Kaskus

News

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Rafale M Bersiap Uji Coba Ski Jump Untuk Beroperasi di Kapal Induk India
Rafale M dikabarkan sudah berada di India untuk uji coba penerbangan pertama memakai metode ski jump, Rafale M kini berada di pangkalan angkatan laut terbesar yang disebut sebagai Indian Naval Station (INS) Hansa di negara bagian Goa. TheDrive.com malaporkan jika tes tersebut rencananya akan dimulai pada 6 Januari 2022 di Shore Based Test Facility (SBTF) yang menyediakan mockup ski jump yang sama persis dengan di kapal induk Angkatan Laut India. Kabarnya Rafale M akan melalui uji coba intensif di fasilitas mockup ski jump sepanjang 283 meter selama 12 hari untuk menilai apakah pesawat tempur itu ideal untuk dioperasikan di kapal induk INS Vikrant.

Rafale tidak sendirian, jet tempur Super Hornet buatan Boeing dikabarkan juga akan segera ikut serta dalam tes ini, di mana India akan memilih antara Rafale atau Super Hornet untuk menyediakan pesawat tempur yang kelak akan diluncurkan dari dek untuk kapal induk barunya, INS Vikrant. Bertepatan dengan HUT India ke-75 pada 15 Agustus tahun ini, diharapkan INS Vikrant sudah bisa diluncurkan bersamaan dengan elemen sayap udara yang akan dioperasionalkannya.

Bagi Rafale M dan Super Hornet, uji coba peluncuran dari dek kapal induk memakai metode ski jump merupakan hal baru. Pasalnya kedua penempur twin engine ini biasanya beroperasi dengan sistem ketapel, kini mereka akan bersaing untuk membuktikan kompatibilitasnya dalam metode peluncuran yang berbeda. Selain mockup ski jump, fasilitas mockup kapal induk di INS Hansa juga dilengkapi dengan kabel arester di landasan pacu untuk pendaratan pesawat.


Quote:



Rafale M dikembangkan untuk Angkatan Laut Prancis sebagai sayap udara utama dari kapal induk satu-satunya yang mereka miliki, yakni Charles de Gaulle yang bertenaga nuklir. Kapal ini dikonfigurasi dengan peralatan peluncuran ketapel. Rafale M adalah varian pertama dari pesawat tempur yang memasuki layanan, awalnya digunakan dalam peran pertahanan udara saja pada tahun 2001.

Pesawat ini telah ditingkatkan secara berturut-turut dengan menambahkan senjata dan avionik baru, termasuk radar active electronically scaned array (AESA), dan mengambil bagian dalam operasi tempur di Afghanistan, Libya, dan Timur Tengah. Rafale M juga telah melakukan operasi gabungan dari dek kapal induk Angkatan Laut AS.

Rafale M punya peluang yang bagus dalam kompetisi ini, pasalnya Angkatan Udara India saat ini telah mengoperasikan satu skadron Rafale. Di mana Prancis total akan mengirim 18 unit pesawat lagi untuk membangun dua skadron Rafale di India. Dengan rekam jejak operasional di Angkatan Udara India, tentu hal ini bisa jadi pertimbangan bagi pihak angkatan laut. Dengan begitu suplai suku cadang jadi lebih mudah, karena pesawat dibuat oleh satu pabrikan yang sama.

Selain itu dengan pembelian Rafale M, India bisa berkesempatan mendapat transfer teknologi guna membangun beberapa komponen pesawat Rafale di dalam negeri. Seperti yang kita tahu, Prancis sedang banjir pesanan Rafale saat ini, dan fasilitas produksi mereka akan kewalahan menangani pesanan tersebut. Prancis kini butuh fasilitas produksi baru di luar negeri, dan India dikabarkan telah ditawari proposal untuk ikut mmeproduksi beberapa komponen dari Rafale tersebut.


Quote:



Sementara itu sang rival, yakni Super Hornet dijadwalkan bakal melakukan uji coba pada bulan Maret 2022. Sang rival datang dengan sedikit rasa percaya diri tinggi, pasalnya Super Hornet telah terlibat dalam beberapa operasi uji coba ski jump menggunakan landasan darat di Naval Air Station Patuxent River di Maryland. Hal ini tentu menjadi poin plus bagi Super Hornet, di mana dalam kompetisi kali ini Boeing menawarkan varian Block III, yang saat ini juga sudah mulai dioperasikan oleh US Navy.

Boeing telah lama mengkampanyekan pesawatnya untuk kebutuhan Angkatan Laut India, selain menawarkan Super Hornet, secara umum Amerika juga ikut menawarkan paket kesepakatan industri militer yang cukup menarik. Di mana Amerika Serikat telah bermanuver untuk menjadi salah satu pemasok utama teknologi pertahanan kelas atas ke India, termasuk penjualan helikopter serang AH-64E Apache dan pesawat patroli maritim P-8I.



Uji Coba yang Tidak Akan Mudah Bagi Rafale dan Super Hornet


Selain uji coba pada landasan ski jump, uji coba lainnya yang juga penting serta tidak mudah adalah uji coba pada elevator pesawat milik INS Vikrant. Di mana elevator pengangkut yang dipasang di kedua ujung superstruktur berukuran cukup kecil. Desain kapal induk terbaru India dibangun dengan bantuan Rusia, faktanya kapal induk ini sepertinya dioptimalkan untuk mengoperasikan MiG-29K, seperti pada kapal induk INS Vikramaditya.

Mungkin kelak diperlukan modifikasi untuk menangani Rafale atau Super Hornet yang lebih besar. Dengan sayap Super Hornet saat posisi terlipat membentang sekitar 9 meter, hal itu meninggalkan sangat sedikit ruang di lift, yang lebarnya sekitar 9,7 m. Rafale yang tidak memiliki mekanisme sayap lipat punya bentang sayap lebih lebar, sekitar 10,9 meter.

Dengan fakta seperti itu, tampaknya agak aneh bahwa Angkatan Laut India sekarang berkomitmen untuk mengevaluasi sepasang pesawat tempur yang saat ini tidak dapat diakomodasi oleh kapal induknya yang akan datang, setidaknya tanpa beberapa perubahan signifikan. The Hindustan Timesmelaporkan bahwa Angkatan Laut India dapat mencoba dan menyewa "empat hingga lima" Rafale M dari Prancis tahun ini, yang akan memungkinkan kru untuk mengetahui operasi dari pangkalan darat INS Hansa, termasuk peluncuran dan pemulihan, sementara INS Vikrant menjalani adaptasi yang diperlukan.


Quote:



Sementara itu, Angkatan Laut India saat ini masih terus mengoperasikan armadanya yang terdiri dari 45 pesawat tempur multirole MiG-29K, yang dipesan dalam dua batch dan digunakan dari kapal induk Vikramaditya serta berbasis di darat di fasilitas angkatan laut INS Hansa. Namun, ada banyak upaya untuk menemukan penerus Fulcrum buatan Rusia, yang mengalami masalah perawatan dan kekurangan suku cadang. 

Oleh karena itu evaluasi Rafale dan Super Hornet sebagai bagian dari kompetisi Multi-Role Carrier Borne Fighter (MRCBF) kini dilakukan untuk mencari sekitar 57 jet baru. Request For Information (RFI) untuk kebutuhan tersebut dikeluarkan pada tahun 2017.

Selain Rafale dan Super Hornet, sebelumnya ada kandidat lain yang lebih kecil untuk pesawat tempur baru angkatan laut. Yang dimaksud adalah Tejas Light Combat Aircraft (LCA), versi berkemampuan kapal induk dari Tejas Angkatan Udara India, tetapi Angkatan Laut India telah memutuskan untuk tidak membeli pesawat ini. Saab Swedia juga meluncurkan varian kapal induk dari pesawat tempur Gripen-nya, tetapi pesawat itu masih dalam bentuk proyek saja.


Quote:



Sementara Tejas LCA milik Angkatan Laut India saat ini hanya bermesin tunggal, yang digunakan untuk pekerjaan eksperimental, termasuk di SBTF. Sementara India masih memiliki harapan bahwa pada akhirnya pengembangan LCA bermesin ganda dapat matang sebagai pesawat tempur angkatan laut buatan dalam negeri, yang disebut sebagai Twin-Engine Carrier-Based Deck Fighter (TEBDF).

Prospek itu, jika masih memungkinkan akan berlangsung bertahun-tahun lagi, dengan prediksi paling optimistis menunjukkan masuknya layanan pada awal 2030-an. Pengadaan Rafale atau Super Hornet sebelum itu juga dapat mempengaruhi seluruh masa depan program itu. Mungkin dengan pemikiran itu, pejabat Angkatan Laut India telah berusaha untuk membawa TEBDF sejalan dengan persyaratan Angkatan Udara India untuk pesawat tempur baru.


India Masih Butuh 114 Unit Pesawat Lagi ?


TheDrive.commemgatakan jika Rafale dan Super Hornet sedang dalam proses untuk tender Angkatan Udara India, di mana mereka membutuhkan 114 pesawat. Meskipun pejabat Boeing di masa lalu tidak setuju untuk menggabungkan pengadaan F/A-18E/F untuk kedua layanan tersebut. Ankur Kanaglekar dari Boeing Defense, yang memimpin strategi perusahaan untuk penjualan internasional, menggambarkan persyaratan Angkatan Udara dan Angkatan Laut India sangat berbeda.

Semua ini terjadi dengan latar belakang pesatnya perkembangan China di bidang penerbangan kapal induk. Sementara India sekarang telah bergabung dengan kelompok negara terpilih untuk membangun kapal induk buatan sendiri. Sementara saat ini China memiliki dua kapal induk dalam layanan, salah satunya buatan sendiri, ditambah desain asli baru yang mulai terbentuk, dan diharapkan untuk menampilkan sistem peluncuran EMALS. Kapal induk keempat China bahkan bisa lebih besar dari pendahulunya, mungkin dengan tenaga nuklir.


Quote:



Dalam hal penerbangan melalui kapal induk, saingan strategis India mengambil langkah besar, dengan pesawat tempur siluman berbasis kapal induk yang sedang diuji, pesawat peringatan dini , dan perkembangan lainnya, termasuk drone berkemampuan kapal induk

Untuk saat ini, setidaknya, Angkatan Laut India dapat melihat dari dekat kemampuan dua pesawat tempur kapal induk Barat. Sementara INS Vikrant melanjutkan uji coba lautnya di Laut Arab dan Samudra Hindia, masih belum pasti pesawat tempur mana yang pada akhirnya akan beroperasi dari kapal ini dan sejauh mana modifikasi yang berpotensi diperlukan untuk menampung salah satu dari dua kandidat pesawat Barat tersebut.


Referensi Tulisan: The Hindustan Times, The Hindustan Times& TheDrive.com
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Diubah oleh si.matamalaikat 17-07-2022 13:08
emineminna
MasterSims
Aramina
Aramina dan 17 lainnya memberi reputasi
18
5.2K
44
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
KASKUS Official
2.2KThread2.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.