Di sebuah padang pasir yang terik ada seorang pemuda shalih yang sedang melakukan perjalanan perniagaan dari rumahnya di utara menuju ke sebuah pasar besar di selatan. Pada waktu itu belum ada alat penerangan seperti sekarang, orang yang bepergian pun hanya mengandalkan cahaya matahari sebagai penerangan mereka. Sehingga orang-orang bisa bepergian saat matahari telah terbit, saat matahari terbenam mereka menetap dulu ditempat tersebut, besoknya saat matahari kembali terbit baru mereka lanjutkan lagi perjalanan. 



Begitupun yang dilakukan pemuda shalih ini, Ia berangkat dari rumahnya sesaat setelah shalat subuh. Biasanya Ia sampai ditujuan tepat saat maghrib tiba, tapi hari itu panas digurun terasa lebih terik dari biasanya, sehingga memaksa pemuda shalih ini memperlambat langkahnya. Saat waktu maghrib tiba, sebelum sampai ditujuan pemuda shalih ini tiba di sebuah hutan yang lebat. Dan karena lebatnya tidak ada cahaya yang masuk sehingga tidak terlihat jalan yang biasa dilalui olehnya. Karena itu pemuda shalih ini kemudian memutuskan untuk bermalam dulu dihutan tersebut.

Pemuda shalih ini pun kemudian berwudhu kemudian shalat maghrib dan isya di jama’ qoshorsebagaimana layaknya seorang musafir. Selesai shalat pemuda shalih ini pun mencoba untuk beristirahat hingga akhirnya tertidur. Di awal malam, sekitar jam 11 atau jam 12 malam pemuda shalih ini bangun dan berwudhu untuk melaksanakan shalat tahajud. Setelah selesai 2 rakaat pertama tahajud dan bermaksud untuk bangkit ke rakaat tahajud berikutnya, pemuda shalih ini dikejutkan dengan kehadiran seekor harimau besar didepan matanya. Harimau itu pun meraung, dan dari suara raungannya terdengar kalau harimau itu sedang lapar.

Pemuda shalih ini pun merasa takut dan bingung, Ia sempat berfikir untuk lari, tapi lari kemana? Hutan tersebut sangat lebat dan gelap, hampir tidak terlihat apapun kecuali pepohonan dan tanaman-tanaman liar. Sedangkan harimau itu dapat melihat dengan baik dimalam hari, harimau itu juga lebih kuat, lebih cepat, dan pendengaran serta penciumannya pun lebih tajam. Harimau itu juga sangat mengenal hutan tersebut, sehingga kalau pun lari pasti akan tertangkap, tapi kalau diam Ia juga akan diterkam. Saat sedang bingung tersebut, pemuda shalih ini kemudian ingat dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

Pemuda shalih ini pun berkata pada harimau tersebut. “Demi Dzat Yang menciptakan saya dan kamu, kalau kedatanganmu kemari adalah karena perintah dari Allah untuk memakanku, maka makanlah saya dan saya tidak akan melawan karena itu adalah wahyu. Tapi kalau kedatanganmu kemari hanya untuk mengganggu ibadahku dengan-Nya, maka aku akan berdoa pada Allah untuk mematikanmu.”

Setelah pemuda shalih ini berkata pada pada harimau tersebut, harimau tersebut tiba-tiba menundukkan pandangan matanya dan meninggalkan pemuda shalih itu. Pemuda shalih ini pun kemudian dapat melanjutkan perjalanannya pada pagi hari dan sampai di tempat tujuan dengan selamat.



Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah ini? Binatang buas pun yang tidak diberikan akal dan fikiran takut dan taat pada Allah ‘Azza wa Jalla. Tapi saksi bahasan kita disini adalah bagaimana kekuatan keyakinan pemuda shalih tersebut pada Allah ‘Azza wa Jalla. Yakin bahwa Allah memang ada diatas sana, yakin bahwa Allah itu Sami’(Maha Mendengar), Bashir (Maha Melihat), ‘Alim (Maha Mengetahui) dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.