NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Kefiraunan Pesantren Sasaran Empuk Teroris dan Pemerkosa
Spoiler for pesantren:


Spoiler for video:


“Menjadi free rider atau penumpang gelap menjadi strategi mereka saat ini” – Zaki Mubarak (Pakar Terorisme UIN Syarif Hidayatullah)

Teroris JI masuk ke Pesantren NU! Benarkah? Mari kita simak paparan berikut.

Pernyataan soal free rider tersebut sebenarnya diungkapkan Zaki Mubarak ketika berbicara tentang fenomena Jamaah Islamiyah (JI) menyusup ke MUI beberapa waktu lalu. Zaki menyebut JI menyusupkan orang-orangnya di MUI sebagai suatu strategi kamuflase.

Zaki mengatakan JI yang baru atau neo-JI punya strategi menyusup kemana-mana, terutama ke lembaga negara dan ormas-ormas strategis, termasuk partai politik. Mereka dinilai ingin mempengaruhi pengambilan kebijakan lembaga atau ormas agar mendelegitimasi pemerintah. Hal ini JI lakukan karena mereka belum siap berkonfrontasi langsung dengan aparat keamanan.

Sumber : Detik[Waspadai Strategi Jamaah Islamiyah Susupkan Agen untuk Pengaruhi Kebijakan]

Analogi JI ini layaknya virus, ia akan mengubah bentuknya mirip dengan suatu sel, kemudian bereplikasi hingga akhirnya kuat dan mampu menghancurkan organisme itu sendiri.

Pernyataan Zaki Mubarak menunjukkan tidak ada satu pun organisasi yang benar-benar bersih dari susupan JI. Terutama organisasi yang memiliki kemiripan dengan ideologi JI itu sendiri. Seperti ormas Islam NU dengan pesantren-pesantrennya.

Namun mungkin karena demi menjaga ‘Marwah NU’, Menteri Agama sekaligus Ketua Umum Banser NU, Yaqut Cholil Quomas membantah adanya virus terorisme yang menyusup ke dalam pesantren. Pada Jumat 22 Oktober 2021 lalu, Menag Yaqut yang juga akrab disapa Gus Yaqut menegaskan bahwa pesantren tidak ada yang mengajarkan radikalisme, hanya mengajarkan ilmu agama yang moderat.

"Tidak ada radikalisme di pesantren. Catat itu. Jadi kalau ada pesantren mengajarkan radikalisme, itu pesantren quote and quote dan perlu dipertanyakan," katanya di Istana Negara.

Sumber : Bisnis [Menag: Tidak Ada Pesantren yang Ajarkan Radikalisme]

Menag begitu yakin bahwa paham radikalisme tidak akan menyusup ke pesantren sekaligus menegaskan bahwa pesantren yang tersusup radikalisme patut dipertanyakan statusnya sebagai pesantren.

Tapi bagaimana jika pesantren yang disusupi radikalisme JI merupakan pesantren NU?

Baru-baru ini tersiar kabar bahwa aparat keamanan menangkap terduga teroris IU di Bangka Belitung. Sosok IU ini mengajar di Pesantren Mahasiswa Ulul Albab untuk merekrut anggota bergabung dengan organisasi JI.

IU juga tergabung sebagai Mudir di Pondok Pesantren Mahad Dzaidz Bin Tsabith serta bergabung dalam media dakwah Yogyakarta yang terafiliasi dengan JI. IU sendiri menjadi anggota JI sejak 2014 lalu dan dikenal sebagai anggota bidang dakwah JI.

Sumber : Tribunnews [Terduga Teroris JI yang Ditangkap Densus 88 di Bangka Mengajar di Pesantren Untuk Rekrut Anggota]

Hal yang menarik untuk disimak dari penangkapan IU adalah statusnya yang mengajar di Pesantren Mahasiswa Ulul Albab dan tergabung dalam media dakwah Yogyakarta yang berafiliasi dengan JI. Sebagai informasi, Pesantren Ulul Albab adalah pesantren NU yang berlokasi di Balirejo, Yogyakarta.

Sumber : NU [Pesantren Ulul Albab Yogyakarta Beri Santunan Warga Sekitar]

Jika pesantren Mahasiswa Ulul Albab yang menjadi media bagi IU untuk merekrut teroris di Yogyakarta ternyata adalah Pesantren Ulul Albab Yogyakarta serta kiprah IU yang tergabung dalam media dakwah JI di Yogyakarta saling berkaitan, bukankah ini tandanya JI telah menyusupkan radikalisme di pesantren NU?

Pengamat terorisme dan Visiting Fellow RSIS, NTU Singapore Noor Huda Ismail mengatakan bahwa JI menerapkan strategi baru dengan memanfaatkan dan memasuki dunia pendidikan. Strategi ini disebut dengan ‘Tamkin’, istilah Bahasa Arab yang berarti penguasaan wilayah atau bisa juga penguasaan pengaruh dalam sebuah pranata sosial, politik, ekonomi, dan bahkan kebudayaan.

Sumber : Tribunnews [Pengamat Terorisme Beberkan Penjelmaan Baru Jamaah Islamiyah]

Ketika digabungkan sifat dari JI yang dipaparkan oleh Zaki Mubarak dan Noor Huda Ismail, maka terlahirlah pola JI yang menyusup ke dalam ormas dan menyebarkan pengaruh dalam dunia pendidikan.

Terlebih lagi, pada dasarnya JI -yang berafiliasi dengan Al Qaeda yang berbaiat pula dengan Taliban-, dan NU memiliki kemiripan sehingga sangat mudah bagi JI menyusup ke pesantren NU.

Tidak percaya? Kemiripan itu bahkan diungkapkan sendiri oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj pada 5 September 2021 lalu dan informasi ini diungkapkan pula oleh Mantan Wakil Kepala BIN serta mantan Waketum PBNU periode 2010 – 2015.

Said Aqil menjelaskan bahwa dalam masalah aqidah dan syariah antara para ulama Afghanistan yang berafiliasi ke Taliban sebetulnya sama dengan NU. Sama-sama menganut ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), menganut Al-Asyari dan Maturidi. Dalam hal fiqih, NU mayoritas Syafiiyah sementara Taliban lebih condong ke Imam Hanafi, serta tarekatnya sama-sama ada aliran Naqsyabandiyah.

Namun Said Aqil menjelaskan pula bahwa ada perbedaan dalam cara gerakan perjuangan. Menurutnya NU berpaham moderat, sedangkan Taliban keras dan radikal. Tapi sikap keras itu bukan karena mazhab Hanafi yang seyogyanya mengajarkan rasionalitas. Sikap radikal dan keras itu lebih karena karakter dan mungkin budaya.

Sumber : Detik [Taliban dan NU Secara Aqidah-Syariah Sama, Tapi...]
Sumber : Republika [Kiai Assad Ungkap Kesamaan Nahdlatul Ulama dan Taliban]

Moderat? Justru karena NU adalah ormas yang memiliki sifat yang sangat mirip ideologinya dengan Taliban, JI dan Al Qaeda, maka ia sangat mudah disusupi oleh radikalisme.

Ciri khas dari Taliban, JI dan Al Qaeda adalah mereka yang anti kritik, hal ini serupa dengan yang dilakukan Asosiasi Pesantren NU ketika melaporkan Aktivis 98 Faizal Assegaf atas dugaan penyebaran berita bohong, kebencian dan SARA yang merugikan organisasi tersebut.

Pelaporan tersebut terjadi ketika Faizal Assegaf mengunggah video pada 29 Oktober 2021 lalu. Menurut Faizal PBNU memunculkan aneka macam proposal duniawi dan tak pernah membicarakan peradaban Islam. NU menggunakan kata ulama dalam pendekatan organisasi untuk melakukan penipuan.

Sumber : Makassar Terkini [Faizal Assegaf Dilaporkan Usai Sebut NU Produsen Proposal Terbesar Dunia]

Bukankah ini kenyataan dan hanyalah kritikan bagi NU? Lantas mengapa NU tidak terima dengan kritikan yang berdasarkan kenyataan tersebut?

Ingatlah dengan pernyataan Said Aqil yang mengungkap pencapaiannya dari segi ekonomi hingga pendidikan saat memimpin NU selama 10 tahun terakhir. Dari segi ekonomi Said Aqil menerangkan kas NU kini mencapai Rp 1,8 triliun dari mulanya Rp 500 juta.

"Pertama, baru kali ini sejak NU berdiri keuangan bisa diaudit eksternal. Selama ini belum pernah. Waktu saya baru masuk ada uang Rp 500 juta, sekarang ada Rp 1,8 triliun. Bisa dicek," kata Said Aqil Siradj, Selasa, 14 Desember 2021.

Dari segi penididikan, Said Aqil menerangkan, beasiswa bagi santri NU semakin berkembang tiap tahunnya. Selain itu, Said Aqil membeberkan ada banyak wakaf tanah pula yang diterima NU.

Memangnya dari mana dana tersebut berasal? Dari proposal bukan?

Sumber : Kumparan [Said Aqil: Saya Masuk, Duit NU Rp 500 Juta, Sekarang Rp 1,8 Triliun]

Kemiripan lain NU dengan JI, Taliban, dan Al Qaeda adalah perihal ketertutupannya dengan pemikiran lain serta ketundukkan penuh terhadap ucapan pemimpin, dalam hal ini kyai atau ulama. Seperti yang terjadi pada kasus pesantren cabul Herry Wirawan di Bandung, yang ironisnya mendapat dana bantuan dari pemerintah melalui Kementerian yang dipimpin Gus Yaqut.

Ketika kita berbicara tentang kasus Herry, sebenarnya kasus pemerkosaan tersebut tidak akan selesai dengan melabelkan oknum maupun hukuman berat terhadap pelaku. Kasus pemerkosaan itu dapat terjadi karena sistem pesantren itu sendiri.

Kita ketahui bersama bahwa perbedaan sekolah biasa dengan pesantren adalah terkait keberadaan Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG). POMG berfungsi menjadi kekuatan legislatif terhadap eksekutif yang dijalankan Kepala Sekolah dan guru sehingga memungkinkan adanya regulasi yang bersifat Lex Spesialis atau dalam bahasa hukum lex specialis derogate legi generalis. Artinya aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum.

Contoh dari lex spesialis di lingkungan sekolah ini:
a. Para orang tua di suatu sekolah tidak menyukai murid menggunakan rok di atas lutut, maka aturan itu bisa dijadikan aturan sekolah oleh kesepakatan Sekolah dan POMG.
b. Murid menginginkan jam sekolah dikurangi, maka murid bisa meminta orang tua mereka mengajukan kepada POMG agar sekolah mengubah jadwal kurikulum di luar kurikulum wajib.

Akan tetapi, pesantren tidak memiliki sistematika tersebut, sehingga pokok permasalahan mengapa terjadi pemerkosaan di pesantren -yang penulis pantau mencapai 40-an kasus pada 2021, tidak dapat diselesaikan dengan oknumisasi dan hukuman berat.

Kita tengok saja kasus pemerkosaan di pesantren Herry Wirawan terhadap 12 santri yang ia lakukan selama 5 tahun. Bukankah janggal ketika santri dirudapaksa bertahun-tahun namun memilih diam? Hal ini sungguh berbeda dengan kasus rudapaksaan umumnya dimana pelaku pemerkosa memerkosa korban di bawah ancaman fisik dalam satu atau dua kejadian. Korban rudapaksaan Herry malah memilih menitipkan anaknya ke teman mereka ketimbang mengakui telah dirudapaksa oleh Herry Wirawan kepada orang tuanya.

Peristiwa menyedihkan itu bisa terjadi karena tidak ada hak santri menekan tombol darurat! Sebab dalam tradisi pesantren, kyai, ustadz, guru, selalu benar. Santri tidak memiliki hak berkata tidak pada kyai. Itulah mengapa pemerkosaan di pesantren menjadi wabah dan terus terjadi berkala, akibat dari sistem tertutup pesantren dimana orang tua tidak bisa mengintervensi apa pun mekanisme pesantren. Sistem tertutup dan demi menjaga marwah kyai ini pula yang mendasari adanya teror psikis kepada santri sehingga mereka tidak memilih meminta bantuan terhadap apa yang mereka alami.

Jika kita analogikan, sistem ini tak ada bedanya dengan sistem absolut Firaun. Selama sistem pesantren masih menganut kediktatoran kyai dan ustad yang tidak bisa diintervensi orang tua, apalagi santri, maka selama itu pula, perbudakan jenis apa pun, termasuk perbudakan seks kyai terhadap santri akan tetap ada.

Realita mengatakan bahwa korban pemerkosaan Herry Wirawan memilih menitipkan anak hasil rudapaksaan ke temannya, ketimbang meminta tolog pada orang tuanya menjadi bukti nyata bahwa ada ancaman teror psikis yang menyebabkan pelaku bisa melanggar hak korbannya, karena sistem pesantren itu sendiri, bukan sekedar faktor oknum.

TNI punya Puspom, Polri punya Propam, Kejaksaan punya Komjak, Sekolah punya POMG, lantas mengapa pesantren tidak ada pengawasnya? Mengapa kyai, ulama, ustadz tidak ada pengawasnya? Apakah karena sebegitu percayanya orang tua bahwa para kyai dan usatadz itu akan berakhlak baik karena mengetahui agama?

Bukankah Khalifah Umar pernah berkata “Jangan tertipu oleh orang yang membaca Al Quran. Tapi lihatlah kepada mereka orang yang perilakunya senantiasa sesuai dengan Al Quran”?

Tunduknya pada ucapan kyai pada akhirnya menghilangkan sisi kritis dari para santri. Sisi kiritis itu pun makin terkikis karena santri tidak diperbolehkan mendapat asupan pemikiran lain akibat sistem pesantren yang tertutup.

Contohnya dapat kita lihat saat viral beberapa perempuan yang merupakan para guru di sebuah ponpes merobek-robek novel secara massal karena dianggap ‘unfaedah’.

Sumber : Tribunnews Jateng [Viral Aksi Guru Pesantren Merobek Buku Novel yang Dianggap Tidak Berfaedah]

Sungguh menyedihkan, mungkin inilah yang menyebabkan mengapa Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara soal literasi berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

Inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan JI untuk menyusup ke pesantren dan ormas NU. Ketertutupan, keterbelakangan, kepatuhan buta sangat cocok bagi teroris menyusupkan pemikiran-pemikiran radikal terhadap santri. Sami’na Wa Atho’na -kami tunduk dan kami taat-. Ayat suci Al Quran yang menjadi semboyan khas santri dengan mudahnya disalahgunakan mereka yang mengaku paham agama tapi punya agenda terorisme, pencabulan, maupun pembodohan.
Diubah oleh NegaraTerbaru 24-12-2021 14:48
masboeing
pulaukapok
augy183
augy183 dan 7 lainnya memberi reputasi
4
2.5K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.