Baru-baru kita di hebohkan kembali dengan di pidanakan kembali seseorang yang katanya sih tokoh agama.
Ada dua hal yang terlaporkan.

1.Ujaran kebencian

2.Berita bohong alias hoax.

Untuk kasus pertama, ada segelintir orang yang mengatakan hal tersebut adalah kritikan.
Bahkan yang terbilang seorang yang paham hukum pun mengatakan itu adalah kritikan.

Dengan akal sehat ane yang pas-pasan ini.
Ane terheran-heran.
Apakah ane ini yang mungkin bodoh lalu menganggap orang tersebut tidak sedang mengkritik.



Apa iyaaa kalau kalimat di sertain dengan ucapan sangat kasar bisa di bilang kritik.

Dasar utama orang sedang mengkritik itu, pada umumnya menginginkan perbaikan terhadap seseorang, sekelompok orang atau Pemerintah.

Niatnya baik dan jelas pasti di ikuti dengan sikap dan perkataan yang baik plus punya alasan-alasan ilmiah yang dapat di pertanggungjawabkan oleh si pengkritik tersebut.

Kritikan itu terlahir dari rasa prihatin akan sesuatu bukanlah berasal dari sebuah kebencian hati.

Bila berawal dari kebencian hati maka yang lahir justru caci makian.
Kata-kata tidak senonoh, kasar dan tidak beradab pasti menyertainya dan biasanya hilang yang namanya objektivitasnya.

Kalau kalimat kasar dan di sertai kata-kata tak pantas kepada yang di tuju masih di anggap itu kritikan.
Lalu bagaimana modelnya sebuah kalimat caci makian.

Bagaimana kritikan itu bisa di dengar kalau terselip kata-kata kotor dan tidak pantas.
Siapa di dunia ini yang rela di kritik model kaya gituan.
Ane rasa manusia paling sabar di dunia sekalipun ogah mendengarkan sebuah kalimat yang berisi kata-kata tidak pantas dan sangat kasar.

Yang membuat geli malah sebagian orang mengatakan itu sebuah kritikan.
Coba kalau mereka yang di gitukan.

Apa masih beranggapan kalau hal tersebut sebuah kritikan.

Tuk kasus yang kedua.

Yang di maksud nih orang adalah sebuah peristiwa yang cukup menghebohkan di tahun sebelumnya.
Perkara ini sudah masuk ke ranah persidangan.
Segala bukti beserta kronologinya mulai di buka satu persatu.
Dari yang diperkarakan hingga pembela korban.
Semua ahli dari masing-masing pihak saling beradu bukti dan data.

Namun ada sebuah kalimat yang cukup menggelikan bagi ane dari orang tersebut.
Sebagai pendahuluan, ane lumayan mengikuti perkembangan peristiwa tersebut.
Timeline nya bisa di bilang cukup singkat.
Hanya beberapa jam saja.
Dari banyak yang ane baca beritanya.
Dari pihak Kepolisian hingga pengacara korban.
Tidak satupun yang pernah bilang bahwa di malam itu ada yang bawa setrikaan.

Lalu bagaimana dia bisa ngomong bahwa korban juga di setrika.

Tuk detailnya dan bersumber dari pihak netral yang berwenang pula dalam hal ini , biar ane tidak di bilang hoaks pula maka ane cantumkan beritanya versi KOMNAS HAM
link berita



Akhir kata...

Ane hanya menuliskan ini dari sudut pandang ane yang sederhana dan tampan ini tentang hal-hal yang membuat ane rada prihatin karena ternyata membedakan kritik dan caci maki itu ternyata sangat membagongkan bagi beberapa pihak.

Semoga kita bisa lebih belajar lagi mengenai mana itu kritik dan mana itu caci makian.
Termasuk ane sendiri sebagai TS yang pikirannya sederhana namun mempunyai wajah yang tampan.