Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

muhyusufabdan26Avatar border
TS
muhyusufabdan26
Lukamu Berdarah Lagi, Pak
Cangkir kopi itu mulai mengering, sedari tadi ia meneguk kopinya tanpa jeda. Tampaknya ia doyan, atau barangkali ia haus kopi. Hal itu dapat dimaklumi, sebab Sudah bertahun-tahun ia tak minum kopi di dalam penjara. Pisau dapur berukuran 17 cm menjadi saksi sekaligus jalan menuju pintu penjara. Beberapa tahun silam, pisau dapur itu pernah ia tancapkan ke leher seorang tukang becak. Adalah perselingkuhan yang mengiringi jalannya dalam menjemput penjara. Suriana, perempuan dengan hati yang tak pernah tega melukai, nyata nya menjadi satu-satunya perempuan yang melukai sekaligus mengirimnya ke dalam penjara. 

Pahitnya kopi mengawali ceritanya tentang hari-hari yang ia lalui di Penjara. Kepada Rama, anaknya yang berusia 18 tahun, ia menceritakan detail awal mula ia menggorok leher Parjo, selingkuhan istrinya, hingga ia berada di depan cangkir kopi hari ini.

"Kau tahu Rama, waktu itu aku tak menyangka Ibumu menjadi manusia yang paling tega, padahal kaupun pasti tahu, Ibumu bukanlah perempuan seperti itu. Aku bukan hendak menyalahkan Parjo ataupun Ibumu, tetapi sampai hari inipun, aku masih menolak dikatakan yang bersalah pada kejadian itu." Ia menyulut api untuk membakar rokoknya.

"Ibumu menjemput kenikmatan di kamar itu bukan denganku! Kamar yamg sudah kutempati sejak malam pertama pernikahan kami, ia gunakan bermesuman dengan Parjo, tukang becak sialan itu!" Matanya membulat bersama hatinya yang terbakar, ia menunjuk-nunjuk kamarnya dengan emosi yang meledak-ledak.

"Tak pernah sedikitpun terlintas dipikiranku kalau Ibumu sebejat itu! Aku sengaja pulang cepat karena aku ingin memberikan kejutan untuk Ibumu. Ibumu meminta pisau dapur serba guna buatan Korea yang ia lihat di layar televisi. Harganya tujuh ratus ribu, tujuh ratus ribu Rama!  Kau tahu hidup kita serba pas-pasan, tetapi untuk Ibumu, kubanting tulangku sekeras mungkin, kuperas keringat sekuat yang kubisa agar keinginannya terpenuhi! Tapi apa yang kudapat? Aku pulang membawakan pisau yang Ibumu inginkan, dan didepan mataku, kudapati Ibumu ditindih lelaki lain, ia mendesah seolah tak ada dosa dan rasa bersalah!" Ia menghentikan ceritanya. Ia berusaha berdamai dengan emosinya. Sementara Rama hanya terdiam menahan sedih yang menumpuk.

"Tanpa berpikir panjang, ku gorok saja leher si tukang becak itu, kunikmati raut wajahnya saat menjumpai malaikat. Dan pisau Korea kuserahkan pada Ibumu, lalu aku ke kantor polisi menyerahkan diri" Ia tersenyum kepada Rama, seakan rasa sakit terbayar tuntas. Kemudian ia meneguk kopinya lagi, diikuti hisapan rokok yang menenangkan jiwanya.

"Sudahlah pak, tak perlu diteruskan. Mendengar cerita bapak dan hari-hari yang kulalui setelah bapak di penjara dan Ibuku pergi entah kemana, aku semakin sakit. Perasaanku terguncang hebat waktu itu. Kalau saja bapak tak menghabisi Parjo, mungkin setelah mendengar cerita bapak hari ini, akulah yang menuntaskannya, aku akan mengirim Parjo ke neraka!"  Mata Rama berkaca-kaca, dari pelupuknya menetes air mata ngilu. Airmata yang mewakili kekejian Ibunya dan kebiadaban jalan hidup yang harus ia jalani.

Mereka menghening, hanya bunyi cangkir kopi menyentuh meja kaca yang sesekali terdengar. Seorang bapak dan anaknya menikmati pilunya kehidupan.
anasabila
key.99
banditos69
banditos69 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.