Gus Miftah Oh Gus Miftah

Sebelumnya disclaimer dulu ini bukan untuk menyudutkan siapapun atau pihak manapun. Ini adalah opini pribadi saya, which is setiap orang di negara se demokratis Indonesia ini berhak mengemukakan pendapat di muka umum dan berhak melakukan pembelaan terhadap selera pribadinya, termasuk selera memilih Dai atau Ustadz atau pendakwah untuk di jadikan panduan beragamanya. Okay lanjut gan!!

Dulu banyak yang mengundang saya gabung grup ustadz MIftah Lovers atau apapunlah namanya. Saya tolak sebab habitatnya tidak cocok dengan saya begitu juga soal pembawaaan.

Walaupun beliau lumayan humoris dan agak narsis, saya tidak terlalu tertarik mendengarkan ceramah ustadz yang bawaannya mengajak audiens tertawa melulu, sementara isinya jauh dari substansi, dan terkadang tidak bisa di terima oleh nalar. Terus terang terang terus. Saya cukup humoris untuk perkara dunia. Namun untuk perkara akhirat jangan jadikan imanku sebagai bahan tertawaan. Langsung tidak langsung saya merasa ikut di rendahkan di hadapan sang khalik. Agama kok jadi bahan banyolan, rasanya kurang pas saja.

Daripada mendengarkan calon pelawak bicara agama, mending saya nonton film Naruto perang di planet ESEMKA memperebutkan dana bansos. Atau nonton Tom & Jerry berkelahi gontok-gontokan memperebutkan ibukota baru. Atau ada film Nyi Roro Kidul yang menahan pesangon para abdi di kerajaannya hingga 56 tahun. Itu rasanya lebih menarik untuk jadi pelepas penat saat malam atau saat lagi santai.

Suka atau tidak suka itulah pilihan saya. Hormati saja, sama seperti saya menghormati anda yang menyukai ustadz gondrong berkacamata yang hidup di planet ESEMKA tadi. Ustadz yang kesannya sangat alergi dengan sesuatu yang berbau Arab, padahal suka makan nasi kebuli. Bahkan namanya itu, Miftah, adalah bahasa Arab juga.

Intinya jangan paksa saya jatuh cinta pada istri orang lain, kecuali dia juga suka sama saya dan orang lain itu sudah menceraikan istrinya tersebut. Seperti tulisan penulis legendaris Yusrizal kapal pecah, " istri tidak boleh rakus sama suami, sebab laki-laki adalah hak segala bangsa!".

Saya sih tidak percaya sama Yusrizal, kecuali dalam keadaan kepepet dan Yusrizal berhenti menulis buku tentang kapal pecah.

-==- -==- -==-