Banyak kejadian pencurian yang di bagikan di sosial media yang bikin kita geleng-geleng kepala. Alasan geleng-geleng kepalanya masing-masing dari kita pasti berbeda-beda. Sebagian geleng-geleng kepala karena merasa apa yang mereka lakukan tersebut adalah sebuah kesalahan yang tidak patut dilakukan. Sebagian lagi ada yang geleng-geleng kepala karena merasa pemerintah ini kerjaannya tidak becus, sampai-sampai orang kecil mencuri barang milik orang kecil lainnya. Bisa dibilang, sama-sama susahnya, masih tega saling menyusahkan. Dan sebagian lainnya lagi, geleng-geleng kepala karena kurang cantik cara mainnya. Mungkin yang geleng-geleng kepala seperti ini juga pengalaman dalam hal curi-mencuri.

Baiklah, itu adalah sekilas cerita tentang maling yang gagal melarikan diri dari jeratan korbannya sendiri. Apakah hanya itu yang bisa diambil pelajaran dari peristiwa ini? Oh tidak. Mari kita lihat tindak pidana di Medan pada tahun 2020.

Jika terjadi banyaknya tindak kejahatan seperti ini, apa sebenarnya faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya peningkatan kejahatan ini?
Berdasarkan penelitaian Abdul Gani Anjasmara Harahap, "Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan", faktor-faktor penyebab terjadinya pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kota Meda adalah faktor ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Meskipun studi ini hanya meneliti tentang pencurian kendaraan bermotor saja dan tidak bisa dijadikan acuan secara general, faktor ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan juga menjadi faktor yang mempengaruhi adanya tindak kejahatan pencurian ini. 

Bahkan, pada tahun 2020 saja, di Indonesia, kasus penipuan-pencurian tertinggi terjadi di kota Medan.[2] Dimanapun agan aganwati berada, tetap waspada ya.

Terimakasih sudah membaca trit ini.
Sehat dan bahagia selalu.
Sumber terlampir & opri.