#CerpenReligi Aku mengenalmu karnanya

Beranda

...

Stories from the Heart
#CerpenReligi Aku mengenalmu karnanya

wenoobs

01-06-2018 15:25

#CerpenReligi Aku mengenalmu karnanya

Assalamualaikum Pemirsa Sekalian

~ ~ ~ ~ ~ ~ ¥ ~ ~ ~ ~ ~ ~
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ « » ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ _ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

~(°_°(~ ~(°_°(~

Hari ini senin, hari dimana aku akan menginjakkan karirku setelah selesai menempuh pendidikanku, aku telah menyelesaikan pendidikanku di salah satu Universitas suasta yang berada di kotaku, empat hari yang lalu aku telah mendapatkan sebuah email dari suatu perusahaan ternama, email tersebut berisikan sebuah undangan untuk menghadiri panggilan interview yang ditujukan untukku, tentu saja hal tersebut aku iyakan saat itu juga, pasalnya perusahaan tersebut cukup ternama dan terkesan loyal, ya setidaknya itu yang sering kudengar dari beberapa orang, namun yang membuatku tertarik setelah membacanya lebih lanjut adalah, penawaran agreement yang menggiurkan bagiku.

« « « [***] » » »

Quote:

Hari ini seperti biasa aku membantu ibuku yang sedang membuat kue kecil, kue tersebut akan di jajakan di beberapa warung terdekat dari rumahku.

selesai membuat kue, aku dan ibuku menjajakannya di beberapa warung di sekitar rumah, Setelah menjajakannya dan mengambil keuntungan dari penjualan sebelumnya, aku dan ibuku pergi menemui seorang pastur yang tinggal di dekat rumahku, kami membayarkan perpuluhan sebesar ,10% dari penghasilan yang kita dapatkan.

* * *

Hari ini tidak seperti biasanya, aku bangun pagi dan segera bersiap siap, bukan karna akan membantu ibu membuat kue seperti hari - hari sebelumnya, namun karna hari ini adalah hari pertamaku bekerja di sebuah perkantoran elit dibilangan Jakarta, setelah beberapa waktu lalu aku telah mendapatkan email balasan dari interviewku kala itu, meskipun masih dalam tahap training namun aku tetap antusias menjalankannya.

« « « [***] » » »

Hari pertama bekerja aku hanya melihat bagaimana atasanku menunjukan load yang akan kukerjakan nanti, dia dengan sabar mengajarkanku cara - cara agar dapat menyelesaikan load pekerjaanku, namun kurasa atasanku tersebut cenderung menjaga jarak denganku, dan kurasa bukan hanya denganku, dengan rekan kantor lainnya pun begitu, terutama pada rekan kantor perempuan, terbukti saat aku ingin menanyakan bagian yang tidak kumengerti dari penjelasannya yang terpampang di layar monitor, aku menghampirinya dan menunjuk bagian yang tidak kumengerti dari penjelasannya barusan, namun sikap atasanku membuatku ke heranan, dia seperti terkejut dan menjauhkan badannya dariku.

Quote:

" Maaf " Ujar atasanku pelan...
aku yang mendengar hal tersebut hanya bisa melemparkan senyum padanya dan memundurkan badanku sedikit.

Karna waktu menujukan pukul 12 siang, atasanku menunda penjelasannya dan akan melanjutkannya setelah melewati jam makan siang, aku dipersilahkan memanfaatkan waktu makan siangku olehnya, setelah itu aku pergi menuju kantin yang terletak dilantai baeah, sedangkan atasanku kembali ke bilik kerjanya, karna aku tidak mengerti beberapa penjelasan yang atasanku sampaikan barusan, maka aku berinisiatif menunggunya untuk makan siang bersama serta mengajukan beberapa pertanyaan dari penjelasannya barusan, kupikir itu cara mengakrabkan diri yang cukup formal dan saling menguntungkan, ya setidaknya itu yang ada dalam benakku.

« « « [***] » » »

Quote:

Sudah 15 menit aku menunggu atasanku, bahkan pesanan yang tadi kupesan sudah datang kemejaku, aku mulai merasa jenuh menunggunya, kuputuskan untuk tidak menunggunya lagi dan langsung saja menyantap pesananku, saat sedang makan aku sempat berpikiran tentangnya, apa atasanku tidak akan makan siang atau ada pekerjaan yang sulit di tinggalkan sehingga dia melewatkan jam makan siangnya.

Setelah selesai makan siang kuputuskan kembali menemuinya meskipun masih ada beberapa menit waktu istirahat, sedikit cari perhatian dan bertingkah baik mungkin terdengar bagus, dalam benakku.

* * *

Setelah sampai ke mejaku, aku berniat menunggu atasanku kembali, tapi aku sedikit merasa kesal karnanya, dia bahkan tak menemuiku saat makan siang, memang sebelumnya kita belum membuat kesepakatan untuk makan bersama, namun rasanya tetap saja, ada sedikit rasa ingin untuk membalasnya, ku putuskan untuk tidak menunggunya dan akupun pergi ke arah Pantry untuk membuat secangkir kopi.

Quote:

"Biar saja dia menunggu, itu salahmu membuatku menunggu" Aku tersenyum membayangkan raut muka kesal atasanku.

Lagi dan lagi dia membuatku kesal, aku ingin berniat membalasnya namun sepertinya aku kembali berhasil membuat diriku sendiri, menjadi bertambah kesal, memang ini sepenuhnya salahku tapi sangat sulit bagiku menelan ucapanku kembali.

Orang yang kutunggu tadi ternyata sedang menyantap makan siangnya, di temani secangkir teh hangat di samping meja Pantry yang dia gunakan, Atasanku belum menyadari kehadiranku, dia makan begitu tenang dan sesekali meminum teh nya secara perlahan, namun hal itu kembali membuatku kesal, aku berusaha tenang dan menghampirinya.

Quote:

"Selamat siang Pak" Ujarku dengan senyum ramah.

"Oh selamat siang juga, mari makan mbak" Ujar atasanku setelah menyadariku, dia berhenti makan dan membalas sapanku.

Quote:

"Oh iya mari Pak silahkan di lanjut" Ujarku sambil menganggukan kepala.

"Kamu sudah makan Mba?.. Waktu istirahatnya sebentar lagi loh" Ujar atasanku mengingatkan makan siangku.

Quote:

"Sudah Pak barusan dibawah, oh iya Bapak kenapa tidak makan dibawah saja Pak, disana banyak Staf lain juga loh" Ujarku sedikit memberi penekanan pada kalimat terakhir.

"Iya tadi saya ke mushola dulu, abis dari sana langsung makan disini, kalo makan dulu dibawah saya suka tidak sempat melaksanakan shalat" Ujarnya dengan senyum ramah.

Quote:

"Oh begitu Pak, pantas tadi saya perhatikan kok belum turun juga, dikira saya Bapak masih ada load pekerjaan" Ujarku merasa canggung.

« « « [***] » » »

Aku yang awalnya berniat membuat kopi namun kembali mengurungkan niatku, karna mendadak merasa canggung, dan akhirnya aku berinisiatif mengambil minum sekedar menghilangkan canggungku, dan berpamitan kembali kemejaku lebih dulu.

Entahlah aku merasa begitu malu dihadapannya, setelah makan siang selesai atasanku kembali menjelaskan pekerjaan yang nantinya kukerjakan, seolah terbalik, kini diriku seolah enggang untuk bertatapan dengannya, bahkan untuk mengetahui lebih jelas apa yang dia sampaikan saja terasa sulit bagiku, lambat laun penjelasannya bisa kucerna dengan lancar, mesipun untuk itu aku selalu mengalihkan pandanganku darinya.

Quote:

Sudah Lebih dari 3 bulan aku bekerja disini, dan statusku sebagai training sudah berganti menjadi karyawan tetap, namun seperti ada yang berbeda dariku, aku seperti Addict terhadap atasanku, segala kegiatannya selalu kuikuti bahkan sekarang aku sedang memperdalam ajaran agamanya, aku bahkan belum mengatakan apapun pada orang tuaku mengenai canduku kepadanya, tanpa sadar aku mengikuti jejak langkahnya.

* * *

Meskipun aku selalu memperhatikannya, namun ketika kita berdua berpapasan, kita berdua tidak pernah saling bertegur sapa, masing - masing dari kami hanya menundukan pandangan kebawah dan sedikit membungkukan badan.

Hari itu aku pergi menemui temanku yang bernama Ukhti Marwah, sudah cukup lama aku belajar banyak darinya, namun kali ini aku ingin membulatkan diriku untuk menggali lebih dalam ajarannya.

Quote:

"Ukhti sudah siap untuk menjalankan ajarannya?.. dan menjauhi segala larangannya." Tanya Ukhti Marwah.

"Insyaallah saya sudah siap Ukhti." Ujarku Mengeraatkan genggaman tanganku.

Quote:

"Ukhti sudah membicarakan hal ini dengan keluarga?.." Tanya Ukhti Marwah kembali dan mengelus halus punggungku.

"Insyaallah setelah ini saya akan berbicara dengan keluarga, bagaimana pun keputusannya insyaallah saya terima" Jawabku dengan senyum diujung bibirku.

Quote:

"Yasudah, Jika keinginan Ukhti sendiri memang sudah bulat seperti ini, Saya sebagai seorang Muslim hanya bisa mendukung dan Insyaallah mendoakan kesungguhan Ukhti untuk tetap berdiri di jalan Allah Subhanahu Wa ta'ala" Ujar Ukhti Marwah sambil memeluku.

Dengan ditemani dua orang saksi, dari keluarga Ukhti Marwah Aku mengucap Syahadat, dan Syukur setelahnya.

Mulai dari sini aku memantapkan niatku berdiri di jalannya, meski aku mendapatkan sedikit kecaman dari kedua orang tuaku namun akhirnya mereka dapat menerima keputusan ku saat ini.

Berselang dua minggu, tanpa diduga atasanku menghampiri meja kerjaku dan menyatakan maksud baiknya untuk meminangku, dia mengatakan akan menemui orang tuaku nanti malam dan dia juga akan datang beserta kedua orang tuanya.

« « « [***] » » »

Alhamdulilah setelah pertemuan itu, telah terjadi sebuah kesepakatan, dimana kita akan melaksanakan akad pada bulan berikutnya dan aku akan mengajukan pengunduran diri dari kantor tempatku bekerja.

Tamat

Quote:

Sekian cerita singkat dari saya, dan sampai bertemu di Thread berikutnya, saya ucapkan Terimakasih kepada para pembaca sekalian, mohon maaf jika ada kesalahan kata disengaja maupun tidak disengaja, atau merasa tersudutkan, saya ucapkan mohon maaf sebesar - besarnya.

Sumber Gambar Google

Diubah oleh wenoobs 10-06-2018 12:58