang rendah.

Menurut artikel indomiliter.com lazimnya sistem radar utama pada baterai S-400 adalah radar 92N6E “Grave Stone.” Radar diangkut oleh platform truk MZKT-7930 8×8 ini berjalan di frekuensi I/J-Band multi-function phased-array. Radar ini menggunakan antena microwave yang memiliki lobus samping rendah untuk perlindungan dari noise jammers dan rudal anti radiasi. Setiap radar 92N6E dapat mengendalikan sampai 12 peluncur rudal dan melawan sasaran di jarak 400 km. Setiap rudal juga dilengkapi sensor radar aktif dan terlibat dalam penghitungan posisi sasaran secara akurat (track via missile).





Sementara itu akibat pembelian S-400 Turki dikeluarkan dari program F-35, pesanan F-35 Turki juga pada akhirnya batal dikirimkan. Di masa lalu Turki merogoh kocek US$ 1,4 miliar (Rp 19,8 triliun) untuk 116 unit F-35 yang akan mereka pesan. Akibat batalnya pengiriman F-35, kini Turki hanya bertumpu kepada F-16 untuk menjaga ruang udaranya.

Di lain pihak Washington telah berulang kali meminta Ankara untuk menyingkirkan baterai rudal darat ke udara buatan Rusia sejak pengiriman pertama tiba pada Juli 2019. Amerika Serikat juga telah menjatuhkan sanksi pada industri pertahanan Turki, membuat mereka tak bisa leluasa mendapatkan komponen penting dari pihak Barat untuk senjata produksi lokal.

Dan terkait invasi Rusia ke Ukraina, para pejabat AS ingin memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan hubungan mereka yang tegang selama 3 tahun terkahir dengan Turki. Upaya itu juga merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh pemerintahan Biden untuk menanggapi permohonan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk membantu melindungi langit Ukraina. Di mana sistem pertahanan udara buatan Rusia atau Soviet seperti S-300 yang dimiliki sekutu NATO diproyeksikan untuk dikirim ke Ukraina.

Pada 19 Maret 2022, pihak AS juga telah berunding dengan Bulgaria dan Slovakia guna mengirim sistem hanud S-300 ke Ukraina. Kedua negara mengatakan akan setuju untuk rencana itu, tetapi sebagai imbalannya; Amerika harus menyediakan sistem hanud baru agar tidak melemahkan pertahanan udara kedua negara ini. Sampai saat ini negosiasi dengan kedua negara terus berlangsung, karena keduanya belum sepakat untuk segera mengirim S-300 ke Ukraina.





Referensi Tulisan: Army Recognition, indomiliter.com& Reuters
Sumber Foto: sudah tertera di atas