Banyak netizen Indonesia yang membully F-16 Viper sebagai pesawat tua yang tak layak dibeli, ketika pesawat tempur ini sempat ditawarkan ke Indoensia oleh Lockheed Martin sebagai pengganti F-5 Tiger. Tapi di tengah bully tersebut, varian terbaru F-16 Viper terus kebanjiran order. Sementara itu US Air Force juga terus berupaya mempertahankan operasinal varian F-16C/D (pendahulu F-16V/Block 72). Hal itu menandakan bahwa, pesawat tempur ini masih layak untuk diterbangkan di era modern ini.

Terkait F-16, pada 28 Februari 2022 lalu pihak Air Force Life Cycle Management Center telah memutuskan untuk melakukan upgrade pada ratusan armada F-16 Fighting Falcon milik USAF. Dengan upgrade pesawat tersebut, diharapkan F-16 tetap bisa efektif melawan ancaman modern yang muncul dan membantu mereka tetap mengudara selama sisa umur operasionalnya yang diperpanjang.

Dalam siaran resmi melalui websitenya, Air Force Life Cycle Management Center menyebut program upgrade ini sebagai "Post Block Integration Team (PoBIT),"program ini akan melibatkan lebih dari 18 pangkalan USAF, beberapa kontraktor, dan akan menelan biaya sekitar US$6,3 miliar selama beberapa tahun. Saat ini proses upgrade pesawat sudah dimulai.


Upgrade Terbesar Bagi USAF

Program upgrade ini menjadi yang terbesar bagi USAF, pasalnya akan ada 608 unit F-16 yang diperbarui baik sistem radar atau kokpitnya. Pesawat yang menjalani upgrade terdiri dari F-16 Block 40/42 serta F-16 Block 50/52, total akan ada 22 modifikasi yang akan diterima oleh seluruh varian pesawat tersebut. Pembaruan yang direncanakan termasuk penambahan Center Display Unit dan Programmable Data Generator, serta beberapa komponen perangkat keras utama lainnya untuk memodernisasi pesawat.

Selain itu, F-16 akan menerima radar AN/APG-83 Active Electronically Scanned Array (AESA), kemampuan peperangan elektronik baru, komputer misi lanjutan, dan upgrade suite komunikasi yang mencakup kemampuan datalink Link-16 yang diperbarui. USAF mengatakan sistem komunikasi baru ini akan membuat armada F-16 memiliki jaringan data berkecepatan tinggi.

Letnan 1 Andrew Elledge, manajer program untuk Kantor Program F-16 USAF; mengatakan bahwa mampu menjaga F-16 dalam pertempuran dengan teknologi terbaru dan terhebat adalah faktor pendorong di balik proyek besar-besaran ini.





Sistem radar AESA yang baru akan memungkinkan F-16 untuk mendeteksi dan melacak target pada tingkat presisi yang lebih tinggi, termasuk target di ketinggian rendah atau dengan penampang radar kecil dan di lingkungan pertempuran peperangan elektronik modern.

Sistem radar AESA sebelumnya diuji di atas pesawat Air National Guard F-16 sejak tahun 2020. Sementara radar AESA Northrop Grumman AN/APG-83, juga dikenal sebagai Scalable Agile Beam Radar, atau SABR; dianggap cocok sebagai pengganti radar APG-66/68. Radar varian baru tersebut juga telah digunakan di armada F-16V Taiwan yang ditingkatkan sejak 2017, dan terpasang di pesawat F-16C/D Block 70/72 produksi terbaru. USAF juga mengincar radar SABR untuk digunakan di atas bomber gaek B-52. Di sisi lain SABR juga sudah dipasang pada sejumlah F-16 yang bertugas di Air National Guard, termasuk dipasang pada model Blok 30.





Sementara siaran pers USAF tidak merinci sistem EW (Electronic Warfare) generasi berikutnya yang akan dipasang sebagai bagian dari paket modifikasi ini, tetapi layanan tersebut sebelumnya telah memilih Northrop Grumman untuk mengembangkan rangkaian sistem peperangan elektronik baru yang menawarkan kemampuan penanggulangan canggih untuk F-16.

Wakil presiden navigasi, penargetan, dan kemampuan bertahan Northrop Grumman, Ryan Tintner mengatakan bahwa; suite tersebut akan secara signifikan meningkatkan perlindungan bagi operator F-16 saat mereka menjalankan misi mereka di lingkungan yang semakin diperebutkan. Sistem ini mencakup deteksi radar spektrum penuh dan telah dirancang agar dapat dioperasikan dengan radar SABR AN/APG-83. Northrop Grumman mengatakan sistem dapat diintegrasikan baik secara internal atau dalam konfigurasi pod.

Sebenarnya banyak dari modifikasi terbaru ini telah muncul secara terpisah di blok lain atau versi produksi F-16. Alih-alih mewakili serangkaian kemampuan baru, program baru ini merupakan penggabungan dari banyak inisiatif upgrade F-16 menjadi satu upaya dan rencana untuk menginstal berbagai fitur baru secara sistematis di seluruh armada F-16 yang lebih tua. Mengelola armada besar yang ada dalam berbagai konfigurasi saat sedang dalam masa upgrade bukanlah pekerjaan mudah, terutama tanpa kapasitas pesawat tempur yang siap operasional secara penuh.





Setelah sebelumnya membatalkan upgrade yang dijadwalkan untuk mengalokasikan lebih banyak dana terhadap pesawat tempur siluman F-22 dan F-35, USAF sekarang mencari cara untuk mempertahankan operasional dari F-16 dengan proyek modifikasi besar-besaran ini. Lockheed Martin, perusahaan yang membuat Viper; telah mengumumkan Program Service Life Extension pada tahun 2017 yang akan memperpanjang jam terbang 300 F-16 dari Block 40 hingga 52 dan membuat mereka siap tempur hingga tahun 2048.

Upgrade ini tidak diragukan lagi akan membuat kita melihat lebih banyak armada F-16 tetap beroperasi dan efektif selama beberapa dekade mendatang dan berfungsi sebagai pengingat lain tentang nilai dan relevansi yang terus dibawa F-16 ke gudang persenjataan Angkatan Udara Amerika. Dengan kesiapan tempur sampai 2048, itu artinya F-16 kelak akan bersanding dengan pesawat tempur generasi 6 Amerika (NGAD). Hal itu sungguh prestasi yang luar biasa dari pesawat tempur yang kini hampir mencapai usia setengah abad tersebut.