Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fajarbupatiAvatar border
TS
fajarbupati
Idrus Marham dan Melchias Markus Mekeng, Dua Nama dalam Pusaran Anti Kemapanan Golkar
Idrus Marham dan Melchias Markus Mekeng, Dua Nama dalam Pusaran Anti Kemapanan Golkar

.KONTESTASI akbar politik nasional masih dua tahun lagi, 2024, tetapi suhu panasnya sudah semakin  terasa. Pemilihan Presiden dan eksekutif sudah ditetapkan, diselenggarakan pada 21 Februari. Sementara untuk Pemilihan Kepala Daerah serentak, disepakati dilangsungkan 27 November.

Tercatat ada 101 kepada daerah, baik Gubernur, Wali Kota dan Bupati, yang habis masa jabatannya pada 2022 ini. Dan mereka kemungkinan besar akan bertarung kembali pada Pilkada serentak 2024. Dari 101 daerah itu, tujuh di antaranya provinsi, lalu 76 kabupaten dan 18 kota.

Golkar, sebagai partai politik tertua dan disebut-sebut paling mapan, pastinya telah bersiap menghadapi kontestasi akbar politik nasional ini. Mesin politik Partai Beringin bahkan termasuk yang paling siap menghadapi pertarungan dua tahun mendatang itu. Tentu, kita berharap, masyarakat berharap, ini bukan sekadar pertarungan perebutan kekuasan. Akan tetapi, pertarungan untuk memperebutkan pemimpin yang paling berkenan di hati rakyat.

Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, sudah digadang-gadang sebagai pemimpin yang paling disukai oleh rakyat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini bukan hanya memiliki 'trah pemimpin', mengingat ayahnya adalah salah satu tokoh yang juga turut membuat perekonomian Indonesia maju pada zamannya. Almarhum Hartarto, ayah kandung Airlangga, belasan tahun membantu (alm) Presiden Soeharto dalam membangun perekonomian Indonesia yang disegani.

Airlangga Hartarto yang senantiasa berpenampilan kalem, bahkan terkesan dingin, juga termasuk salah satu menteri kesayangan Presiden Joko Widodo. Airlangga juga tak terlihat  menunjukkan ambisinya. Hal itu yang tampaknya memberikan kesan mendalam pada Jokowi. Keberhasilannya dalam mengemban amanah sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), membuat ia semakin masuk dalam lingkaran tokoh nasional yang patut diperhitungkan sebagai pengganti Jokowi pada Pilpres 2024.

Kepercayaan yang diberikan Jokowi sebagai Ketua Presidensi G20 Indonesia, membuat nama Airlangga Hartarto, yang dikalan gan dekatnya disapa AH,  juga semakin dikenal luas dalam pergaulan internasional. Presidensi G20 Indonesia membuat kesibukan AH kian meningkat. Oleh karena itu pula ia termasuk yang tidak terlalu agresif dalam  menggalang dukungan dengan secara masif mendatangi berbagai elemen masyarakat.

AH jelas memilih untuk lebih memprioritaskan berbagai kerja dan amanah yang dipercayakan kepadanya, ketimbang "wara-wiri" mencari dan menggalang dukungan sebagaimana yang dilakukan calon-calon presiden lainnya. AH tampaknya menghindari "abuse of power", atau pun "Conflict of interest". Ia tak menggunakan kekuasan yang dimilikinya untuk lebih melakukan pendekatan ke masyarakat.

Tetapi, itu juga kelebihannya. Kerendah-hatiannya membuat AH kian disegani baik oleh kawan maupun lawan. Bukan Golkar namanya jika  kesemuanya mulus-mulus dan lancar saja. Begitu juga dalam pencalonan AH sebagai calon presiden dari Partai Golkar ini. Pencalonan AH  sudah diputuskan dalam dua forum rapat tertinggi, yakni Munas dan Rapimnas. Kendati demikian, ada saja kerikil yang ditebar untuk membuatnya terjatuh. Kerikil yang ditebar oleh, ironisnya, justru kawan-kawan dekatnya sendiri. Kawan-kawan yang telah diperjuangkannya dengan ikhlas dan tanpa pamrih.

Tidak  mudah memang untuk melemparkan tudingan kepada mereka yang tidak suka dengan AH,  khususnya dari internal Partai Golkar sendiri. Namun, hal itu menjadi tidak terlalu sulit untuk diketahui dengan mengkaitkannya pada berbagai isu yang menerpa AH  belakangan ini. Mereka mungkin bukan lawan politik dari AH  dalam perburuan menjadi calon tunggal Golkar untuk pencapresan, akan tetapi lebih tepat jika disebut sebagai musuh dalam selimut yang berkehendak menjatuhkan ketua umumnya demi kepentingan sendiri atau pribadi.


Idrus Marham dan Melchias Markus Mekeng, Dua Nama dalam Pusaran Anti Kemapanan Golkar
Di antara musuh-musuh dalam selimut itu, yang tentunya sama bahayanya, ada dua nama yang paling menonjol. Yakni, Idrus Marham dan Melchias Markus Mekeng.
Mari kita telaah satu per satu.

Masih ingat Idrus Marham (IM)? Dia adalah salah satu politisi ulung yang pernah dekat dengan AH. Tidak hanya itu, politisi yang di partainya terakhir menjabat sekjen itu, juga sempat mendapat kepercayaan penuh dari Jokowi, yang menjadikannya sebagai Menteri Sosial.

Menilik dari catatan yang tersedia, IM mengundurkan diri sebagai Mensos pada 20 Agustus 2018. Pengunduran dirinya dilakukan selang beberapa jam sebelum pengumuman Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menetapkannya sebagai tersangka kasus korupsi Proyek PLTU Riau-1. IM  disangkakan menerima duit sebesar Rp2,25 miliar dari kongkalingkongnya dengan pengusaha  Johanes Budisutrisno Kotjo. Duit itu disebutkan diterima Idrus Marham untuk bersama-sama mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eni Maulani Saragih,  membantu Kotjo mendapatkan proyek di PLN. 

Setelah sekitar dua tahun mendekam di LP Kelas I Cipinang, IM  menghirup udara bebas pada 11 September 2020.
Tidak bisa dipungkiri jika IM bersahabat dengan AH. Sama-sama kader partai yang potensial. Meski dalam dialektika politik partai IM lebih dekat dengan Setya Novanto (SN), ketua umum partai itu sebelumnya. Promosi IM  sebagai sekjen juga tidak lepas dari peranan SN.

Namun memang harus diakui juga bahwa tidak mudah untuk menyatakan bahwa hubungan IM dengan AH sudah lama buruk. Apalagi untuk mengaitkannya dengan indikasi disharmonisasi partai, mengingat partai sesungguhnya dalam suasana kondusif, di mana AH bahkan sudah diputuskan  sebagai calon partai untuk menjadi pemimpin negara ini.

Di sisi lain harus diakui bahwa kinerja, popularitas dan elektabilitas AH dari waktu ke waktu semakin ‘kinclong’. Ini dibuktikan dari hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei yang merangkum isi hati terdalam dan kejujuran dari masyarakat. AH kian diperhitungkan sebagai calon pemimpin negara yang mumpuni.

Bisa jadi atau sangat mungkin jika pengakuan masyarakat atas keberhasilan AH tersebut menimbulkan iri hati dan ketidak-sukaan dari elit partai yang tidak sehati dengannya. Bukankah orang-orang semacam ini ada di setiap lini kehidupan, tak terkecuali partai-partai besar?

Orang-orang yang memiliki libido politik tingggi, nafsu berkuasa atau sebaliknya nafsu menghancurkan luar biasa. Tidak mengherankan jika frasa “Dari sahabat menjadi pengkhianat” dilekatkan pada orang-orang seperti itu.

Idrus Marham dan Melchias Markus Mekeng, Dua Nama dalam Pusaran Anti Kemapanan Golkar
Frasa itu kini juga melekat pada Melchias Markus Mekeng (MMK). Nama MMK sama populernya dengan IM. Namun, MMK terkesan lebih sakti. Jika IM sempat terpenjara karena keterlibatannya dalam kasus korupsi Proyek PLTU Riau-1, MMK masih melenggang bebas. Padahal, legislator asal NTT ini ditengarai ikut terlibat dalam kasus tersebut. Di luar, MKK juga diduga kuat terlibat dalam kasus besar lainnya. Yakni, KTP elektronik (e-KTP), kasus yang juga menjerat SN.

Saat terindikasi kuat terlibat dalam kasus e-KTP, nyaris pada sepanjang 2017 MKK jadi bulan-bulanan demo dari berbagai elemen masyarakat.  MKK disebut-sebut kecipratan uang e-KTP). Nama MMK disebut dalam surat dakwaan terhadap dua mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Irman dan Sugiharto. MKK ditengarai menerima  USD 1,4 juta. Atas dugaan keterlibatannya dalam kasus tersebut, MMK beberapa kali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Beberapa kali juga dikecal ke luar negeri. Namun, ia tetap bebas.

MMK juga pernah berurusan dengan KPK lantaran diduga mempunyai sangkut-paut kasus tindak pidana korupsi penerimaan hadiah terkait pengalokasian dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Ia diperiksa setelah mantan anggota Badan Anggaran dari Fraksi PDI-P, Wa Ode Nurhayati, mendapat panggilan sebelumnya dan ditetapkan sebagai tersangka. 

MMK sempat diperiksa dalam kasus suap terhadap Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eni Maulani Saragih, dalam pusaran kasus korupsi Proyek PLTU Riau-1.
MMK, yang sudah empat periode duduk di DPR, belakangan ini semakin 'nyinyir' terhadap AH. Dia bersuara lantang mendukung kritik-kritik yang dilontarkan Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) menyampaikan kritik terhadap AH
nomorelies
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan nomorelies memberi reputasi
2
685
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.