Di pembahasan kali ini kita akan membahas tentang sosok fir'aun, yang selalu dianggap sosok jahat hingga mengaku Tuhan, di dalam agama sosok ini tidak diketahui identitasnya hanya karakternya saja yang di ceritakan.

Menariknya cerita tentang Fir'aun hanya cerita sepihak kepada bangsa Yahudi, sedangkan kalau melihat literasi sejarah dari sudut pandang Bangsa Mesir, mereka adalah bangsa yang tidak rasis, Seperti Yusuf bisa menjadi wazir di tanah mesir, bahkan orang keturunan Afrikapun bisa menjadi bagian kerajaan mesir.



Jadi bagaimana kalau pembahasan Fir'aun ini kita lihat dari sudut pandang bangsa Mesir kuno. Sepertinya akan menarik untuk dibahas!

Fir'aun sebenarnya hanyalah sebuah gelar untuk raja-raja di Mesir kuno, istilah itu muncul tahun 1.200 SM. Nah menurut Jean Yoyotte, ahli egiptologi dari Prancis, dalam “Pharaonic Egypt: Society, Economy, and Culture” yang terbit dalam General History of Africa II: Ancient Civilizations of Africa, istilah “Firaun” berasal dari per-ao.



Bisa dibilang istilah ini pada era Kerajaan Lama bermaksud merujuk pada “Rumah Besar” bagi sang pangeran, termasuk kediamannya dan para menterinya. Jadi begini Fir'aun dulu itu untuk sebutan orang yang tinggal di rumah yang besar, lalu bahasa itu ada yang menyebutnya pharaoh, fir'aun dan hal-hal semacam itu.

Lalu baru pada masa Kerajaan Baru (1570–1070 SM), istilah Firaun menjadi sebutan bagi seorang raja. Pada masa Mesir kuno, mereka adalah orang pagan yang memuja dewa dewi. Maka Fir'aun itu dianggap, manifestasi atau perwujudan dari personifikasi Dewa Dewi yang dimaksud itu.



Dalam peradaban kerajaan kuno itu seorang Raja bisa dibilang bagian dari Dewa, entah itu hanya sebagai wakil dari Dewa. Maka ketika Raja meninggal harus digantikan oleh anaknya yang masih keturunan Dewa juga.

Di dalam peradaban kuno rata-rata terjadi etnosentrisme, namun berbeda dengan Mesir yang tidak rasis.







Jadi bangsa Mesir kuno menganggap bangsa yang lain itu setara dengan mereka, walau Dewa Dewinya berbeda. Fir'aun pada masanya bisa berasal dari bangsa manapun, ada Persia, Israil, Romawi hingga bangsa kulit hitam pun ada.

Satu hal lagi bangsa Mesir kuno sudah membudayakan kesetaraan gender, dimana hal itu di dasari dari penemuan banyak patung yang selalu berpasangan.



Bahkan tak hanya sampai disitu, ada juga Fir'aun wanita dalam peradaban Mesir yang dihormati, wanita-wanita itu adalah Hatshepsut, Nefertiti, Cleopatra, Sobekneferu, Twosret.

Lalu bagaimana dengan bangsa Yahudi di Mesir? Mereka itu adalah pengungsi, karena tanah Israil pernah mengalami kekeringan dan paceklik yang sangat panjang. Lalu mereka pun beranak pinak di Mesir, kemudian mereka yang awalnya sedikit kini semakin banyak.



Lalu kalau sudah banyak biasanya akan timbul gesekan karena sifat pongah, rasis belum lagi menguasai sektor-sektor yang strategis. Dan Fir'aun dimasa itu mencoba melindungi kaum "pribumi". Dan mencoba untuk mengusir orang-orang Yahudi, kemudian ketika Mesir dilanda banyak bencana yang disebut "sepuluh tulah Mesir" orang-orang Yahudi, atau bangsa Israil pergi ke tanah yang dijanjikan Tuhan mereka dan membawa harta benda yang mereka miliki.

Kalau sudut pandang kita seperti ini, dengan perspektif yang berbeda apakah kita menganggap Fir'aun sosok yang jahat?



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik, klik
Pic : google