Bagian 1

Awra dapat sms. Dia lihat. Dari operator. Pulsa lima puluh ribu masuk ke nomornya. Awra heran. Padahal dia tidak beli. Dia cek bintang delapan tiga kali pagar. Benar saja. Pulsanya tambah lima puluh ribu.
" Mungkin salah kirim. "
Pikir Awra.
Dia bingung juga. Mau dikembalikan kemana. Tapi dia ingat, kalau dia gunakan untuk kebaikan dan diniatkan pada yang ngirim, baik juga.
***
Awra berjalan di pinggir aspal. Jalan desanya. Sekarang gilirannya mengajar. Dia tercatat sebagai salah satu pengajar madrasah di Lor Kali ini. Hari Sabtu dan Minggu gilirannya.
" Awra.. "
Ada suara memanggil.
Awra menoleh. Dia tersenyum. Gus Zahid ternyata. Putera kyainya. Kyai Lor Kali ini. Gus Zahid menghampirinya.
" Ada apa gus? "
Tanya Awra sambil menundukkan pandangannya.
" Ngga' ada. Cuman saya juga akan ke madrasah. Boleh bareng kamu? "
Awra terdiam sebentar. Kemudian mengangguk.
" Boleh gus.. "
Mereka berdua meneruskan langkah. Menuju madrasah.
Gus Zahid nampak gembira. Dia berjalan mengiringi Awra. Tercium harum parfum dari tubuh Gus Zahid. Di hidung Awra. Gus Zahid juga kelihatan habis mandi. Wajahnya kelihatan segar. Gus Zahid memang ganteng.
Wajah Awra memerah. Bisa-bisanya memikirkan Gus Zahid yang di sampingnya. Awra membaca istighfar di hatinya. Dia lirik Gus Zahid. Ternyata Gus Zahid sedang memandang ke arahnya. Tersenyum.
" Ada apa? "
" Ngga' ada gus.."
Awra mempercepat langkahnya. Malu. Gus Zahid juga mempercepat langkahnya.
" Nanti malam kamu sibuk? "
Gus Zahid bertanya.
Awra menenangkan hatinya.
" Ngga' gus. Ada apa? "
Awra menjawab.
" Ibu ada perlu sama kamu. "
" Owh. Insyaallah gus.. "
Gus Zahid tersenyum lagi.
***
Langkah Awra dan Gus Zahid memasuki halaman madrasah. Awra melihat Kang Haidar sudah di situ. Wajah Awra sumringah.
" Rajin banget kang? "
Tanya Awra sambil berjalan mendekat.
" Mau persiapan praktek sholat Ra. "
Jawab Kang Haidar.
Kang Haidar juga menganggukkan kepalanya pada Gus Zahid. Gus Zahid balas menganggukkan kepalanya juga. Mereka sama-sama tersenyum.
" Nanti aku bantu ya kang? "
Kata Awra lagi pada pengajar kelas 2 itu.
Kang Haidar tertegun.
" Boleh.. "
Jawabnya kemudian. Dia lirik Gus Zahid yang berdiri di belakang Awra. Gus Zahid tertawa. Awra menoleh ke arah yang dilirik Kang Haidar juga. Wajah Awra semburat merah. Dia lupa tadi ada Gus Zahid di situ. Di belakangnya. Awra malu.
***
Kang Haidar sedang mengawasi anak kelas 2 praktek shalat. Awra semangat sekali membantu. Mulai wudhu, adzan, iqamat, bahkan praktek shalatnya didominasi Awra. Kang Haidar sampai geleng-geleng kepala. Dilihatnya juga Gus Zahid sedang mengawasi mereka berdua. Dari depan kantor madrasah. Entah sudah berapa lama.