Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

giyudhAvatar border
TS
giyudh
Covid-19, Pandemi yang Hilang di Afghanistan
Konflik di sebuah negara, apalagi berlangsung lama, berdampak pada kualitas pembangunan kesehatan. Pada masa pandemi Covid-19, Afghanistan kewalahan menghadapi penanganan di tengah kemelut keamanan dan politik.

Sumur:
https://www.kompas.id/baca/riset/2021/09/02/covid-19-pandemi-yang-hilang-di-afghanistan/?utm_source=headtopics&utm_medium=news&utm_campaign=2021-09-02


Di tengah kemelut politik, Afghanistan menghadapi gelombang ketiga fase penularan Covid-19. Situasi keamanan yang terus bergejolak turut mengancam fokus penanganan pandemi korona dan pembangunan kesehatan di Afghanistan.
Gelombang penularan Covid-19 di Afghanistan terlihat dari data penularan kasus mingguan yang disusun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada periode 12-19 April 2021 terjadi tren peningkatan 1.050 kasus positif korona. Penambahan kasus mingguan tersebut terus memuncak hingga periode 14-21 Juni 2021.
Periode April 2020 hingga Juli 2021menjadi fase genting gelombang ketiga infeksi korona. Tercatat 131.586 orang terinfeksi Covid-19 yang menyebabkan 5.561 kematian. Khusus pada Juni 2021, terjadi peningkatan jumlah kasus dengan rata-rata 2.000 kasus baru dan 100 kematian per hari.
Kasus infeksi korona pada minggu keempat Juni 2021 mencapai 12.314 kasus. Penambahan kasus tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang merebaknya pandemi di Afghanistan.
Saat gelombang pertama infeksi Covid-19 yang terjadi sepanjang April-Juni 2020, kasus penularan mingguan terbanyak tercatat 5.248 kasus. Demikian pula saat terjadi gelombang kedua penularan yang terjadi pada periode Oktober-Desember 2020. Kasus yang merebak pada minggu keempat November 2020 sebanyak 1.675 kasus.
Hingga 31 Agustus 2021, kasus positif Covid-19 di Afghanistan mencapai 153.264 kasus dengan jumlah korban meninggal sebanyak 7.123 orang.  Saat ini, gelombang ketiga penularan Covid-19 di Afghanistan mulai mereda.
Namun, dengan 34.811 kasus aktif dan 1.124 di antaranya merupakan kasus dalam kategori serius, Afghanistan masih menghadapi masalah besar dalam penanganan Covid-19, terutama perawatan pasien positif korona.

AP PHOTO/ANDREW HARNIK


Para sukarelawan menyortir dan mengemas sejumlah barang yang akan disumbangkan kepada pengungsi Afghanistan di Washington, Amerika Serikat, Kamis (19/8/2021).

Minimnya jumlah rumah sakit serta kurangnya tenaga kesehatan dan fasilitas medis membuat penanganan Covid-19 tidak optimal. Seperti diberitakan Reuters, hanya ada dua rumah sakit yang melayani pasien Covid-19, yaitu RS Afghan-Jepang dan RS Ali Jinnah.
Dari penelusuran di laman resminya, kedua rumah sakit ini tidak memiliki banyak tempat tidur perawatan yang tersedia. Artinya, lebih banyak pasien positif korona yang tidak tertampung mendapat perawatan yang memadai.
Dalam pantauan Amnesty International, Afghanistan saat ini hanya memiliki 1.063 tempat tidur rumah sakit dan sekitar 2.000 konsentrator oksigen yang disiapkan untuk perawatan pasien Covid-19.
Minimnya fasilitas penanganan pasien korona juga terlihat dari kapasitas isolasi pasien dalam pemantauan. Di ibu kota Kabul, hanya terdapat tiga fasilitas isolasi, yaitu di Istana Darulaman, Asrama Mahasiswa Universitas Kabul, dan Universitas Politeknik Kabul. Di ketiga lokasi tersebut hanya tersedia 500 tempat tidur untuk pasien isolasi.
Selain penanganan perawatan pasien yang masih mengancam, Afghanistan juga menghadapi tantangan dari aspek pengetesan dan vaksinasi Covid-19. Dari aspek pengetesan, capaian tes yang dilakukan di Afghanistan terbilang masih minim.
Dari 39,94 juta jumlah penduduk, jumlah pengetesan yang dilakukan hingga 31 Juli 2021 baru mencapai 751.708 tes. Melihat kondisi ini, rasio tes yang dilakukan baru mencapai 18.819 spesimen per 1 juta penduduk. Berdasarkan rasio ini, pengetesan di Afghanistan berada pada peringkat ke-192 dari 211 negara.
Salah satu kendala minimnya akses pengetesan ini ditemukan oleh Amnesty International. Penduduk yang tinggal di Provinsi Bamyan harus menempuh perjalanan selama satu hari menuju Kabul untuk melakukan tes Covid-19. Situasi ini terjadi karena belum semua wilayah memiliki fasilitas pengetesan. Hanya 22 dari 34 provinsi di Afghanistan yang memiliki fasilitas laboratorium untuk pengujian Covid-19.
Covid-19, Pandemi yang Hilang di AfghanistanDarurat
Kasus pertama Covid-19 di Afghanistan dilaporkan pada 25 Februari 2020 setelah seorang warga Afghanistan pulang dari Iran. Saat itu wabah Covid-19 baru merebak di Iran, Korea Selatan, Thailand, Amerika Serikat, Italia, dan kapal pesiar Diamond Princess.
Sebagaimana negara-negara lain, Pemerintah Afghanistan merespons datangnya wabah korona dengan penanganan darurat kesehatan. Kementerian Kesehatan Afghanistan menyiapkan RS Afghan-Jepang sebagai rumah sakit perawatan  pasien Covid-19, lokasi isolasi, dan menyediakan 300 tempat tidur ICU di seluruh negeri.
Kementerian Kesehatan juga menyiapkan sembilan laboratorium pengujian Covid-19 dengan kapasitas 1.790 tes per hari. Untuk membantu penanganan pandemi, pemerintah juga merekrut 763 lulusan pendidikan kesehatan dan sukarelawan.
Afghanistan juga menerapkan langkah deteksi penularan dengan melarang pertemuan warga, acara olahraga, dan hiburan. Kementerian Dalam Negeri juga memberlakukan karantina di tiga provinsi yang berbatasan dengan Iran dan segera menutup penerbangan di Bandara Kabul.
Namun, berada dalam kemelut politik dan keamanan berkepanjangan membuat Pemerintah Afghanistan tidak dapat sendiri menghadapi pandemi. Afghanistan membutuhkan dukungan dari negara-negara lain untuk menangani pandemi Covid-19.

US MARINE CORPS/AFP/NICHOLAS GUEVARA


Seorang anak memberikan salam kepada anggota Marinir AS saat evakuasi di Bandara Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan (18/8/2021).

Bantuan dari organisasi kemanusiaan dan badan internasional membuat Afghanistan memiliki cukup persediaan alat pelindung diri, masker, dan sarung tangan yang tersedia di rumah sakit yang ditunjuk rujukan Covid-19. Bantuan juga berupa  85.000 alat tes dan 600 ventilator yang didistribusikan ke seluruh negeri.
Saat ini, Afghanistan masih membutuhkan dukungan dalam upaya melakukan vaksinasi Covid-19. Menurut WHO, per 20 Agustus 2021, dosis vaksin yang telah diberikan di Afghanistan mencapai 1.201.286 dosis. Minimnya dosis vaksin yang diberikan tersebut baru menjangkau kurang dari empat persen penduduk.
Vaksinasi menjadi salah satu langkah pengendalian pandemi korona melalui pembentukan kekebalan komunitas. Karena itu, ketersediaan vaksin di Afghanistan dapat menjadi oase penanganan pandemi di tengah lonjakan kasus korona.
Pada Juli 2021, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) melaporkan, Afghanistan mendapat tambahan 1,48 juta dosis vaksin Johnson & Johnson sumbangan Pemerintah AS melalui skema COVAX. Afghanistan juga pernah menerima 968.000 dosis vaksin dari Pemerintah India dan fasilitas COVAX.

AFP


Warga negara Afghanistan melintasi perbatasan di Chaman untuk menuju Pakistan, Rabu (18/8/2021).

Dukungan
Berbagai bantuan, termasuk vaksin Covid-19, masih diperlukan mengingat pembangunan bidang kesehatan di Afghanistan sedikit tertinggal ditelan konflik. Data Bank Dunia menyebutkan minimnya sarana dan tenaga kesehatan di negara tersebut.
Rasio dokter di Afghanistan tercatat 0,3 per 1.000 orang. Jumlah tersebut di bawah rata-rata rasio dokter di dunia, yaitu 1,6 per 1.000 penduduk. Rasio tersebut juga belum memenuhi standar ideal WHO yang menetapkan 40 dokter untuk 100.000 penduduk.
Demikian pula dengan rasio perawat, bidan, dan kapasitas tempat tidur rumah sakit yang tertinggal dibandingkan negara-negara tetangganya, seperti Pakistan, Iran, Turmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, dan China.
Dengan keterbatasan ini, Afghanistan juga masih menghadapi berbagai penyakit menular, seperti malaria, TB, dan HIV.  Kasus malaria di Afghanistan pada 2017 mencapai 8 per 1.000 penduduk.
Kondisi ini menyebabkan Afghanistan menjadi negara tertinggi ketiga di dunia dalam kasus penularan malaria.  Bersama negara terdekatnya Pakistan, Afghanistan juga merupakan negara endemik tersisa dari penularan virus polio.

KOMPAS/LIZ LYNCH


Seorang demonstran mengacungkan tanda ”Afghan Lives Matter” di depan Gedung Putih selama protes ”Selamatkan Nyawa Afganistan” di Lafayette Park pada 28 Agustus 2021 di Washington, DC, AS.

Konflik berkepanjangan menjadi langkah terjal bagi warga Afghanistan mewujudkan pembangunan kesehatan dan menangani pandemi Covid-19. Sistem layanan kesehatan masyarakat yang minim, kemiskinan, dan kasus pandemi Covid-19 yang masih meluas di negara tetangga, seperti Iran dan Turki, menjadi tantangan yang harus diselesaikan pemerintahan baru Afghanistan di bawah Taliban.
Terkait keberlanjutan penanganan pandemi Covid-19, belum ada pernyataan khusus dari Taliban setelah menguasai pemerintahan Afghanistan sejak 13 Agustus 2021. Namun, jejak dukungan Taliban pada program vaksinasi Covid-19 di Afghanistan muncul pada Januari 2021. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada Reuters akan mendukung dan memfasilitasi upaya vaksinasi dari program COVAX yang dilakukan melalui layanan kesehatan.
Komitmen Taliban ini diperlukan mengingat kekhawatiran sejumlah pihak terhadap penanganan pandemi korona di masa depan. Unicef sudah memberikan alarm bahwa vaksinasi Covid-19 mengalami penurunan  80 persen setelah kemenangan Taliban.
Pada periode 15-22 Agustus 2021, hanya 30.500 orang yang divaksinasi, turun dari 134.600 orang yang divaksinasi dibandingkan pekan sebelumnya. Demikian pula dengan WHO yang mengungkapkan pelacakan virus korona turun 77 persen pada periode yang sama.
Baca juga: Masa Depan Media Sosial di Afghanistan
Angka pelacakan yang turun membuat jumlah kasus juga menurun drastis. Penambahan kasus harian di Afghanistan pada 31 Agustus 2021 tercatat sebanyak 40 kasus, turun dibandingkan pada 10 Agustus 2021 yang mencapai 278 kasus.
Infeksi virus korona yang menurun karena minimnya pengetesan membuat pandemi Covid-19 dapat menjadi hilang karena tidak adanya pelacakan dan perawatan. Padahal, yang diperlukan adalah hilangnya paparan virus korona akibat adanya penanganan yang maksimal untuk menjaga keselamatan semua warga Afghanistan. (LITBANG KOMPAS)

----------------


Infeksi virus korona yang menurun karena minimnya pengetesan membuat pandemi Covid-19 dapat menjadi hilang karena tidak adanya pelacakan dan perawatan. 


https://www.kompas.id/baca/riset/202...ign=2021-09-02
metaverse
pilotugal2an541
muhamad.hanif.0
muhamad.hanif.0 dan 2 lainnya memberi reputasi
-1
1.2K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.