Guru-guru di sekolah sering menjabarkan dengan penuh semangat bahwa Indonesia di jajah Belanda selama 350 tahun, padahal sebenarnya penjajahan itu hanya 35 tahun saja.

Kenapa bisa begitu?

Pada saat itu para founding father selalu berorasi untuk membakar semangat juang mereka ketika sedang menghadapi perjuangan setelah tahun 1945, bayangkan setelahnya ada agresi militer sekutu dua kali.



Jadi 350 tahun itu diambil sejak Cornelis de Houtman seorang penjelajah asal Belanda yang datang ke nusantara tepatnya di Banten tahun1596 hingga masa pendudukan Jepang tahun 1942. Kalau rentang waktu itu dihitung jumlahnya 346 tahun, namun biar enak ngucapinnya jadi 350 tahun.

Disitulah Ir. Sukarno, pernah mengatakan, “Indonesia dijajah selama 350 tahun!” karena penguasa Belanda Bonifacius Cornelis de Jonge, pernah berkata “Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!”

Sekali lagi kata-kata 350 tahun ini dipakai hanya untuk melecut patrotisme, tidak dalam kajian akademik, apalagi dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Yah, hal ini bukan untuk seperti yang dimaksud.



Tetapi ketika pemerintahan Indonesia mulai kuat, buku sejarah pun diterbitkan dan diajarkan pada kurikulum di sekolah. Angka 350 tahun ini menjadi angka yang final, dan anak-anak muda terdoktrin bahwasanya memang Belanda menjajah selama 350 tahun. Jadi dimasa reformasi ini hal seperti ini harus diklarifikasi, karena Indonesia sudah baik mentalnya dibandingkan zaman dulu.

Pada tahun 1511, bangsa barat memang sengaja datang untuk memonopoli perdagangan. Dimana awalnya adalah bangsa Portugis yang sukses menguasai perdagangan dan menaklukkan kerajaan di Malaka. Lalu kemudian pelaut Portugis Afonso de Albuquerque mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku, tepatnya di Ternate dan berhasil menguasai perdagangan hingga ke pulau Timor.

Kapan Belanda datang? Masih lama hampir lebih 50 tahun sesudah Portugis tiba, tepatnya tahun 1596 ketika Cornelis de Houtman tiba di Banten. Tidak semua orang Belanda itu angkuh atau jahat, tapi Cornelis de Houtman ini cukup arogan hingga diusirlah mereka oleh penguasa Banten disaat itu. Bayangkan mereka ini mentang-mentang punya bedil, lalu minta didahulukan ketika membeli rempah-rempah dibandingkan pedagang lain sudah pasti pasukannya di luluh lantakkan oleh Sultan Banten dan akhirnya merekapun diusir paksa.



Jadi kalau sejarah penjajahan nusantara oleh Belanda ditulis saat Cornelis de Houtman tiba ya kurang pas karena dia datang saja dapat diusir oleh Sultan Banten, dengan cara yang cukup memalukan karena meminta ampunan pada Sultan Banten agar bisa pulang ke Belanda.

Walau 5 tahun sesudahnya dia datang lagi ke Aceh namun itulah akhir hidupnya, karena dia dibunuh oleh seorang wanita yang bernama Laksamana Malahayati.

Sifat Cornelis de Houtman memang kurang ajar di depan Sultan Aceh pun bersikap arogan, maka Laksamana Malahayati menantang duel satu lawan satu dan akhirnya Cornelis de Houtman kalah bersimbah darah.



Sekali lagi jadi Cornelis de Houtman datang itu tidak pantas bila dijadikan patokan awal mula penjajahan di Indonesia. Bayangkan dirinya dipermalukan di Banten dan dibunuh di Aceh oleh seorang wanita Inong Balee.

Namun setelahnya tahun 1602, pedagang Belanda mulai mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie). Mereka didirikan karena Belanda tidak punya dana untuk menjajah Indonesia. Karena pada waktu itu Belanda sedang dijajah oleh Spanyol. Bahkan di tahun 1700an Belanda juga dijajah oleh Perancis, ketika perang dunia ke dua terjadi di tahun 1940an Belanda juga sedang dijajah oleh Jerman.



Jadi nusantara ini dijajah oleh negara yang pecundang di eropa hehehe...masa negara penjajah dijajah kan lucu, iya toh!

Makanya kalau ada angka 350 tahun dijajah oleh negara pecundang itu kok rasanya gak enak banget ya.



Nah kembali lagi pedagang Belanda yang membentuk VOC, ini dilakukan karena mereka tidak bisa meminjam modal kepada pemerintahan Belanda. Sebab saat itu mereka juga sedang sibuk perang dengan Spanyol. Namun VOC bikin perjanjian dengan pemerintah Belanda, dia akan memberikan upeti namun dengan catatan mereka bisa membuat tentara sendiri, mata uang sendiri, dia bisa bikin perjanjian mewakili pemerintah Belanda dan lainnya. Intinya hak-hak sebagai negara mereka juga miliki, walaupun mereka hanya kongsi dagang.

Salah satu peninggalan VOC di Indonesia adalah nama "Duit", yaitu mata uang mereka dimana pada tahun 1727, VOC mengedarkan Duit (uang tembaga recehan) untuk menggantikan Cassie Cina. 



Apakah VOC ini menjajah?

Tidak pas juga kalau disebut menjajah, VOC didirikan tahun 1602 dan berakhir tahun 1799. Selama 200 tahun itu apa yang dilakukan VOC?

Menaklukkan Banten tahun 1633, mengalahkan Sultan Hasanuddin dan menguasai Makassar tahun1667, lalu terlibat dalam skandal pemisahan Jogjakarta tahun 1755. Bila hal ini dianggap menjajah berarti hanya 3 kota saja atau 3 kerajaan yang dimaksud diatas.

Namun ternyata di Banten VOC tidak berkuasa penuh karena yang terjadi mereka diundang oleh Sultan Haji agar merebut kekuasaan dari ayahnya (Sultan Ageng Tirtayasa), disini VOC bekerjasama dengan Sultan Haji dan berhasil merebut Istana Surosowan dan menjadi Sultan Banten pada tahun 1681. Lantas VOC tidak memerintah Banten, hanya diberikan kekuasaan untuk memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.



Selanjutnya perlawanan kepada Sultan Hasanuddin, VOC selalu gagal selama 15 tahun menaklukkan Sultan Hasanuddin, namun mereka bisa mengalahkan Sultan Hasanuddin dengan berkomplot kepada Raja Bone Arung Palakka. Hingga Sultan Hasanuddin pun dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667, disitu ia harus mengakui monopoli VOC yang selama ini ia tentang. Selain itu, ia juga harus mengakui Arung Palakka menjadi Raja Bone. Wilayah Kerajaan Gowa pun dipersempit. Bisa dibilang ini juga bukan bentuk penjajahan, karena pemerintahan masih diatur Raja Bone.

Di Jogjakarta juga seperti itu VOC hanya punya kewenangan untuk ikut campur sedikit politik dalam negeri Mataram. Jadi kurang pas kalau disebut hal itu penjajahan.

Kemudian VOC bangkrut, dan menariknya bangkrut karena dipengaruhi budaya korupsi yang marak terjadi di jawa saat itu, sebab beberapa praktik yang saat ini kita sebut sebagai korupsi sebenarnya dapat kita temukan di kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa pada masa lampau. 



Ketika VOC bangkrut dan ingin mendatangkan pemerintahan Belanda ke nusantara, tidak jadi karena mereka sedang dijajah Perancis dimana Spanyol di Belanda dikalahkan oleh tentara Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Maka Louis Napoleon yang merupakan adik kandung Napoleon Bonaparte diangkat menjadi Raja Belanda.



Kemudian tahun 1808 yang datang ke Indonesia, atas nama Belanda adalah Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda atas perintah Raja Belanda Louis Napoleon yang orang Perancis, karena Belanda sudah dijajah oleh Perancis.

Jadi Herman Willem Daendels dia orang Belanda yang merupakan simpatisan dari Revolusi Perancis. Jadi bisa dikatakan yang datang ke nusantara saat itu adalah Perancis bukan Belanda, dia selama 3 tahun hingga 1811 sukses membuat Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang terkenal Anyer hingga Panarukan.



Dan Herman Willem Daendels datang tidak untuk berkuasa atas tanah Jawa seluruhnya, karena Jawa pada masa itu masih dikuasai kerajaan Mataram. Jadi Herman Willem Daendels, disitu hanya mengamankan bentengnya, mengamankan akses politik untuk ikut campur di Mataram, dan menguasai sedikit wilayah di Pulau Jawa dan menahan gempuran Inggris yang ingin berkuasa di nusantara.

Lalu 1811, Inggris yang menjajah nusantara lewat tangan Thomas Stamford Raffles, yang diangkat menjadi Letnan Gubernur di Jawa. Namun tidak benar-benar berkuasa hanya meneruskan usaha Herman Willem Daendels, hingga tahun 1816. Karena adanya kesepakatan yang disebut Convention of London atau Konvensi London, yang ditandatangani pada 13 Agustus 1814. Penyerahan kekuasaan dari Inggris ke Belanda tersebut baru terealisasi dua tahun kemudian, tepatnya pada 19 Agustus 1816 di Batavia.



Disini Belanda mulai sadar kalau mereka ingin mengklaim tanah mereka di nusantara, di tahun 1816 inilah Belanda baru akan mulai menaklukkan nusantara. Maka terjadilah berbagai macam perang di nusantara, seperti perang Saparua di Maluku pihak Belanda menang, lalu perang Padri di Sumatra Barat, kemudian perang Diponegoro, hingga tahun 1830 Belanda sukses menguasai seluruh Pulau Jawa. Lalu Bali ditaklukkan tahun 1904. Perang demi perang pun berkobar hingga banyak menaklukkan banyak kerajaan.

Nah, Belanda baru bisa menguasai seluruh wilayah Indonesia saat ini minus Papua pada saat itu adalah itu adalah 1907.



Maka secara resmi penjajahan yang dilakukan Belanda atas nama Indonesia adalah tahun 1907 sampai tahun 1949 kalau mau menghitung de jure nya versi orang eropa.

Walau diselingi oleh Jepang 1942, karena pemerintahan Belanda tidak pernah menyatakan menyerahkan Indonesia kepada Jepang. Makanya tahun 1945 ketika Jepang kalah Belanda datang lagi ke Indonesia karena mereka tidak merasa menyerah. Yang menyerah di Kalijati itu militernya, sedangkan para tentaranya kabur ke Australia dan membentuk NiCA dan mempertahankan penjajahan Indonesia oleh mereka.



Maka Belanda menyatakan Indonesia merdeka tahun 1949 setelah adanya perjanjian KMB.

Jadi kesimpulannya Indonesia dijajah Belanda dari tahun 1907 sampai 1942 kalau versi Indonesia hanya 35 tahun.

Kalau mau versi barat 1907 sampai 1949, berarti 42 tahun saja. Bagaimana apa ada tanggapan lain tentang hal ini?




Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik, klik, klik, klik, klik, klik, klik, klik
Pic : google