ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Mengapa Redenominasi Rupiah Belum Juga Dilakukan?


Ada nggak di sini yang mulai capek dengan jumlah angka pada lembaran uang rupiah? Coba kita tes sedikit, bacalah nominal uang ini menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar: Rp. 473294726729500 (empat ratus tujuh puluh tiga trilliun dua ratus sembilan puluh empat milyar tujuh ratus dua puluh enam juta tujuh ratus dua puluh sembilan ribu lima ratus). Gimana? Gede kan?

Mungkin ada juga di antara Anda yang kurang suka melihat grafik perbandingan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Saat mata uang negara lain hanya bernilai satu sampai seratus, mata uang rupiah malah mencapai nilai empat belas ribu untuk satu dolar. Kelihatan sangat besar jika memang ingin dibandingkan.

Dan kemudian pertanyaan pun muncul, kenapa Indonesia tidak hilangkan saja beberapa digit angka di mata uangnya? Kenapa Indonesia belum juga melakukan redenominasi?



Pertama-tama, apa sih keuntungan dari redenominasi? Jawabannya ya seperti contoh di atas, orang-orang akan lebih mudah dalam penyebutan nominal uang. Lebih sedikit angka yang tertulis maka segala jenis pembukuan perdagangan akan jadi lebih efisien dan data yang tersimpan menjadi lebih ringan. Rupiah juga akan terlihat lebih baik dengan lebih sedikit angka yang menjadi nilai tukar terhadap dollar.
Kekurangannya apa? Yang pertama, biaya.

Tentunya redenominasi rupiah akan membutuhkan biaya untuk mencetak desain uang baru dan juga mencetak banyak uang baru yang dibutuhkan sebagai transaksi masyarakat. Apakah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mencetak uang memang sebesar itu? sebenarnya tidak terlalu, hanya saja tahulah kebiasaan orang indo. Proyek baru sama saja artinya dengan ladang uang baru.



Yang kedua, waktu. Coba bayangkan berapa lembar uang yang telah beredar di negara ini, mencetak jumlah sebanyak itu akan membutuhkan waktu dan mengumpulkan kembali uang-uang lama juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Masa-masa pertukaran ini bisa menjadi rawan karena akan menimbulkan beberapa masalah. Tidak sampai kekacauan, hanya beberapa konflik.

Contohnya, bagaimana jika ada orang yang menebar info kalau bahwa uang baru ditanami chip di dalamnya agar orang-orang takut untuk menukar uang mereka? Mungkin Anda berpikir hanya orang bodoh yang akan tertipu seperti itu. Jika Anda memang berpikir begitu maka coba ingat berapa banyak jumlah orang bodoh yang mudah termakan hoax di negeri ini.



Selain itu akan terjadi ketidakstabilan di beberapa tempat dan jumlah pengunjung bank akan meningkat secara signifikan. Jika terjadi kesalahan maka harga-harga barang bisa menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan itu sendiri tidak akan berlangsung lama jika pemerintah terus bergerak cepat. namun, seperti biasa, akan ada oknum-oknum yang akan mengambil kesempatan.

Itulah dua alasan terbesarnya, biaya dan waktu, serta beberapa masalah yang bisa saja terjadi. karenanya, redenominasi harus dilakukan di saat ekonomi benar-benar stabil. Sayangnya saat ini kita tengah diguncang dengan banyak isu seperti covid, minyak goreng, kedelai, hingga perang dunia sehingga tahun 2022 ini bukanlah waktu yang tempat untuk melakukan redemonisasi.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.

sumur
sarkoelea
nasriissei
provocator3301
provocator3301 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
7.8K
96
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.