Bagi saya Wonigiri bisa disebut sebagai "Surganya Bus", karena bukan hanya bus asli Wonigiri yang meramaikan persaingan di Kota Gaplek ini, melainkan sekarang juga bannyak bus pendatang baru dari berbagai daerah membuka trayek ke Wonogiri. Wonogiri itu luas dan sekaligus unik, lazimnya di kota-kota lain yang dilewati bus AKAP, bus akan berhenti di satu terminal yang ditunjuk sebagai terminal utama. Tapi hal itu tidak berlaku di Wonigiri.

Di Wonigiri sendiri, ada satu terminal yang jadi pusat aktivitas bus AKAP/AKDP, yakni terminal Giri Adipura yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Namun, perhentian bus tidak hanya berada di terminal ini. Kita bisa turun di Purwantoro, Pracimantoro sampai Baturetno. Daerah yang saya sebut saat ini telah berkembang pesat dan saat ini sudah diramaikan dengan berbagai bus AKAP/AKDP dengan berbagai tujuan.

Sementara itu armada bus asli Wonogiri biasanya tidak melebarkan sayap terlalu jauh, biasanya mereka hanya fokus di sekitar Wonigiri, Solo, Boyolali, Salatiga dan Sukoharjo. Tetapi pada masanya hingga saat ini ada beberapa bus Wonogiri yang berani keluar kandang sampai ke Jawa Timur, tepatnya di kawasan plat AE (Karesidenan Madiun).



Nah, pada kesempatan kali ini saya akan berbagai cerita tentang eksistensi bus asli Wonogiri di kawasan plat AE, ada yang masih bertahan serta ada yang sudah angkat kaki. Mari kita mulai dari Gajah Mungkur.

1. Jejak Gajah Mungkur di Kawasan Plat AE

Kawasan plat AE memang strategis bagi bus-bus Wonogiri, letaknya yang tidak terlalu jauh serta potensi penumpang yang menjanjikan membuat beberapa bus berani membuka trayek sampai Ponorogo dan Pacitan. Kabupaten Pacitan sendiri merupakan wilayah yang sudah pasti diincar bus-bus asal Wonogiri, karena letaknya yang paling dekat. Bus-bus asal Wonigiri yang saat ini mengisi trayek Pacitan antara lain Sedya Mulya, Gajah Mungkur dan Agra Mas.

Sementara untuk kawasan Ponorogo, Madiun, Maospati dan Ngawi dulu sempat diisi Gajah Mungkur. Gajah Mungkur pun juga pernah menjelajah sampai Pacitan. Bahkan dulu di Ponorogo ada dua kali pemberangkatan bus dengan kelas Fajar Eksekutif dan Fajar VIP. Bus ini juga cukup rajin mengisi trayek Magetan-Jabodetabek, dengan armada dua bus kelas Fajar Eksekutif dan Fajar Big Top yang stand by setiap hari.





Ciri khas bus ini memakai livery biru, kuning dan merah dengan pohon kelapa di bagian belakangnya serta matahari di bagian tengah. Setidaknya sampai tahun 2014-2017 bus ini masih eksis di kawasan plat AE, tapi sejak bus-bus baru bermunculan, Gajah Mungkur pun mulai tersingkir. Saya lupa tepatnya tahun berapa, mungkin sekitar tahun 2019-an Gajah Mungkur sudah tak lagi melayani bus di rute plat AE. Padahal pada masanya, bus yang punya garasi di Ngadirojo ini punya pelayanan yang baik.

Selain bus AKAP, Gajah Mungkur juga melayani bus pariwisata dengan memakai livery warna pink dan putih. Saat ini livery terbaru tersebut juga digunakan pada armada bus AKAP-nya. Praktis saat ini untuk kawasan plat AE, Gajah Mungkur hanya bermain di kawasan Pacitan. Dengan keberangkatan jam 3 sore. Sementara trayek Wonigiri masih bertahan, meski armadanya tak sebanyak dulu. Bagi warga Magetan, Gajah Mungkur punya cerita tersendiri di segmen bus AKAP tujuan Jakarta. Saat bus lain tidak mau melayani rute sampai pusat kota Magetan, Gajah Mungkur setiap hari seridaknya menyediakan satu bus untuk masyarakat di kota kecil ini.




2. Sedya Mulya Setia Mengisi Rute Pacitan



Sedya Mulya bisa dibilang sebagai pribumi asli Wonigiri yang terus mengikuti tren di dunia transportasi bus. Dengan memakai bodi Jetbus, Sedya Mulya berhasil memikat para pelanggan setianya di Wonigiri. Bus ini juga melebarkan sayapnya sampai kawasan plat AE, tepatnya sampai Pacitan. Tidak banyak informasi yang bisa saya dapatkan mengenai kiprah Sedya Mulya di Pacitan, yang pasti bus ini rutin melayani rute Pacitan bersama Agra Mas. Bagi yang ingin menambahkan informasi, silakan nanti berkomentar di bawah gan sist


3. Putera Mulya Sampai ke Malang



Salah satu bus pribumi lainnya dari Wonigiri yang cukup sukses adalah Putera Mulya, atau kini dikenal dengan nama Puma's (Putera Mulya Sejahtera). Pemilik bus ini sebenarnya adalah orang Karanganyar, tetapi armada big busnya banyak yang mengisi trayek Wonogiri. Dan sampai saat ini dikenal sebagai bus asli Wonogiri. Pacitan adalah salah satu kota di Jawa Timur yang rutin diisi oleh armada Puma's, selain itu pada akhir tahun 2020 lalu, bus ini juga melebarkan sayapnya sampai Malang. Menjadikan salah satu bus Wonogiri yang merantau paling jauh.






Bus pribumi asal Wonogiri ini mulai melebarkan sayap sampai ke Magetan pada pertengahan tahun 2021, sempat sekali saya menemui bus ini masuk terminal kota Magetan yang ada di pusat kota. Mungkin karena okupansi penumpang yang kurang baik, bus tidak berani sampai masuk ke terminal Magetan lagi sekarang. Pada akhirnya kini bus tersebut hanya sampai terminal Maospati saja yang lebih dekat ke akses jalan nasional, untuk rute ke Jawa Timur.

Keberangkatan dari terminal Maospati biasanya sekitar jam 12 siang, dan setiap harinya bus ini rutin masuk terminal Maospati dengan armada yang lumayan bagus. Semoga bus pribumi Wonogiri ini masih bisa bertahan melayani trayek di Jawa Timur. Dan suatu hari bisa tembus sampai Kota Reog. Perlu ketelatenan dan kesabaran untuk babat alas trayek baru di kawasan plat AE, selama armada nyaman dan harga tiket kompetitif, bus akan selalu mendapatkan penumpang.






Meski punya garasi pusat di Jawa Barat, serta punya trayek bus`kota di kawasan Jabodetabek, bus dengan ciri khas warna merah ini sebenarnya adalah bus pribumi asli Wonogiri. Bisa dibilang Agra Mas adalah bus Wonogirian yang paling sukses selain Puma's. Karena mereka juga memiliki armada bus tingkat serta bus tronton, serta banyak chassis premium.

Agra Mas sendiri melayani trayek sampai Ponorogo, dan rutin melakukan pemberangkatan setiap harinya; selain Ponorogo, Agra juga melayani rute ke Pacitan. Bus ini masuk kawasan plat AE sekitar awal 2021, seingat saya. Dulu armada bus tingkat Agra Mas juga sempat mengisi trayek Ponorogo dan Magetan. Entah karena alasan apa ? Bus tingkat tersebut sekarang sudah tidak mengisi trayek ke kawasan plat AE. Sekarang Agra Mas hanya mengisi rute kawasan plat AE dengan bus eksekutif biasa, yang berangkat siang hari dari Ponorogo. Kini Agra Mas hanya perlu konsisten untuk tetap bisa bertahan di kawasan plat AE, terutama di jalur Ponorogo-Madiun-Maospati-Ngawi yang banyak diisi pemain baru maupun pemain lama.





Sebenarnya bus Wonogiri punya peluang bagus untuk rute bus AKAP malam di kawasan plat AE, karena penumpang bus malam di kawasan ini yang lebih suka akan kenyamanan dibanding kecepatan. Karena dengan adanya tol Trans Jawa, penumpang bisa tiba di tujuan lebih cepat. Saat bus jalan santai pun, nanti tiba di ibu kota juga masih gelap.

Saya berharap bus-bus Wonogiri tetap bisa bertahan di tengah kerasnya persaingan jasa transportasi, karena bagi saya bus Wonogiri selalu punya keistimewaan tersendiri. Contohnya mereka tetap mau mengisi trayek ke wilayah yang jauh dari jangkauan jalan nasional dengan armada bus tersendiri setiap harinya. Mungkin hal ini sudah menjadi ciri khas bus Wonogiri, di mana mereka berusaha selalu hadir di wilayah pinggiran yang jauh dari akses jalan nasional. Semoga bus pribumi Wonogiri bisa kembali menorehkan kisah manis lainnya di kawasan plat AE.

Demikian tulisan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa