Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bujang.lalangAvatar border
TS
bujang.lalang
[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja
[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

Judul : Hijab Merah Di Ujung Senja
Genre : Fiksi, Romance, Religi
Pengarang: Bujang Lalang

Halo Agan dan Sista penghuni SFTH semua dimanapun kalian berada. Kali ini ijinkan ane menulis sebuah cerpen karya ane. Mudah-mudahan kalian semua terhibur dengan cerita ane.

Jangan lupa rate emoticon-Rate 5 Stardan sharenya ya emoticon-Shakehand2

Kalau ada pertanyaan yang mengganjal seputar cerita ane ini mohon untuk berkomentar sebagai kritik dan sarannya.

[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

Pagi itu dengan semangatnya aku bergegas ke sekolah untuk menjalani hari terakhir kami bersekolah sebelum libur hari raya idul fitri. Aku yang biasanya sangat malas untuk berangkat pagi-pagi, namun karena hari ini adalah hari terakhir menjadikan ku bagaikan jet tempur yang ingin hari ini cepat berlalu.

Menjadi anak susah bangun pagi, membuat ku selalu terlewat untuk solat subuh. Ibuku yang selalu menjadi alarm setiap aku masih tertidur pulas aku hiraukan begitu saja. Setan-setan dengan asyiknya kencing ditelingaku supaya aku tidak mendengar lantunan azan subuh.

Tapi karena bulan ini adalah bulan ramadhan, semua hal-hal yang memberatkan ku untuk bangun pagi harus aku lawan. Terasa berat memang, tapi itu semua harus ku jalani karena aku ingin menjadi muslim yang taat.

Aku yang berangkat dengan motor kakak ku sambil menyanyikan lagu kesukaan ku radja yang berjudul wahai kau cinta, mengiringiku berangkat ke sekolah. Mulut komat-komat dengan nada fals tak ku hiraukan, karena ini untuk menghibur diri saja dalam lirik lagu dalam.

Quote:

Mendengar ucapan dari Septiandi aku langsung keringat dingin membuatku aku ingin pulang saja. Meskipun kami beda jurusan tapi kami tetap akrab. Aku yang jurusan IPA kelas yang sangat jauh jaraknya dari jurusan IPS. Kelas 10 kami satu kelas, tapi karena kami beda minat jadi terpaksa kami memilih jalan-jalan masing-masing. Tapi kami tetap bertemu setiap saat kantin.

Jurusan IPA menurut kami jurusan yang paling susah. Membuat jumlah siswa laki-laki dikelas sangat sedikit berjumlah 6 orang saja dibandingkan siswa perempuan 14 orang.

Aku yang tidak tertarik dengan pelajaran bahasa indonesia karena menurutku pelajaran paling konyol. Faktanya banyak siswa dikelas kami nilai bahasa inggris lebih tinggi dibanding bahasa indonesia yang merupakan bahasa nasional. Miris memang begitu suramnya bahasa indonesia sebagai bahasa nasional tapi nilainya lebih rendah dibanding bahasa inggris.

Hari ini kami tidak mengadakan kegiatan belajar mengajar, karena seminggu terakhir di sekolah mengadakan kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS untuk mengisi ramadhan, seperti lomba ceramah, azan, tilawatil Quran dan lain-lain.

Akupun dipilih oleh kesepakan wali kelas untuk mengikuti lomba cerpen. Aku gak tertarik dengan lomba-lomba tersebut. Bagiku keramaian adalah hal yang paling tidak aku sukai. Aku lega dengan keputusan ini sekaligus kecewa karena aku tidak menyukai pelajaran bahasa indonesia. Mungkin ada alasan lain mengapa aku ditunjuk untuk mengikuti lomba cerpen.

[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

Suatu ketika, kami mempelajari teknik membuat cerpen di pelajaran bahasa indonesia. Pak Basri namanya, kepala sekolah sekaligus guru bahasa indonesia sekaligus pindahan dari Sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Pandan. Beliau dipindahkan dari Tanjung Pandan ke Sekolah SMA Negeri 1 Sijuk. Beliau juga pandai bermain sejumlah alat musik. Keahliannya bermain musik menjadikan beliau sebagai pelatih kami digrup kesenian musik dan dari untuk mengikuti kejuaran tingkat kabupaten. Ternyata alhamdulillah, ketekunannya melatih kami tidak sia-sia, menjadikan grup kami sebagai juara 2.

Orangnya berkumis, membuat tampangnya terkesan garang. Tapi beliau sebenarnya baik. Metode belajarpun sangat asyik. Aku yang sebelumnya sangat bosan dengan pelajaran bahasa indonesia karena guru sebelumnya pembelajarannya hanya bercerita terus menjadi suka dengan penyampaian beliau yang berbobot. Beliau yang menyuruh kami untuk menulis sebuah cerpen, menyampaikan kalau biarkan tuangkan apa yang ada di isi otak kalian.

Akupun menulis sebuah cerita pengalaman pertama bertemu gadis itu. Kata-kata yang penuh metapora dan gambaran tokoh yang disamar-samarkan membuat ceritaku ini tidak ingin ada yang tau kalau cerita ini benar adanya dan sungguh pengalaman diri pribadi.

Ternyata hasil karyaku ini mendapat apresiasi dari beliau. Aku yang tak suka pelajaran bahasa indonesia, seketika menjadi cinta. Sebuah coretan yang menjunjukan angka 85 terpampang di awal halaman cerita yang sebanyak 2 lembar itu. Sebuah angka yang cukup tinggi menurut ku untuk seorang yang tidak menyukai bahasa indonesia.

Tampaknya hal ini yang membuatku harus mengikuti lomba cerpen, ditambah Pak Basri adalah seorang kepala sekolah. Mungkin saja beliau bercerita tentang aku dengan wali kelas kami Ibu Yayuk disela-sela beliau ngobrol. Aku juga tidak tau, tapi yang pasti aku harus terima keputusan ini mau tidak mau.

Menjelang siang para siswa mengerumuni pentas kecil yang disediakan panita, karena hari ini adalah pengumuman juara lomba dan beberapa final lomba lain. Aku yang tidak suka dengan keramaian cuma duduk didepan kelas saja. Tampak siswa laki-laki jurusan IPS, Septiandi dan teman-teman lain dari kejauhan sedang asyik bermain gitar dibawah pohon rindang.

[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

Akhirnya tiba saat-saat yang mendebarkan yaitu pengumuman juara lomba. Satu persatu juara lomba diumumkan. Kami yang dengan harapan dapat memenangkan lomba ditiap kategori menjadi pesimis. Dengan kagetnya kami ketika dari mulut pembawa acara mengumumkan bahwa lomba cerpen adalah kelas kami. Walaupun cuma juara 3 tapi hal itu membuat pesimis kami hilang berubah menjadi kebahagiaan.

Seketika semua pandangan tertuju padaku yang berada didepan kelas menghadap panggung yang sejauh 50 meter. Rasa kaget yang terheran-heran menumpuk dibenak pikiranku, mengapa cerpen yang ku tulis akan menjadi juara. Suara gemuruh tepuk tangan yang bersahut-sahutan mengiringiku berjalan menuju ke atas panggung.

Quote:

Aku yang berdiri dari atas panggung melihat sekeliling yang dipenuhi para siswa langsung tertuju pada dia, anak pak RT yang rumahnya dekat lapangan bola yang menjadi inspirasi cerpenku.Dalam pandanganku yang mencuri perhatian tiba-tiba dikagetkan yang terlontar dari mulut pembawa acaranya mengatakan bahwa cerpen kami dipasang di majalah sekolah.

Quote:

Menuju langkah turun panggung, aku melempar senyum terpaksa melayani setiap orang yang memberikan selamat atas cerita yang selama ini bahwa aku mengagumi dirinya.

Manis-manis senyum rasanya membuatku mabuk kepayang. Aku tidak boleh larut dalam senyum itu karena aku sedang berpuasa, takut pelaksaan puasaku batal.

Acara perayaan ramadhan tidak sampai disini, pada sorenya sekolah kami mengadakan kegiatan buka puasa bersama. Aku yang berangkat dari rumah jam 4.30 menuju lokasi berbuka yaitu di pantai Tanjung Tinggi, tempat yang terkenal karena film laskar pelanginya. Antara rumah dan lokasi berbuka tidaklah jauh hanya sekitar 15 menit jika naik motor. 

Dengan santainya aku memperlambat motor Suzuki Satria kakakku berharap bisa bertemu dengannya dijalan. tapi ternyata yang ada hanya lalu lalang orang-orang dan para siswa lain yang ikut berangkat menuju pantai tempat acara berbuka bersama.

[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

Sesampainya dipantai terlihat sudah ada teman-teman bermain dipantai, sebagaian yang lain berduyun-duyun berdatangan dengan motornya. Dalam setiap pandangan, ku lihat satu persatu dari gerombolan siswi jurusan IPS. Disitu aku lihat tidak ada Wulan, gadis yang ku ceritakan dalam cerpenku. Tampak juga guru-guru sudah mulai berdatangan. 

Akupun meletakkan motor tidak terlalu dalam diarea parkiran yang harapannya dapat pulang duluan. Aku yang hanya duduk-duduk diatas motor sambil menunggu acara dimulai. Terdengar suara seruan yang menyebut namaku dari kejauhan. Ternyata itu adalah Septiandi yang menyuruhku untuk mendatanginya supaya aku bergabung dengan perkumpulan siswa IPS lain. Memang siswa jurusan kami tidak terlalu gaul. Hanya beberapa saja yang suka bergaul dengan jurusan IPS.

Quote:

Quote:

Akupun bergegas menjauh gerombolan anak-anak sok tau itu, takut aku bagaikan seorang kriminal yang diinterogasi. Aku yang berjalan menapak sela-sela bebatuan yang eksotik berjajar rapi. Tiba-tiba dari atas sebuah batu yang tidak jauh dari lokasi syuting Laskar Pelangi, ada sesosok gadis dengan hijab merah duduk termenung sendirian menatap matahari senja. Ternyata itu adalah Wulan dengan tangisan berlinangan air mata karena ada sesuatu yang membuatnya sedih. Aku yang tak tega membuatnya sedih, datang menghampirinya untuk menghibur dirinya.

Quote:

Suara pengumuman dari host acara memotong pembicaraan kami. Aku cukup lega tidak ketahuan kalau cerita itu adalah tentang dirinya. Semua siswa berkumpul disebuah aula yang disewa pihak penyelenggara. Kami mendengar ceramah dengan hikmat tentang makna ramadhan. Kami dipisahkan antara jamaah laki-laki dan perempuan. Semua acara kami ikuti dengan lancar sampai acara selasai.

Quote:

Quote:

Diapun menolak ajakan untuk berboncengan bersamaku. Kalau dipikiran mungkin dia sedang tidak ingin berboncengan dengan bukan mahramnya. Keluarganya terkenal sangat taat beribadah, mungkin juga takut orang tua dia memarahinya.Apalagi diusianya yang rentan terhadap pergaulan bebas. Tapi itu semua aku tidak berniat macam-macam terhadap dia. Aku hanya ingin berkenalan dengan aku dan dia satu sekolah sejak TK sampai SMA.

[#CerpenReligi] Hijab Merah Di Ujung Senja

Waktupun ramadhan pun sudah berlalu dan tiba memasuki hari raya idul fitri. Semua orang bermaaf-maafan dan saling mengunjungi sanak saudara, kerabat dan tetangga. Aku yang berencana kerumahnya terpaksa harus ku batalkan karena hari pertama lebaran, kunjugan dari saudara banyak, dan diapun pasti begitu juga.

Dihari kedua, aku berencana lagi untuk silaturahim, tapi gagal karena dia sedang tidak ada dirumah, hari ketiga, keempat dan seterusnya hingga membuat aku mengurungkan niatku untuk ke rumahnya karena belum ditakdirkan. Tiba akhirnya masa sekolah pasca libur lebaran, Aku yang sebelumnya jarang-jarang solat subuh menjadi semangat solat subuh karena ada dorongan untuk masuk lebih awal yang berharap dapat bertemu dia nanti disekolah.

Quote:

Quote:

Mendengar kata-kata itu membuatku kaget keheranan sekaligus tidak percaya. Aku yang selama ini mengaguminya berharap jadi kekasih halalnya tapi ternyata dia dijodoh oleh orang tuanya. Semangat yang sudah aku bangun karena dirinya menjadi loyo bagai tak berarawah lagi. Hingga kini aku tidak mengetahui kondisi dirinya sekarang. Apakah sudah memilki anak apa belum. Dari semua teman seangkatan banyak yang memutuskan untuk menikah, tapi tidak sedikit yang melanjutkan kuliah. Mungkin saat ini dari semua teman seangkatan hanya aku yang belum menikah, mungkin juga ada yang belum, aku pun tak tau kondisi mereka sekarang karena kegiatan mereka masing-masing dan aku juga seorang anak perantauan.


TAMAT


Diubah oleh bujang.lalang 15-05-2018 16:34
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
35.3K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread44.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.