Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anonymousladyAvatar border
TS
anonymouslady
Cerpen Feminisme: PECULIAR.
I have sacrificed a lot to be here, this is why I’m here. I care about all the women out there, and I am here to speak out the word responsibility. I feel like every woman needs that.” Suara televisi berbunyi.


Vera sedang menyaksikan televisi, seorang wanita bernama Harley Dean yaitu seorang feminis yang paling dikenal pada zaman dahulu. Siapakah Vera ini? Vera adalah sebuah wanita mandiri dan berani berumur 25 tahun. Ia meluangkan waktu masa kecilnya bersama ayah dan ibunya, namun ibunya meninggal dunia disaat Vera berumur 12 tahun. Ibunya adalah sosok inspiratif bagi Vera, beliau adalah sebuah feminis yang sangat aktif dan tegas. Ibunya sempat menjalankan sebuah organisasi kewanitaan dari tahun 1998 sampai 2004 dan beliau adalah pemimpinnya. Vera tidak pernah melupakan sejarah hebat ibunya. Sejak ibu wafat, saat ini Vera tinggal berdua bersama ayahnya. Ayahnya adalah orang yang sederhana, ayahnya bekerja di sebuah pabrik koran.

Pada siang hari ini, ayah meminta bantuan pada Vera untuk beli stok makanan bulanan, maka Vera pergi pada siang hari itu, ditemani oleh sahabatnya bernama Andy. Mereka berjalan kaki menuju pasar yang membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Tak lama, mereka sampai di pasar. Pasarnya sangat ramai, sumpek, dan panas. Maka Vera tidak ingin berlama-lama di pasar, maka Ia mencari makanan-makanan yang ingin dibeli sambil ditemani Andy.

“Mau aku bantu?” tanya Andy.
“Tidak usah, terima kasih.” jawab Vera.
“Apa-apa nolak kau. Katanya mau cepat-cepat.” Andy mengeluh.
10 menit kemudian, Vera segera membayar belanjaan-belanjaannya dan keluar dari pasarnya.
“Eh ver-.” Andy ingin bertanya sesuatu pada Vera namun dipotong.
“Tidak Andy. Aku bisa tenteng sendiri.” Vera memotong.

Padahal Andy hanya ingin bertanya esok hari akan kemana, namun Vera memotongnya dan berkata sesuatu yang tidak sesuai pertanyaan yang ingin ditanya oleh Andy. Andy pun langsung merasa kesal, namun Ia merasa bahwa Vera bersikap sangat egois, maka selama mereka berdua jalan menuju pulang, Andy pun berdiam saja. Vera pun akhirnya sampai dirumahnya dan Ia sapa ayahnya saat melihatnya. Setelah itu Vera langsung memasuki kamarnya dan beristirahat karena lelah. Saat rebahan, Vera pun sambil menatap foto ibunya yang terlihat cantik dan anggun sekali sedang duduk di bawah pohon sebuah taman di kota ini bernama Taman Wisakti. Ia merasakan sebuah rindu untuk ibunya, maka Ia memutuskan untuk pergi ke taman tersebut pada esok hari.
****

Hari sudah berlalu, Vera memutuskan untuk pergi ke taman sendirian pada jam 3 sore, karena menurutnya sore lebih baik, tidak panas dan silau matahari. Vera mengunjungi taman tersebut menggunakan kendaraan sepeda. Hari sangat begitu indah, matahari malu-malu untuk menampakkan diri sesilau-silaunya, dan angin yang berhembus dengan halus. Sesampainya, Vera duduk dibawah pohon, pohon yang sama persis dengan foto ibunya. Vera hanya duduk bersender saja dengan santai dan tidak lama kemudian, Ia jatuh tertidur tanpa sadar.

*Brukk!* suara sepeda menabrak pohon.
Vera merasa kaget lalu terbangun.
“Astaga! Maafkan aku! Tidak sengaja, mataku kebetulan meleng! Kau tak apa kan?” tanya sebuah pria yang menabrak pohon tersebut dengan sepedanya.
“Astaga iya tidak apa-apa, kau dimaafkan.” jawab Vera.

Pria tersebut mengenalkan dirinya kepada Vera. Ia bernama Didi, berusia 27 tahun, tidak jauh dari Vera, dan Vera juga memperkenalkan dirinya kepada Didi. Ia berambut hitam, rambutnya memiliki gaya yang sedikit berantakan, pakaiannya pun sederhana saja, tidak heboh. Sebenarnya, apa yang terjadi dalam pikiran si Didi, Ia sebenarnya sengaja menabrak pohon tersebut dengan sepedenya hanya untuk berkenalan. Lama kelamaan, obrolan pendek tersebut menjadi sebuah obrolan yang cukup panjang. Sepertinya mereka nyambung sekali terhadap satu sama lain, saking nyambungnya mereka memiliki nomor telfon masing-masing.

“Rambutmu indah sekali.” Didi memuji.
“Hah? Oh. Terima kasih…” jawab Vera.
****

“Kau dimana?” tanya Andy melalui suara telfon genggam.
“Biasa. Di kamar. Sungguh membosankan ya!” jawab Vera melalui telfon genggam.

Satu bulan sudah lewat, saat ini Vera sedang berbicara kepada Andy melalui telfon genggam di kamarnya. Sejauh ini, hidup Vera berjalan baik-baik saja, hubungannya dengan teman-temannya baik. Bagaimana dengan Didi? Mereka baik-baik saja. Belakangan Didi bersikap sangat lekat terhadap Vera. Saat ini Andy sedang bercerita kepada Vera.

“Vera! Turun ya sayang.” Ayah berteriak dari bawah memanggil Vera.

Vera langsung terdiam dan Ia matikan telfonnya bersama Andy. Saat Vera turun tangga menyampari ayahnya, Ia sangat terkejut. Ia melihat Didi sedang duduk di ruang tamu bersama ayahnya menggunakan pakaian yang sangat rapih, rambutnya pun terlihat tertata dengan gel rambut. Ini bukanlah Didi yang diingat oleh Vera pada waktu itu di Taman Wisakti. Karena Didi yang berada di taman wisakti sederhana dan berantakan, lebih normal bagi Vera, namun sekarang Ia dandan seperti orang kaya dan bijaksana.

“Ada apa ini?” tanya Vera dengan wajah bingung.
“Ada yang ingin melamarmu.” jawab Ayahnya.

Vera menatap mata Didi, wajahnya seakan-akan kesal, seperti Ia merasa sangat aneh jika temannya sendiri melamarnya. Kebenaran yang sebenarnya, Vera memang menyukai kehadiran Didi, menurutnya Didi adalah pria yang sangat tampan dan lembut. Namun, hati Vera tidak memiliki rasa cinta kepadanya.

“Didi apa-apaan ini?!” tanya Vera dengan tegas.
“Aku merasakan sesuatu Vera. Menurutku ini waktu yang baik.” jawab Didi.
“Didi. Kau memang pria yang tampan dan lembut. Tapi-” kata Vera namun ayah memotongnya.
“Vera, menurut ayah ini memang sudah waktunya. Menurut ayah waktunya sudah benar, kau harus tumbuh dewasa melanjutkan hidup. Nikah.” kata Ayah.
“Tidak ayah! Aku tidak membutuhkan siapa-siapa! Aku sudah baik-baik saja hidup sendiri, mandiri, seperti ibu! Aku tidak lemah! Janganlah kalian berfikir aku lemah dan tidak bisa hidup sendiri, kalian salah! Maafkan aku Didi, salah wanita.” Vera mengomel.
“Aku sudah terlihat seperti ini, kau tetap menolakku?!” ujar Didi.
Perdebatan pun terus berlangsung sampai malam hari.
****

Satu bulan kemudian, Vera tetap hidup sendiri, mandiri seperti ibunya. Itulah yang Vera inginkan. Namun, beberapa laki-laki di kota tersebut tidak menyukai Vera, sebab mereka mengetahui ceritanya dimana Vera menolak lamaran Didi, menurut mereka itu sungguh berlebihan untuk seorang feminis dan itu membuat mereka kesal. Tetapi Vera tegar, Ia tidak peduli dengan sekitar, opini-opini orang lain mengenainya, mau se-negatif apapun Ia diamkan saja. Karena menurutnya, lelaki yang ingin melamarnya hanyalah orang-orang yang berfikir bahwa Vera adalah seorang wanita yang lemah, dan inilah cara Vera membuktikannya bahwa Ia bukanlah wanita lemah.
****

“Menatap luar jendela. Matahari yang tidak ingin terlihat. Satu hal yang aku tahu… kematian akan datang pada suatu saat. Keluarga, ah… Pernikahan, apa pula itu… Siapakah yang akan mendoakan aku saat aku tidak di dunia ini lagi?… Tuhan tahu aku tidak akan membutuhkannya.”


anasabila
anasabila memberi reputasi
1
722
5
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.